Anda di halaman 1dari 18

KMB 1

TB PARU
KEL 1 PSIK 4B
Dosen Pengampu : Ns. Devi Setya Putri, S.Kep., M.Kep.
Kelompok 1

1. Nadia Mazaya (2019012190)

2. Nailil Hidayati Maulidika (2019012192)

3. Nova Fitri N (2019012194)

4. Nur Nafiah (2019012197)

5. Putri Arum Sari (2019012200)

6. Rizal Firdaus P (2019012204)

7. Zumrotus Zakiyah (2019012218)


PENGERTIAN
TB Paru adalah suatu penyakit infeksi
yang menyerang paru-paru yang secara
khas ditandai oleh pembentukan
granuloma dan menimbulkan nekrosi
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun
dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain.
ANATOMI

a) Trakhea
Trakhea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang vertebra torakal ke-7 yang
bercabang menjadi 2 bronkhus.
b) Bronkhus
Terdapat beberapa divisi bronkhus didalam setiap lobus paru.
c) Bronkhiolus
Bronkhiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis, yang tidak mempunyai kelenjar
lendir dan silia.
d) Paru-Paru
Paru–paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa,
alveoli).
e) Alveolus
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun dalam klaster antara 15-20 alveoli.
FISIOLOGI
a) Ventilasi
Ventilasi adalah gerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru. Gerakan dalam pernafasan adalah
ekspansi dan inspirasi.
b) Difusi
Difusi adalah gerakan diantara udara dan karbondioksida didalam alveoli dan darah didalam kapiler
sekitarnya.
c) Transportasi gas dalam darah
Pengangkutan oksigen dan karbon dioksida oleh darah.
d) Pertukaran gas dalam jaringan
Metabolism jaringan meliputi pertukaran oksigen dan karbondioksida diantara darah dan jaringan.
ETIOLOGI
TB Paru disebabkan oleh “Mycobacterium
Tuberculosis” sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/um, dan
tebal 0,3-0,6/um. Kuman terdiri dari asam
lemak, sehingga kuman lebih tahan asam
dan tahan terhadap gangguan kimia dan
fisis.
MANIFESTASI
KLINIS
Secara rinci tanda dan gejala TB Paru ini dapat dibagi atas 2 (dua) golongan yaitu gejala sistemik dan
gejala respiratorik.
1) Gejala sistemik adalah :
a) Demam
b) Malaise

2) Gejala respiratorik adalah :


a) Batuk
b) Batuk Darah
c) Sesak Nafas.
d) Nyeri Dada
PATOFISIOLOGI
Kuman tuberkulosis masuk kedalam tubuh
melalui udara pernafasan. Bakteri yang
terhirup akan dipindahkan melalui jalan nafas
ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul
dan mulai untuk memperbanyak diri. Selain itu
bakteri juga dapat dipindahkan melalui sistem
limfe dan cairan darah ke bagian tubuh yang
lainnya.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a) Pemeriksaan Radiologis: Foto Rontgen Toraks


b) Pemeriksaan Laboratorium: Darah dan Sputum BTA
c) Test Tuberculin (mantoux test)
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data Subyektif
a) Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek, kesulitan tidur atau demam pada malam hari.
b) Demam hilang timbul.
c) Perasaan tak berdaya.
d) Hilang nafsu makan, mual, muntah, penurunan BB.

Data Obyektif
a) Demam biasanya subfebril, sampai 40-410C
b) Takikardi, takipnea/dispnea.
c) Perkusi redup. Kavitas yang besar : hipersonor atau timpani.
d) Auskultasi suara nafas tambahan : ronkhi basah kasar dan nyaring. Vesikuler melemah bila terdapat
penebalan pleura.
Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sputum yang kental.
b. Gangguan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
c. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit TB Paru berhubungan dengan kurangnya informasi.
d.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan perubahan status nutrisi.
e. Resiko tinggi terjadinya kekambuhan berhubungan dengan gizi buruk.
f. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan
dari kuman pathogen.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sputum yang kental.
Tujuan : Bersihan jalan nafas tidak efektif
Kriteria Hasil :
 Sekret (-).
 Bunyi nafas vesikuler.
 Reflek batuk (-)
 Tanda-tanda vital normal.
Intervensi :
 Kaji fungsi pernafasan: bunyi nafas, kecepatan irama, kedalaman dan penggunaan obat Bantu.
 Atur Posisi kepala lebih tinggi.
 Ajarkan klien latihan nafas dalam dan batuk efektif.
 Berikan cairan minimal 2500ml/hr.
 Lakukan fisioterapi dada.
 Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian OAT dengan mukolitik.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 2 :
Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Tujuan : Nutrisi Adekuat
Kriteria Hasil :
 Nafsu makan meningkat.
 Makan habis satu porsi setiap makan.
 Turgor kulit elastis dan kenyal.
 Berat badan klien dalam batas normal.
Intervensi :
 Kaji Keluhan klien terhadap mual, muntah, dan anoreksia.
 Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering.
 Berikan diit MTKTP.
 Sajikan makanan dalam keadaan hangat.
 Bantu klien untuk melakukan perawatan mulut.
 Timbang BB klien setiap minggu.
 Kolaborasi dengan ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 3 :
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit TB paru berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : klien dapat memahami penyakitnya dan program pengobantannya.
Kriteria hasil :
 Klien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan
 Klien mengerti tentang penjelasan yang diberikan
 Klien tidak bertanya-tanya lagi akan penyakitnya
Intervensi :
 Kaji tingkat pemahaman klien tentang penyakit dan program pengobatannya.
 Berikan penjelasan tentang penyakit dan program pengobatan
 Minta klien secara verbal untuk menjelaskan kembali tentang penyakit dan program
pengobatan dengan bahasa yang sederhana.
 Berikan reinforcoment positif pada setiap penjelasan klien.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 4 :
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan dan perubahan status nutrisi.
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap.
Kriteria hasil :
 Klien melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan.\
 Keletihan
 Tonus otot baik
Intervensi :
 Kaji aktivitas yang dapat di lakukan oleh klien.
 Bantu klien melakukan aktivitas secara bertahap.
 Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan klien.
 Latih klien untuk melakukan pergerakan pasif dan aktif.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 5 :
Resiko tinggi terjadinya kekambuhan berhubungan dengan gizi buruk
Tujuan : klien tidak mengalami resiko kekambuhan.
Kriteria hasil :
 OAT di minum tuntas.
 Sputum (-).
 BTA (-).
 RR dalam batas normal.
 Foto toraks normal.
Intervensi :
 Identifikasi faktor risiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberkulosis.
 Tekankan pada klien pentingnya tidak menghentikan obat (OAT).
 Anjurkan klien memeriksakan kultur sputum sputum secara periodik
 Anjurkan klien untuk membuang dahak pada tempat yang disediakan dan menhindari meludah
disembarang tempat.
 Anjurkan klien untuk makan sering dengan jumlah yang seimbang.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan di dasarkan pada hasil yang diharapkan. Pertanyaan yang dapat diajukan
meliputi hal-hal berikut :
1.Apakah kultur sputum (-) ?
2.Dapatkah klien menyebutkan nama, dosis dan efek samping OAT yang diberikan?
3.Apakah klien menutup hidung dan mulut bila bersin/tertawa?
4.Dapatkan klien menyebutkan gejala dan tanda-tanda yang menunjukkan perlunya suatu perawatan
medis segera?
5.Dapatkah klien mengatakan tanggal pemeriksaan sputum dan rontgen foto berikutnya?
6.Dapatkan klien mengatakan tanggal perjanjian pemeriksaan medis berikutnya?
7.Apakah bersihan jalan nafas efektif?
8.Dapatkan intoleransi aktivitas teratasi?
9.Apakah nutrisi dalam tubuh adekuat?
10.Apakah klien dapat mengerti tentang penyakit TB paru?
11.Apakah resiko kekambuhan dapat teratasi?
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai