Anda di halaman 1dari 36

Analisis Model Studi 2

Korhous, kedalaman palatum, determinasi lengkung, ALD, kurva spee,


Bolton,

drg. Paramita Noviasari ., Sp. Ort


Metode Korkhaus

Hampir sama dengan metode Pont


Menggunakan rumus Linder Harth untuk menentukan lebar
lengkung ideal pada regio premolar dan molar
Menentukan tinggi lengkung gigi yang ideal untuk pasien
dengan lebar 4 gigi anterior sebagai prediktor.
Pengukuran tinggi lengkung pada model studi :

1. Alat Orthocross 
tinggi lengkung gigi dan tinggi lengkung basal

2. Penggaris dan sliding caliper


Pengukuran tinggi lengkung pada model studi :

 Perhitungan jarak antara incisivus centralis RA (incisal)


dengan titik tengah antar P1 kanan dan kiri (menggunakan
titik Pont)
 Diskrepansi tinggi lengkung adalah:
Membandingkan hasil pengukuran dan Tabel (indeks Korkhaus)
 Pertumbuhan dan perkembagan lengkung gigi:
 Normal
 Protaksi
 Retraksi
Pengukuran Analisis Korkhause pada rahang atas dan bawah
MetodeKorhaus

Tabel Korkhaus : 16,5 mm

Jarak (11-21) ke (14 – 24) pengukuran : 18 mm

Diskrepansi : ???
MetodeKorhaus

Tabel Korkhaus : 16,5 mm

Jarak (11-21) ke (14 – 24) pengukuran : 18 mm

Diskrepansi : +1,5 mm (protraksi)

 
Keterangan : pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah
anterior mengalami protraksi sebesar 1,5 mm
Kedalaman Palatum

 Lebar palatal: jarak antara tepi sulcus gingiva


palatal gigi Molar 1

 Tinggi palatum: jarak vertikal antara palatum dan


kawat stainless steel, +0,05 (diasumsikan
sebagai diameter steel wire)
Kedalaman Palatum

Nilai < 28-39,9

Nilai > 40
Nilai < 27,9
Palatum Palatum Palatum
rendah sedang tinggi
(shallow) (medium) (deep)
Determinasi lengkung

 Mengetahui diskrepansi ukuran mesiodistal gigi (kebutuhan ruang) setelah lengkung ideal
dirancang seideal mungkin dari lengkung mula-mula yang ada pada pasien.

 Metode ini dikembangkan di klinik bagian ortodonsia FKG UGM, dan merupakan
penyederhanaan dari metode analisis Set up model yang dikemukakan oleh Kesling (1956)

 Prinsip dasar yang sama dengan metode Kesling, yaitu menetapkan diskrepansi antara
lengkung gigi yang direncanakan dengan besar gigi yang akan ditempatkan pada lengkung
tersebut pada saat melakukan koreksi maloklusi.
 Perbedaannya:
 Metode Kesling dilakukan langsung pada model
 memisahkan gigi-gigi yang akan dikoreksi: gergaji masing-masing mahkota gigi dari bagian
processus alveolarisnya (3 mm dari marginal gingiva)
 menyusun kembali pada posisi yang benar

 Pada metode determinasi lengkung dilakukan dengan cara tidak langsung


 mengukur panjang lengkung ideal yang direncanakan pada plastik transparan di atas plat gelas
 membandingkan dengan jumlah lebar mesiodistal gigi
Cara determinasi lengkung

Bahan dan alat yang digunakan : Cara kerja :


1. Model studi 1. Penapakan lengkung pra koreksi (lengkung awal / lengkung mula-mula):
2. Plat gelas/mika tebal 2 mm a. Menapak lengkung awal pada rahang atas
3. Plastik transparan b. Menapak lengkung awal pada rahang bawah
4. Kawat tembaga diameter 0,7 mm c. Mengecek ketepatan hasil penapakan
5. Spidol F (Fine) 2 warna (biru dan 2. Penapakan lengkung pasca koreksi (lengkung ideal)
merah) a. Membuat lengkung ideal pada rahang atas
6. Kaliper geser skala 0,05 mm b. Membuat lengkung ideal pada rahang bawah
7. Alkohol / thinner 3. Pengukuran diskrepansi lengkung
8. Kapas a. Mengukur diskrepansi lengkung ideal rahang atas
b. Mengukur diskrepansi lengkung ideal rahang bawah
Pembuatan lengkung awal / pra koreksi
1. Penapakan pada rahang atas
 Model studi rahang atas diletakkan di atas meja datar sejajar lantai.
 Plat gelas atau mika diletakkan di atas permukaan oklusal gigi-gigi.
 Di atas plat dilapisi plastik transparan.
 Penapakan lengkung yang melalui lebarmesiodistal gigi (terbesar)  terbentuk lengkung yang berkelok-
kelok mengikuti posisi gigi yang tidak teratur.
 Menetapkan posisi puncak lengkung di daerah interdental Insisivus sentral atas.
 Menetapkan basis lengkung dengan membuat titik pada kedua kaki lengkung (kanan dan kiri) di distal gigi
terakhir
 Mentransfer posisi basis lengkung rahang atas ke model rahang bawah
2. Penapakan pada rahang bawah:
 Plat gelas diletakkan pada permukaan oklusal model gigi rahang bawah.
 Plastik transparan dibalik supaya posisi kanan dan kiri rahang atas sesuai dengan rahang bawah, kemudian titik basis
lengkung rahang atas dihimpitkan pada posisi basis yang telah dibuat pada rahang bawah tadi.
 Kemudian dilakukan penapakan dengan spidol biru mengikuti lebar mesiodistal terlebar dari gigi M2 kanan – M2
kiri, terbentuk lengkung berkelok-kelok mengikuti posisi gigi yang ada.
 Menetapkan posisi puncak lengkung dengan cara membuat titik pada puncak lengkung rahang bawah di daerah
interdental Insisivus sentral bawah.
 Menetapkan basis lengkung dengan membuat titik pada kedua kaki lengkung rahang bawah (kanan dan kiri) di
daerah distal gigi yang paling distal yang posisinya normal. Posisi basis lengkung rahang bawah tidak harus sama
dengan gigi rahang atas.
3. Pengecekan hasil penapakan :
 Jarak puncak lengkung rahang atas dengan rahang bawah harus sesuai dengan besar overjet pasien.
 Lebar kaki lengkung rahang atas dan bawah pada hasil penapakan di plat gelas harus sesuai dengan lebar
pada model studi.
Pembuatan lengkung ideal

Lengkung pasca koreksi adalah


 Lengkung ideal untuk masing-masing pasien (individual),
 Direncanakan oleh operator berdasarkan kondisi ideal yang mungkin dapat dicapai dalam perawatan.
 Dengan mengacu pada oklusi normal, posisi dan relasi rahang serta kemampuan alat yang dipakai untuk
melakukan koreksi terhadap gigi, ditetapkan
 koreksi median line?
 koreksi relasi molar pertama?  sulit
 Koresksi malposisi
 Retrusi/ protusi
 RA/ RB dulu  posisi normal, kemampuan gigi untuk kompensasi diskrepansi
1. Penapakan pada rahang atas :
a. Plat gelas diletakkan pada permukaan oklusal model rahang atas dan plastik transparan dibalik dikembalikan pada
posisi semula.
b. Tetapkan posisi puncak lengkung ideal rahang atas yang akan dibuat, yaitu:
 Jika tidak ada retrusi, puncak lengkung tetap.
 Retrusi maksimal sampai inklinasi gigi insivus atas tegak yaitu dengan meletakkan titik spidol merah tepat
setinggi foramen insisivum.
c. Ukur besar retrusi gigi anterior atas yang telah ditetapkan denagn mengukur posisi puncak lengkung mula-mula ke
posisi puncak lengkung ideal dan hitung besar perubahan overjet yang terjadi dengan mengurangi besar overjet mula-
mula dengan besar retrusi rahang atas yang telah ditetapkan. Apabila nilainya negatif akan terjadi crossbite anterior
jika tidak dilakukan retrusi pada rahang bawah
d. Tetapkan beberapa titik posisi gigi lain yang dianggap normal (jika ada). Hubungkan titik basis lengkung kanan
dan kiri ke puncak lengkung membentuk lengkung ideal rahang atas.
2. Penapakan pada rahang bawah :

 Plat gelas dipindahkan ke model rahang bawah. Plastik transparan dibalik, posisi basis
dipaskan pada posisi semula.
 Tetapkan overjet akhir yang akan direncanakan dengan menetapkan posisi puncak
lengkung ideal rahang bawah di belakang puncak lengkung ideal rahang atas.
 Tetapkan besar retrusi (mungkin juga protrusi) pada rahang bawah yang harus dilakukan
dengan mengukur jarak posisi titik puncak lengkung awal ke puncak lengkung ideal rahang
bawah.
 Tetapkan beberapa titik posisi gigi lain yang dianggap normal (jika ada). Hubungkan titik
basis lengkung kanan dan kiri ke puncak lengkung ideal rahang bawah.
Pengukuran diskrepansi

 Diskrepansi lengkung adalah perbedaan antara panjang lengkung ideal yang dirancang dengan jumlah lebar
mesiodistal gigi-gigi yang akan ditempatkan pada lengkung tersebut

Pengukuran pada rahang atas dan rahang bawah :


 Kawat tembaga dibuat melengkung diletakkan tepat pada plastik transparan sesuai dengan lengkung ideal rahang atas
yang telah dibuat.
 Dengan spidol tetapkan posisi basis kanan dan kiri pada kawat.
 Tetapkan posisi puncak lengkung tepat pada posisi median line rahang atas. Jika perlu dilakukan koreksi median line.
 Tetapkan posisi puncak lengkung ideal dengan menggeser posisi median line ke posisi yang benar sesuai dengan besar
pergeseran gigi yang ada.
 Kawat tembaga diluruskan, ukur panjang lengkung ideal :
 Dari basis kanan ke puncak lengkung bandingkan dengan jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi sisi kanan, selisih pengukuran
merupakan besar dikrepansi lengkung sisi kanan.
 Dari basis kiri ke puncak lengkung bandingkan dengan jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi sisi kiri, selisih pengukuran
merupakan besar dikrepansi lengkung sisi kiri.
Soal
Panjang lengkung ideal : 70 mm
Jumlah lebar mesio distal : 73 mm
Diskrepansi:
kelebihan ruang/ kekurangan ruang?
Panjang lengkung ideal: 70 mm
Jumlah lebar mesiodistal: 73 mm
Diskrepansi: 70-73= -3 mm
(Keterangan: Kekurangan ruang 3 mm di kedua sisi)
Arch length discrepancy (ALD)

Selisih antara tempat yang tersedia (Space Available/SA) dan tempat yang dibutuhkan (Space Required/ SR)
yang diukur berdasarkan model studi.
Space Available (SA)  merepresentasikan lebar atau ukuran lengkung basal yang tersedia untuk
menampung lengkung gigi . Pengukuran dimulai dari mesial M1 permanen kiri- mesial M1 permanen kanan
melalui titik kontak proksimal atau fissure gigi posterior dan incisal edge gigi anterior.
Cara Pengukuran
 Menggunakan Kawat Tembaga (Brass Wire)
 Menggunakan calliper
 dilakukan dengan membagi lengkung gigi menjadi beberapa segmen
Space Required (SR)  jumlah atau total lebar mesiodistal dari gigi geligi di sebelah mesial molar pertama
permanen kiri sampai molar pertama permanen kanan, yang berarti jumah lebar mesiodistal gigi-gigi yang
diukur adalah gigi- gigi premolar, kaninus, dan insisif.
 Cara pengukuran: Menghitung jumlah lebar mesio-distal pada lengkung yang terbesar gigi permanen
pengganti, yaitu dari mesial M1 permanen kiri sampai mesial M1 permanen kanan

ARCH LENGHT DISCREPANCY (ALD)= SPACE AVAILABLE (SA) - SPACE REQUIRED (SR)
Bolton analysis
Bolton (1958)  informasi diskrepansi ukuran gigi antar lengkung geligi.
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah terhadap ukuran gigi rahang atas dengan
keadaan oklusinya.

Rasio yang diperoleh membantu untuk


• Mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai,
• Mengetahui pengaruh pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif
• mengetahui oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai.

Analisis Bolton meliputi perbandingan antara jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah
 Tabel Bolton.
 Digunakan mengetahui ukuran ideal enam
gigi anterior dan keduabelas gigi baik pada
rahang atas maupun rahang bawah
Tahap Analisis Bolton

1. Mengukur mesiodistal gigi


 Mesiodistal 6 gigi anterior (C-C) rahang atas
dan rahang bawah
 Mesiodistal 12 gigi (M1-M1) rahang atas dan
rahang bawah)
2. Perhitungan rumus Bolton

Nilai normal rasio anterior 77.2% ,


SD = 1.65 (75.55% – 78.85%)

Nilai normal rasio total = 91.3%,


SD = 1.91 (89.39% - 93.21%)
3. Menyimpulkan hasil perhitungan
Rasio anterior:
 Rasio anterior lebih besar dari nilai normalnya (>77,2%) material gigi anterior rahang bawah berlebihan (ukuran
gigi geligi anterior maksiIa benar dan mandibuIa berlebihan)
 Rasio anterior geligi kurang dari normal ( <77,2%) material gigi anterior rahang atas berlebihan (ukuran gigi
geligi anterior mandibula benar dan maksiIa berlebihan)
Rasio total:
 Rasio total lebih besar dari nilai normalnya  material gigi total rahang bawah berlebihan (ukuran gigi geligi total
maksiIa benar dan mandibuIa berlebihan)
 Rasio total geligi kurang dari normal  material gigi total rahang atas berlebihan (ukuran gigi geligi total
mandibula benar dan maksiIa berlebihan)
4. Perhitungan jumlah diskrepansi
Untuk melihat jumlah diskrepansi dapat ditentukan dengan 2 cara:
a. Tabel Bolton
 Gunakan ukuran gigi geligi pada rahang yang benar untuk melihat ukuran gigi-geligi yang seharusnya dari ukuran
gigi geligi yang salah
 Diskrepansi adalah selisih ukuran gigi geligi pada rahang yang salah (yang kita ukur) dengan ukuran gigi geligi yang
seharusnya (dari tabeI)
b. Rumus
 Diskrepansi anterior = ∑ 6 MD gigi C-C RA - (∑ 6 MD gigi C-C RB x 1.3)
 Diskrepansi total = ∑ 12 MD gigi M1-M1 RA - (∑ 12 MD gigi M1-M1 RB x 1.1)
 Nilai positif indikasi kelebihan gigi rahang atas, nilai negatif indikasi kelebihan gigi rahang bawah
Terimakasih..........................

Anda mungkin juga menyukai