Anda di halaman 1dari 37

* LEUKEMIA

SUSANTI
Definisi :

Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang

masih imatur dalam jaringan pembentukan darah.


*Klasifikasi Leukemia
Berdasarkan maturasi sel dan asal sel, leukemia dapat di
klasifikasikan sebagai berikut:

1. Leukemia Akut
Leukemia akut adalah suatu proses proliferasi dari
sumsum tulang yang immature. Sel-sel ini dapat
melibatkan darah pada daerah tepi dan juga organ-organ
padat. Persentase yang di temukan pada penegakan
diagnosa leukemia akut berkisar 30% atau lebih (Abdul
Hamid G,2011).
a. Leukemia limfoblastik akut
Leukemia limfoblastik akut adalah leukemia yang paling
sering terjadi pada anak-anak. Diperkirakan sejumlah 30% dari
kanker anak-anak. Data yang diperoleh dari The National
Cancer Institute`s surveillance, Epidemiology, and End Result
(SEER) menyatakan bahwa leukemia limfoblastik akut pada
anak-anak terjadi sebanyak 26 anak /1.000.000 pertahun di
Amerika serikat (Greer J.P, 2003).

b. Leukemia mieloblastik akut


Leukemia mieloblastik akut adalah suatu keganasan
hematologi yang ditandai dengan pembentukan dan penyebaran
dari sel myeloid yang muda (Greer J.P, 2003).
2. Leukemia kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai
proliferasi neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau
terjadi karena keganasan hematologi.

a. Leukemia Mieloblastik kronik (LMK)


LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan
produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif
matang.

b. Leukemia Limfoblastik kronik (LLK)


LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada
limfosit T).
* Prevalensi
* Kasus leukemia dilihat dari jenis kelamin didapatkan bahwa kejadian
pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan yaitu sebesar 17.6%, dan
perempuan sebesar 10.7%. Ras yang paling tinggi menderita leukemia
adalah ras kaukasian (18.5% laki-laki, 11,3% perempuan).

* Kejadian leukemia pada anak (0-19 tahun) menurut CDC pada tahun
2014 adalah sebesar 8.4  per 100.000 ditemukan pada kelompok usia 1-
4 tahun dan tingkat kematian akibat leukemia sebesar 0.8 per 100.000
anak ditemukan pada kelompok usia 15-19 tahun.
* Namun menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan
prevalensi kanker anak umur 0-14 tahun sebesar 16.291 kasus, dan
jenis kanker yang paling banyak diderita anak di Indonesia yaitu
leukemia dan retinoblastoma. Pada riset yang dilakukan pada pasien
anak di RS Kanker Dharmais pada tahun yang sama menyatakan
bahwa leukemia adalah  penyakit dengan jumlah kasus baru dan
jumlah kematian terbanyak di RS Kanker Dharmais.
* Etiologi dan Faktor Resiko
Leukemia

Etiologi dari leukemia akut masih tidak diketahui. Namun


diketahui ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi, yaitu:

a. Radiasi dan zat ionisasi

b. Bahan-bahan kimia (contohnya, benzene penyebab LMA)

c. Obat-obatan (contohnya, penggunaan bahan-bahan bergugus alkil


pada terapi kombinasi radiasi dapat menyebabkan LMA)
Berdasarkan genetika seseorang, ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi:

a. Kembar identik

Apabila anak kembar yang pertama didiagnosa leukemia pada 5 tahun


pertama, maka risiko untuk anak kembar kedua meningkat menjadi 20%
didiagnosa leukemia.

b. Kejadian leukemia pada saudara yang didiagnosa leukemia akan meningkat


sebanyak 4 kali lipat dibandingkan pada populasi umum.

c. Gangguan pada kromosom

Trisomy 21 (Down Syndrome) memiliki risiko 95% untuk mengalami


leukemia. Bloom syndrome memiliki risiko 8% untuk mengalami leukemia.
Anemia fanconi memiliki risiko 12% untuk mengalami leukemia.
Berdasarkan penelitian Buffler P.A,et al, 2005, faktor risiko dari
penyakit leukemia terdiri atas:

1. Paparan dari pekerjaan orang tua

2. Polusi udara

3. Pestisida

4. Radiasi

5. Pasien anak yang immunocompromise


*Manifestasi Klinis
1. Leukemia Limfositik Akut
Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum tulang.
Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah,
letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan
perdarahan.

2. Leukemia Mielositik Akut


Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan
infeksi yang disebabkan oleh sindrom kegagalan
sumsum tulang. Perdarahan biasanya terjadi dalam
bentuk purpura atau petekia.
3. Leukemia Limfositik Kronik
Penderita LLK yang mengalami gejala biasanya
ditemukan limfadenopati generilasata, penurunan berat
badan dan kelelahan.
4. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi
dan fase krisis blas. Pada fase kronik ditemukan
hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desekan
limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi
setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi
ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat,
petekie, ekimosis, dan demam yang disertai infeksi.
*Pemeriksaan medis
1. Kemoterapi
a. Kemoterapi pada penderita LLA
b. Kemoterapi pada penderita LMA
*Fase induksi
Adalah regimen kemoterapi yang intensif, tujuannya
untuk mengeradasi sel-sel leukemia secara maksimal
sehingga tercapai remisi komplit.
*Fase konsolidasi
Fase tersebut dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase
induksi.
c. Kemoterapi pada penderita LLK
* Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan
karena tujuan terapi bersifat konvensional,
terutama untuk mengendalikan gejala.
* Pengobatan tidak diberikan kepada penderita
tanpa gejala karena tidak memperpanjang
hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau
kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada
stadium III atau IV diberikan kemoterapi intensif.
d. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
*Fase kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yang mampu
menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.
Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi
pilihan fase kronik LMK yang tidak diarahkan pada tindakan
transplantasi sumsum tulang.
*Fase akselerasi
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.

2. Radiologi
*Merupakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia.
3. Transplantasi sum-sum tulang
*Dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak
karena dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain
itu, transplantasi tulang sumsum berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.
4. Terapi suportif
*Yaitu berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang
ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek
samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita
leukemia dengan keluhan anemia, tranfusi trombosit
untuk mengatasi perdarahan dan antibiotic untuk
mengatasi infeksi.
* PATHWAY
*PEMRIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Darah Tepi

Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis


(60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA
ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK
ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm 3, sedangkan pada
penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm 3.
2. Pemeriksaan Sumsum Tulang

Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan

keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast),

terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara

(leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang.

Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih

dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh

peningkatan limfosit B. Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan

hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis.

Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.

3. Lumbal punksi untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfil-trasi


*KOMPLIKASI
1. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang
gagal memproduksi sel darah merah dalam Jumlah yang memadai,
yaitu berupa:

• Lemah dan sesak nafas, karena anemia(sel darah merah terlalu sedikit)
• Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih
• Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
2. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah
abnormal, tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini
menyebabkan pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain
itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan kadar leukosit hingga
terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.

3. Hepatomegali (Pembesaran Hati). Membesarnya hati melebihi


ukurannya yang normal.
4. Splenomegali (Pembesaran Limpa). Kelebihan sel-sel darah yang
diproduksi saat keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal
ini menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk
pecah.

5. Limpadenopati. Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan


kelenjar getah bening dalam ukuran, konsistensi, ataupun
jumlahnya.

6. Kematian
* ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA

Pengkajian Keperawatan
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi
tanda pertama yang menunjukkan adanya penyakit neoplastik.
Keluhan yang samar seperti perasaan letih, nyeri pada
ekstermitas, berkeringat dimalam hari, penurunan selera makan,
sakit kepala, dan perasaan tidak enak badan dapat menjadi
petunjuk pertama leukimia.
Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi
(leukemia) meliputi :
1)Biodata
a)Identitas klien
b)Identitas penanggung
2)Riwayat kesehatan sekarang
a)Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.
b)Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan.
3)Riwayat kesehatan sebelumnya
a)Riwayat kehamilan/persalinan.
b)Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
c)Riwayat pemberian imunisasi.
d)Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.
e)Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.
4)Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi yang di dapatkan oleh klien yaitu BCG, DPT (I, II, III), Polio (I,
II ,III), Campak, Hepatitis, dan riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas
seperti malnutrisi.
5) Riwayat Tumbuh Kembang
a) Pertumbuhan Fisik
* Berat badan
* Tinggi Badan     
b) Perkembangan tiap tahap usia
* Berguling                              : 3-6 bulan
* Duduk                                   : 6-9 bulan
* Merangkak                            : 9-10 bulan
* Berdiri                                   : 9-12 bulan
* Jalan                                      : 12-18 bulan
* Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan
* Bicara                                    : 2-3 tahun
* Berpakaian tanpa dibantu     : 3-4 tahun
(Aziz Alimul Hidayat, Hal : 27).
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
b) Tanda-tanda vital
c) Antropometri
d) Sistem pernafasan
e) Sistem cardiovaskuler
f) Sistem pencernaan
g) Sistem muskuloskeletal
h) Sistem integumen
i) Sistem endokrin
j) Sistem penginderaan
k) Sistem reproduksi
l) Sistem neurologis
Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.
Sistem neurologis
1) Fungsi cerebral
2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan
Gaslow Coma Scale (GCS).
4) Kemampuan berbicara.
5) Fungsi kranial :
a) Nervus I (Olfaktorius)
b) Nervus II (Optikus)
c) Nervus III (Okulomotorius)
d) Nervus IV (Troklearis)
e) Nervus V (trigemenus
f) Nervus VI (Abdusen)
g) Nervus VIII (Fasialis)
h) Nervus VIII (akustikus)
i) Nervus IX (glosofharingeus)
j) Nervus X (vagus) 
k) Nervus XI (aksesorius)
l) Nervus XII (hipoglosus)
6) Fungsi motorik : massa otot, tonus otot dan kekuatan otot
7) Fungsi sensorik: respon terhadap suhu, nyeri dan getaran
8) Fungsi cerebrum: kemampuan koordinasi dan keseimbangan

7. Pemeriksaan diagnostic
a) Hitung darah lengkap : Menunjukkan normositik, anemia normositik.
* Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/100 ml
* Retikulosit : Jumlah biasanya rendah
* jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
* SDP : Mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP
imatur (“menyimpang ke kiri”).mungkin ada sel blast Leukimia
b) PT/PTT : memanjang
c) LDH : Mungkin meningkat
d) Asam urat serum/urine : Mungkin meningkat
e) Muramidase serum (lisozim) : Peningkatan pada
Leukimia monositik Akut dan mielomositik.
f) Copper serum : Meningkat
g) Zink serum : Menurun
h) Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih
dari 50% atau Lebih dari sel blast, dengan prekusor
eritroid, sel imatur, dan megakariositis menurun.
i) Foto dada dan biopsy nodus limfe : Dapat
mengindikasikan derajat keterlibatan
*Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d suplai


darah ke perifer (anemia) hal 253
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d kurang asupan makanan hal 177
3. Resiko infeksi d.d leukopenia hal 405
Diagnosa NOC NIC (Intervensi)
1. Ketidakefektifan Kriteria Hasil : 1.Kaji    yang    mendasari dan
perfusi jaringan 1. Kulit membran banyaknya darah yang keluar
perifer b.d suplai mukosa tidak pucat Rasional : Dengan mengetahui    
darah ke perifer 2. Saturasi oksigen penyebab perawat dapat mengkaji dan
normal (97 %) menghilangkan penyebab. Banyaknya
3. Capillary refill darah yang dikeluarkan dapat diberikan
normal (2 – 3 detik) intervensi yang tepat
4. Intake dan output 2. Kaji TTV
seimbang Rasional : Untuk mengetahui keadaan
umum
3. Bantu    klien    untuk meninggikan
posisi kepala lebih tinggi daripada badan
Rasional : Posisi kepala lebih tinggi kira-
kira 30 – 450 dapat mempertahankan
masukan O2 yang adekuat, agar
kebutuhan tubuh terhadap O2 dapat
terpenuhi
4. Pemberian O2 sesuai indikasi
Rasional : Pemberian    O2    sesuai
indikasi dapat memenuhi kebutuhan
O2klien
2. Ketidakseimbangan 1. Dorong orang tua untuk tetap rileks
Tujuan : Asupan nutrisi
nutrisi kurang dari pada saat anak makan
kebutuhan tubuh b.d dapat terpenuhi dan Rasional : Jelaskan bahwa hilangnya
kurang asupan nafsu makan adalah akibat
menunjukkan
makanan langsung  dan mual dan muntah serta
perbaikan usus. kemoterapi
2. Kaji adanya alergi makanan
Kriteria Hasil :
Rasional : Untuk mengetahui adanya
1. Adanya peningkatan alergi
3. Berikan makanan yang disertai
berat badan
suplemen nutrisi gizi, seperti susu
2. Berat badan ideal bubuk atau suplemen yang dijual
bebas
sesuai dengan tinggi
Rasional : Untuk memaksimalkan
badan kualitas intake nutrisi
4. Izinkan anak untuk terlibat dalam
3. Tidak ada tanda mal
persiapan dan pemilihan makanan
nutrisi Rasional : Untuk mendorong agar anak
mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan
jumlah sedikit tapi sering
Rasional : Karna jumlah yang kecil
biasanya ditoleransi dengan baik
6. Dorong pasien untuk
makan diet tinggi kalori
kaya nutrien
Rasional : Kebutuhan
jaringan metabolik
ditingkatkan begitu juga
cairan untuk menghilangkan
produk sisa suplemen dapat
memainkan peranan penting
dalam mempertahankan
masukan kalori dan protein
yang adekuat
7. Timbang BB, ukur TB
dan ketebalan lipatan kulit
trisep
Rasional : Membantu dalam
mengidentifikasi malnutrisi
protein kalori, khususnya
bila BB dan  pengukuran
antropometri kurang
3. Resiko infeksi d.d Kriteria hasil : 1. Pantau suhu dengan teliti
Leukopenia 1. Tidak ada tanda infeksi Rasional : untuk mendeteksi
2. TTV dalam batas normal kemungkinan infeksi
2. Ternpatkan anak dalam ruangan
khusus
Rasional : untuk meminimalkan
terpaparnya anak dan sumber
infeksi
3. Anjurkan semua pengunjung
dan staf rumah sakit untuk
menggunakan  teknik mencuci
tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan
pajanan pada organism infektif
4. Gunakan teknik aseptik yang
cermat  untuk semua prosedur
invasive
Rasional : untuk mencegah
kontaminasi silang atau
menurunkan resiko infeksi
5. Evaluasi keadaan anak terhadap
tempat tempat munculnya infeksi
seperti tempat penusukan jarum,
ulserasi mukosa, dan   masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini
penanganan infeksi
6. Inspeksi membran mukosa mulut.
Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium
yang baik untuk pertumbuhan organism
7. Berikan periode istirahat tanpa
gangguan
Rasional : menambah energi untuk
penyembuhan dan regenerasi seluler
8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai
usia
Rasional : untuk mendukung
pertahanan alami tubuh
9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik
atau mengobati infeksi khusus
Implementasi Evaluasi
Implementasi keperawatan adalah Evaluasi adalah suatu penilaian
pelaksanaan dan perencanaan terhadap keberhasilan rencana
keperawatan yang telah dibuat untuk keperawatan untuk memenuhi
rnencapai hasil yang efektif. Dalam kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut
pelaksanaan implementasi Donna L Wong (2004:596-610) hasil
keperawatan, penguasaan yang diharapkan pada klien dengan
keterampilan dan pengetahuan hams leukemia adalah:
dimiliki oleh setiap perawat sehingga 1). Kulit membranosa tidak pucat
pelayanan yang diberikan baik 2). Masukan nutrisi adekuat
mutunya. Dengan demikian tujuan 3). Anak tidak menunjukkan tanda-
dan rencana yang telah ditentukan tanda infeksi
dapat tercapai (Wong. 2004:33 1).

Anda mungkin juga menyukai