Anda di halaman 1dari 25

IMUNOLOGI

apt. Aurelia Da Silva S. Fraga, S.Farm., M.Farm


RPS

Imunisasi
1) Pengertian Imunisasi
2) Klasifikasi imunisasi
3) Vaksin
PENGERTIAN IMUNISASI

Imunisasi berasal dari kata “imun, kebal atau resisten”.

1.Imunisasi adlh suatu upaya utk menimbulkan/meningkatkan


kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tsb tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Nur D dkk,
2014)
2.Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi
dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh (Hidayat,
2008)
TUJUAN IMUNISASI
1. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi)
atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia (Ranuh,
2008)
2. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi.

Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah difteri,


tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio
dan tuberkulosis, Hepatitis B (Notoatmodjo, 2003)
SASARAN IMUNISASI
Lanjutan...
JENIS – JENIS IMUNISASI

Aktif Pasif
Skema sistem kekebalan
Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian suatu bibit penyakit
yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun
tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan
terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh
dapat mengenali dan meresponnya.

Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak.


Imunisasi pasif
Imunisasi pasif merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara pemberian
zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa
ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.

Contoh imunisasi pasif adalah


1. Penyuntikan Anti Tetanus Serum (ATS) pada orang yang mengalami luka
kecelakaan.
2. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut
menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa
kandungan, misalnya antibodi terhadap campak
Imunisasi Berdasarkan Sifat
Penyelenggaraan
1. Imunisasi Wajib
Imunisasi wajib terdiri atas:
1. Imunisasi rutin (Imunisasi rutin terdiri atas
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan)
2. Imunisasi tambahan
3. Imunisasi khusus
A. Imunisasi Rutin a) Imunisasi Dasar
1. Vaksin BCG (Bacillus Celmette-Guerin)
Vaksin BCG merupakan vaksin yg mengandung Mycrobacterium bovis hidup yg dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin).
Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis.
Cara pemberian dan dosis:
Dosis pemberian: 0,05 ml,sebanyak1 kali. Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas dengan
menggunakan ADS 0,05 ml.

2. Vaksin DPT – hB – hIB (Difteri, Pertusis, dan Tetanus)


Vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan),
hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenzae tipe b.
Cara pemberian dan dosis:
Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral paha atas. Satu dosis anak adalah
0,5 ml.

3. Vaksin hepatitis B
Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari HBsAg.
Cara pemberian dan dosis:
Dosis 0,5 ml atau 1 (buah)HBPID, secara intramuskuler sebaiknya pada anterolateral paha. Pemberian
sebanyak 3 dosis. Dosis pertama usia 0 =7hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1bulan).
4. Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine [OPV])
Vaksin Polio Trivalent yg terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (strain Sabin)
yang sudah dilemahkan. Vaksin ini Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
Cara pemberian dan dosis:
Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval
setiap dosis minimal 4 minggu.
5. Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV)
Untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak immunocompromised
Cara pemberian dan dosis:
 Disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam,dengan dosis pemberian 0,5 ml.
 Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-turut 0,5 ml harus diberikan pada intervals satu atau dua
bulan.
 IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6,10, dan 14, bln sesuai dengan rekomendasi dari WHO.
 Bagi orang dewasa yg belum diimunisasi diberikan 2 suntikan berturut-turut dgn interval satu
atau dua bulan.
6. Vaksin Campak
Indikasi: Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Cara pemberian dan dosis:
0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha, pada usia 9–11
bulan.
b) Imunisasi Lanjutan

Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk


mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang
masa perlindungan.

Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia


bawah tiga tahun (Batita), anak usia sekolah dasar,
dan wanita usia subur (WUS)
Contoh Imunisasi Lanjutan
1. Vaksin DT
Indikasi: Pemberian kekebalan terhadap difteri dan tetanus pada anak-anak.
Cara pemberian dan dosis:
Secara intra muskular atau subkutan dgn dosis 0,5 mL. Dianjurkan untuk anak
usia di bawah 8 tahun

2. Vaksin Td
Indikasi: Imunisasi ulangan terhadap tetanus dan difteri pada individu mulai usia
7 tahun.
Cara pemberian dan dosis:
Disuntikkan secara intra muskular/subkutan dgn dosis pemberian 0,5 ml.

3.Vaksin TT
Indikasi: Perlindungan terhadap tetanus neonatorum pd wanita usia subur
Cara pemberian dan dosis:
secara IM atau subkutan dgn dosis 0,5 mL
B. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur
tertentu yg paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian
epidemiologis pada periode waktu tertentu.

Yg termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah


1. Backlog fighting
2. Crash program
3. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
4. Sub-PIN
5. Catch up Campaign campak
6. Imunisasi dlm Penanganan KLB (Outbreak Response
Immunization/ORI).
C. Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang
dilaksanakan untuk melindungi masyarakat terhadap
penyakit tertentu pada situasi tertentu.
Situasi tertentu antara lain:
1. Persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umrah,
2. Persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit
tertentu dan kondisi kejadian luar biasa

Jenis imunisasi khusus, antara lain terdiri atas


Imunisasi Meningitis, Meningokokus, Imunisasi
Demam Kuning, dan Imunisasi Anti-Rabies.
2. Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat
diberikan kepada seseorang sesuai dengan
kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dari penyakit menular tertentu, yaitu
vaksin MMR, Hib, Tifoid, Varisela, Hepatitis A,
Influenza, Pneumokokus, Rotavirus, Japanese
Ensephalitis dan HPV.
VAKSIN
PENGERTIAN VAKSIN
1) Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah
mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya,
yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah
diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang apabila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu (Nur D
dkk, 2014)

2) Vaksin adalah suatu produk biologik yg terbuat dari kuman,


komponen kuman, atau racun kuman yg telah dilemahkan atau
dimatikan dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh
seseorang (Permenkes, 2004 :6)
KLASIFIKASI VAKSIN
PENGGOLONGAN VAKSIN

2. SENSITIVITAS TERHADAP
VAKSIN SUHU

1. ASAL ANTIGEN (IMMUNIZATION ESSENTIAL)

Vaksin Sensitif suhu beku


Vaksin Sensitif panas
(Hepatitis B, DPT, DPT-HB,
DT, TT) (BCG, Polio, Campak)
Berasal dari bibit penyakit yg dilemahkan (live attenuated) Berasal d ari b ibit pen yak it y g dmatikan (i nacti vat ed)
1. Selu ruh partik el d iam bil ( Vi rus: IPV, Rabi es ; Bakt eri: Pert usi s)
2. Sebag ian P arti kel diam b il (Murn i: Men ing oco con al; Gabu ng an: Haemo filus Inf luen za T yp e B)
(Virus : Polio, Campak, Yellow Fever ; Bakteri: BCG) 3. Rekom bin asi: Hep atit is B
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA
VAKSINASI

Kejadian ikutan paska imunisasi adalah sebagai


reaksi simpangan yang dikenal sebagai kejadian
ikutan paska imunisasi (KIPI) atau events following
immunization (AEFI) adalah kejadian medik yang
berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek
vaksin ataupun efek samping, toksisitas, reaksi
sensitivitas, efek farmakologis, atau kesalahan
program, koinsidensi, reaksi suntikan, atau
hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nur, D dkk. 2014. Imunisasi. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan: Jakarta
2. Permenkes. 2004. Pedoman penyelenggaraan imunisasi. Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.1059/Menkes/SK/IX/2004
3. Ranuh,I.G.N.2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi
ketiga.Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
4. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku
Kesehatan. Rineka. Cipta. Jakarta
5. Hidayat A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai