Anda di halaman 1dari 30

OSTEOSARKOMA

Disusun Oleh :

Nisa Nursahid
030.06.179
OSTEOSARKOMA

 I DEFINISI
 Osteosarkoma ( osteogenik sarcoma ) :salah satu tumor
ganas tulang yang berasal dari sel osteoblas yaitu dari
sel – sel mesemkim primitive.

 Dapat dijumpai pada anak- anak, remaja,dan dewasa


muda

 Sering muncul pada daerah metafisis tulang panjang


(femur distal&tibia proksimal), radius distal dan
humerus proksimal.
Anatomi
EPIDEMIOLOGI
 Osteosarkoma merupakan tumor ganas primer
yang paling sering di temukan dengan
presentase 48,8 %.

 Di Amerika Serikat setiap tahunnya ditemukan


kira – kira 400 orang anak dan remaja yang
menderita osteosarkoma.

 Puncak insiden adalah umur 10-20 tahun yaitu


pada saat pertumbuhan dan jarang sekali
ditemukan pada usia < 5 tahun

 Osteosarkoma lebih sering ditemukan pada pria


daripada wanita
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

 Penyebab osteosarkoma (tidak diketahui pasti)


 Ilmuan telah menemukan bahwa osteosarkoma berkaitan
dengan banyak kondisi berupa faktor2 resiko :
1. Gaya hidup yg buruk
2. Diet yg tdk sehat
3. Jarang olahraga
4. Kebiasaan merokok
5. Minum alkohol.
Histologi
HISTOPATOLOGI

 80-90 % osteosarkoma terjadi didalam rongga meduler di ujung-


ujung metafiseal tulang- tulang panjang (tibia proksimal, femur
distal/proksimal, dan humerus proksimal)

 Gambaran histopatologis: tampak sebagai masa abu-abu putih yang


infasif & destruktif, memperlihatkan perdarahan fokal dan nekrosis.
 Semua bentuk osteoid dan atau tulang mengandung sel-sel
maligna.

 Penetrasi kortikal oleh tumor dengan elevasi periosteal


menghasilkan btk Codmans triangle (suatu gambaran radiologist
pada beberapa pasien)
 Tumor jarang berpenetrasi ke lempeng epifiseal.
Lokasi kanker
 Klasifikasi tumor tulang menurut TNM
 T tumor induk
 TX tumor tidak dapat dicapai
 T0 tidak ditemukan tumor primer
 T1 tumor terbatas didalam periost
 T2 tumor menembus periost
 T3 tumor masuk organ atau struktur sekitar tulang 
 N kelenjar limfe regional
 N0 tidak ditemukan tumor dikelenjar limfe
 N1 tumor dikelenjar limfe regional
 M metastasis jauh
 M0 tidak ditemukan metastasis jauh
 M1 metastasis jauh
PATOGENESIS

 Kanker mulai pada : sel-sel tulang yang sedang bermitosis


menyebar kepermukaan tulang kanker tumbuh melewati
membran luar tumbuh ke jaringan lunak sekitarnya.
 Osteosarkoma tumbuh secara radial, membentuk massa seperti
bola
 Penetrasi kearah kortek dari tulang mengkompresi otot
sekitarnya membentuk lapisan pseudokapsular
(reaktif zone).
 Nodul tumor menunjukan microextensi dari massa primer yg
telah menginfasi kedalam reaktif zone, nodul – nodul ini disebut
satellites .
 Berdasarkan atas gradasi, lokasi, jumlah dari
lesinya, penyebabnya, maka osteosarkoma
dibagi atas
 1. Osteosarkoma klasik.
 2. Osteosarkoma hemoragi atau telangektasis.
 3. Parosteal osteosarkoma.
 4. Periosteal osteosarkoma.
 5. Osteosarkoma sekunder.
 6. Osteosarkoma intrameduler derajat rendah.
 7. Osteosarkoma akibat radiasi.
 8. Multifokal osteosarkoma.
GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS

 Nyeri dan bengkak.


 Nyeri tdk konstan, memberat selama
beraktifitas, nyeri bersifat dalam & tumpul

 Peningkatan intensitas nyeri berhubungan


dengan penetrasi tumor kedalam korteks
tulang.

 Iritasi pada periosteum dapat


menyebabkan adanya fraktur patologik.

 Bengkak yang timbul tidak nyeri tetapi


seiring dengan pembesaran bengkak yang
terjadi makaa akan timbul nyeri.
Pemeriksaan fisik :
Look : Bengkak, merah, atrofi, deformitas

Feel :
- teraba massa yang bengkak
- teraba massa yang kenyal dan hangat
- pulsasi atau bruit dapat terdeteksi
- bisa terdapat lymphadenopathy
Move :
- keterbatasan pergerakan
- penurunan renge of motion
STAGING OSTEOSARKOMA
A. Staging secara klinis
Berdasarkan atas : - sifat alami tumor ganas
- besarnya ukuran
- ada/tdknya penyebaran regional pd kel.limfe :
B. Staging Operasi
1. Grading Operasi (Gi&G2)
- G1 (low grade malignant) misalnya pada periosteal maligna
- G2 (high grade malignant) misalnya pada Sarkoma Ewing
2. Lokasi operasi
- Intrakompartemen (T1)
- Ekstrakompartemen (T2)
3. Ekstensi
- Bila belum terdapat metastasis, tumor dikelompokkan dalam
M0
- Bila sudah terdapat metastasis, tumor dikelompokkan dalam
M1
 Grading tumor ganas :

A. Grading Secara Histologik (berd.tingkat anaplasia sel)


1. Tingkat 1
 Anaplasia sangat minimal, sulit dibedakan dgn jaringan normal.
 Harus dibandingkan pemeriksaan klino-radiologis
2. Tingkat 2
 Anaplasia tingkat sedang, dpt diketahui tingkat anaplasia
sebagai suatu tumor ganas.
 Hanya dengan melakukan pemeriksaan sitologi
3. Tingkat 3
 Anaplasia yang hebat, dimana terlihat banyak perubahan-
perubahan sel dengan sel yang besar dengan nuklei yang
besar pula serta mitosis yang banyak.
B. Grading secara biologik (utk mnentukan potensi letal atau
kecepatan metastasis dari tumor)

1. Tingkat 1
 Pertumbuhan dan metastasis tumor lambat, <10% dalam 5 tahun.
 Misalnya pd: osteogenik sarcoma periosteal (grade 2&3 histologis)
2. Tingkat 2
 Pertumbuhan tumor cepat dan metastasis antara 11-50% dalam 5
tahun.
 Misalnya pada osteosarcoma sklerosing tingkat 1 secara histologik.
3. Tingkat 3
 Pertumbuhan sangat cepat, dalam 5 tahun lebih 50% sudah
bermetastasis.
 Misal : Sarkoma Ewing dan Osteogenik sarcoma intramedular
(grade 2&3 secara histologis)
PEMERIKASAAN PENUNJANG

1. Bone x-ray
2. Foto thoraks (posteroanterior and lateral)
3. CT scan
4. Magnetic resonance imaging (MRI)
5.Laboratorium
Gambaran foto polos dapat bervariasi, tetapi kebanyakan menunjukkan campuran antara
area litik dan sklerotik. Sangat jarang hanya berupa lesi litik atau sklerotik. Lesi terlihat
agresif, dapat berupa moth eaten

1. Foto polos dari osteosarkoma dengan gambaran Codman triangle (arrow) dan difus,
mineralisasi osteoid diantara jaringan lunak.
Laboratorium
 LDH
 ALP (kepentingan prognostik)
 Hitung darah lengkap
 Hitung trombosit
 Tes fungsi hati: Aspartate aminotransferase (AST),
alanine aminotransferase (ALT), bilirubin, dan
albumin.
 Elektrolit : Sodium, potassium, chloride, bicarbonate,
calcium, magnesium, phosphorus.
 Tes fungsi ginjal: blood urea nitrogen (BUN),
creatinine
 Urinalisis
DIAGNOSIS BANDING

1. Kondrosarkoma

 Kondrosarkoma : tumor yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang


rawan) yang ganas dengan perkembangan yang lambat.
 Berlokasi sama dengan osteosarkoma yaitu mengenai daerah
panggul, bahu dan lutut.
 Kondrosarkoma ditemukan pada pasien berusia 30-45 tahun.
 Pemeriksaan radiologis : ditemukan adanya bayangan
perkabutan yang irregular dan penonjolan tulang yang berbatas
tegas sebagai eksostosis yang muncul dari metafisis.
2. Erwing sarkoma

 tumor ganas yang sering terdapat pada tulang pipih


seperti tulang iga, tulang belikat, tulang panggul,
tengkorak,tulang panjang.
 Pada pemeriksaan radiologis : erwing sarkoma
memperlihatkan adanya destruksi tulang terutama pada
daerah diafisis disertai pembentukan tulang baru
berbentuk fusiform yang disebut “Onion skin
appearance“
3. Giant Cell Tumor

 Giant cell tumor terutama ditemukan pada usia 20-40 tahun dan
jarang sekali mengenai usia dibawah 20 tahun.
 Giant cell tumor lebih sering mengenai wanita dibanding pria
 Gejala utama nyeri dan pembengkakan terutama pada lutut dan
mungkin terdapat efusi sendi.
 Giant cell tumor sering ditemukan pada daerah epifisis tulang
panjang seperti pada lutut.
PENATALAKSANAAN

 1. Pembedahan
 Sebelum penggunaan kemoterapi (pada awal tahun
1970-an), penatalaksanaan primer pada osteosarkoma
dgn pembedahan.
 Pembedahan untuk membuang sel kanker,
pembedahan pada osteosarkoma adalah amputasi atau
limb-salvage.
 Namun bila sel-sel kanker telah menyebar ke pembuluh
darah disekitar tumor, maka amputasi adalah satu-
satunya pilihan,
2. Kemoterapi

 Kemoterapi dapat mengurangi jumlah sel kanker dalam


tubuh.
 Kemoterapi sebagai neoadjuvant (preoperasi) dan
adjuvant (post operasi) sangat diperlukan.
 Pre operasi kemoterapi dipakai untuk mempermudah
pembuangan tumor pada saat pembedahan (dengan
cara memperkecil diameter tumor)
 Sebagai parameter prognosa osteosarkoma.
 Pasien yang memberikan respon baik terhadap pre
operasi kemoterapi (dimana > 95 % sel tumor mati atau
nekrosis) biasanya memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan dengan pasien yang tidak memberikan
respon baik.
* Follow Up Post operasi

 Penatalaksanaan pembedahan tanpa kemoterapi angka


rekurensi kejadian meningkat hingga 80%.
 Angka rekurensi yang tinggi mengindikasikan bahwa
sebagian besar pasien mengalami mikrometastase.
 Anjuran :
- CT scan dada
- Pemeriksaan laboratorium,
- Rontgen polos pada ekstremitas
- Bone scan dianjurkan setahun sekali pada 2 tahun
pertama setelah pengobatan selesai.
PROGNOSIS

 Pasien dengan metastase memiliki prognosa yang lebih buruk

 Pada pasien tanpa metastase, prognosis tergantung pada 2


hal :
- keberhasilan reseksi tumor
- respon terhadap kemoterapi.

 Tumor yg berhasil direseksi semua dan memiliki respon yang


baik terhadap kemoterapi memiliki kemungkinan untuk sembuh
lebih besar.
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai