Anda di halaman 1dari 34

PATIENT SAFETY

Indah Jayani
LATAR BELAKANG
Tempat

Pasien Petugas

Keselamatan

Peralatan
Lingkungan
KENAPA DI RS PERLU MENGUTAMAKAN
SAFETY?

Bila tidak dikelola dengan baik

Kejadian yang Tidak Diharapkan


(Adverse event)
- WHO (World Health Organization) dari berbagai
negara menyatakan, KTD dalam pelayanan pasien
rawat inap di rumah sakit sekitar 3-16 %
- Laporan IOM (Institute of Medicine), di Amerika
Serikat setiap tahun terjadi 48.000 hingga 100.000
pasien meninggal dunia akibat kesalahan medis.
- Dari 1.292 RS di Indonesia hanya 60% yg
terakreditasi, blm semuanya menerapkan standar
perlindungan pasien.
- Pelaporan KTD di Indonesia ?
DEFINISI PATIENT SAFETY
 Suatu sistem dimana RS membuat asuhan keperawatan
pasien lebih aman
 Sistem diharapkan dapat mencegah cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan
SISTEM PATIENT SAFETY MELIPUTI..
 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden

 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya

 Implementasi solusi untuk meminimalkan resiko


TUJUAN PASIEN SAFETY
 Keselamatan Pasien diatur dlm : - UU No.
29 Tahun 2004 Ttg Praktik Kedokteran, Pasal 2.
- UU No. 36 Tahun 2009 Ttg Kesehatan,
Pasal 5 (2), Pasal 19, Pasal 54.
- UU No. 44 Tahun 2009 Ttg Rumah Sakit, Pasal
13 (3), Pasal 32 (e),(n) dan Pasal 43.
- Permenkes No.1691 Thn 2011 Ttg Keselamatan Pasien.
 Insiden adalah setiap kejadian yg tidak disengaja dan kondisi
yg mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dpt dicegah pd
pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian
Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial
Cedera.
 Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat
KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien.

 Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC


adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
 Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat
KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak timbul cedera.

 Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya


disingkat KPC adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi
belum terjadi insiden.

 Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang


mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius.
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
 Hak pasien
 Mendidik pasien dan keluarga

 Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

 Penggunaan metode-metode paningkatan kinerja


untukmelakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien
 Peran kepemimpinan dalam meingkatkan keselamatan
pasien
 Mendidik staf tentang keselamatan pasien

 Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai


keselamatan pasien
Sasaran Keselamatan Pasien meliputi
tercapainya bbrp hal :
a. Ketepatan identifikasi pasien;
b. Peningkatan komunikasi yang efektif;
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai;
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,
tepat-pasien operasi;
e. Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan;
f. Pengurangan risiko pasien jatuh.
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit :
1. membangun kesadaran akan nilai keselamatan
pasien;
2. memimpin dan mendukung staf;
3. mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;
4. mengembangkan sistem pelaporan;
5. melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
6. belajar dan berbagi pengalaman tentang
keselamatan pasien;
7. mencegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien.
BANGUN KESADARAN AKAN NILAI
KESELAMATAN PASIEN
1. Ciptakan kepemimpinan & budaya yg terbuka & adil.
RS:
•Kebijakan : tindakan staf segera setetelah insiden, langkah kumpul fakta,
dukungan kepada staf, pasien - keluarga
•Kebijakan : peran & akuntabilitas individual pada insiden
•Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
•Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian KP.

Tim:
• Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
• Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan
/ solusi yg tepat.
PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA
2.
Bangunlah komitmen & fokus yang kuat & jelas tentang
KP di RS Anda.
RS:
•Ada anggota Direksi yg bertanggung jawab atas KP
•Di bagian2 ada orang yg dapat menjadi ”penggerak” (champion) KP
•Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi / Manajemen
•Masukkan KP dalam semua program latihan staf

Tim:
•Ada ”penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan KP
•Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
•Tumbuhkan sikap kesatria yg menghargai pelaporan insiden.
INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN
3.
RISIKO
Kembangkan sistem & proses pengelolaan risiko, serta
lakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial
bermasalah.
RS:
• Struktur & proses mjmn risiko klinis & non klinis, mencakup KP
• Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
• Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden & asesmen risiko &
tingkatkan kepedulian terhadap pasien.

Tim:
•Diskusi isu KP dalam forum2, untuk umpan balik kepada mjmn terkait
•Penilaian risiko pada individu pasien
•Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, & langkah
memperkecil risiko tsb
KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN
4.
Pastikan staf Anda agar dgn mudah dapat melaporkan
kejadian / insiden, serta RS mengatur pelaporan kpd
KKP-RS.
RS:
•Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dalam
maupun ke luar - yg harus dilaporkan ke KPPRS - PERSI.

Tim:
• Dorong anggota untuk melapor setiap insiden & insiden yg telah
dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yg penting.
LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN
5.
PASIEN
Kembangkan cara-cara komunikasi yg terbuka dgn
pasien.
RS:
• Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dgn pasien & keluarga
• Pasien & kel. mendapat informasi bila terjadi insiden
• Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien & kel. (dlm seluruh proses asuhan pasien)

Tim:
•Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila telah terjadi insiden
•Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi insiden
•Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & kel.
6. BELAJAR & BERBAGI PENGALAMAN TTG KP
Dorong staf anda utk melakukan analisis akar masalah
untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul.
RS:
• Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab
• Kebijakan : kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause
Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau
metoda analisis lain, mencakup semua insiden & minimum 1 X per tahun
utk proses risiko tinggi.

Tim:
• Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
• Identifikasi bagian lain yg mungkin terkena dampak & bagi pengalaman
tsb.
CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI
7.
SISTEM KP
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah
untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
RS
•Tentukan solusi dengan informasi dari sistem pelaporan, asesmen risiko,
kajian insiden, audit serta analisis
•Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf &
kegiatan klinis, penggunaan instrumen yg menjamin KP.
•Asesmen risiko untuk setiap perubahan
•Sosialisasikan solusi yg dikembangkan oleh KKPRS - PERSI
•Umpan balik kepada staf ttg setiap tindakan yg diambil atas insiden
Tim
•Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman.
•Telaah perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannya.
•Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yg dilaporkan.
 WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada
tanggal 2 Mei 2007 resmi menerbitkan Nine Life Saving
Patient Safety Solutions (Sembilan Solusi Life-Saving
Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
 Disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien
lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi dan
mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien.
 Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI Edisi 2 Tahun
2009, Bab II angka 2.5. tentang Sembilan Solusi
Keselamatan Pasien, isinya sama dgn yg tlh disepakati
oleh WHO.
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike,
Sound-Alike Medication Names).
2. Pastikan Identifikasi Pasien.
3. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan
Pasien.
4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (Concentrated).
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.
7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand Hygiene) untuk
Pencegahan lnfeksi Nosokomial.
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-
Alike, Sound-Alike Medication Names) ;
 Sebelum memberikan obat ke pasien, cek tujuan pemberian obat
pada resep / instruksi dokter/ rekam medis pasien.
 Sebelum memberikan obat ke pasien, cek kecocokan obat yang
akan diberikan dengan diagnosa medis pasien.
 Pada obat yang hafal, label obat yang akan diberikan perlu dibaca
secara cermat, mengenali obat secara visual/fisik, lokasi
penyimpanannya dan melihat tanda spesifik lainnya.
 Pisahkan penempatan dan penyimpanan obat yang mirip (Norum)
termasuk obat yang bermasalah.
 Berikan penjelasan pada pasien atau keluarganya tentang obat-
obatan yang mirip nama dan bentuknya yang kemungkinan
dikonsumsi pasien.
2. Pastikan Identifikasi Pasien ;
 Cek identitas pasien dan mencocokannya dengan kebutuhan
perawatan pasien misalnya tindakan medis, laboratorium.
 Digunakan minimal 2 jenis identitas (misalkan nama pasien dan
tanggal lahir) sebagai alat klarifikasi identitas pasien saat pasien
masuk atau pindah ke rumah sakit lain atau tempat pelanan lainnya.
 Cek identitas pasien dan mencocokannya dengan kebutuhan
perawatan pasien misalnya tindakan medis, laboratorium.
 Terapkan standarisasi dalam identifikasi pasien sesuai prosedur
yang ada, misalkan gelang warna tertentu dengan ditulis nama dan
tanggal lahir.
 Ada protokol identifikasi pasien dengan nama yang sama atau
pasien-pasien yang tidak diketahui namanya dan mengikuti
protokol tersebut.
3. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima /
Pengoperan Pasien ;
 Lakukan operan pasien saat pergantian dinas jaga.
 Lakukan operan dengan petugas tempat perawatan selanjutnya
saat pasien dipindahkan ke tempat perawatan lain atau unit
tindakan lainnya.
 Baca ulang dokumen pasien saat operan dan dicermati dengan
teliti.
 Saat operan cukup waktu bagi staf untuk bertanya dan tidak ada
interupsi saat operan.
 Saat operan pasien dijelaskan dengan rinci dan benar mengenai:
status pasien, obat-obatan, rencana terapi, advance directive
(pernyataan keinginan pasien) dan semua perubahan status
pasien.
4. Pastikan Tindakan yg benar pd Sisi Tubuh yg benar;
 Lakukan verifikasi dan memberi tanda sesuai rekam medis pada
anggota tubuh yang akan dilakukan prosedur delegasi seperti :
pemasangan gips atau prosedur operatif minor lainnya.
 Libatkan pasien dalam setiap proses verifikasi preoperative untuk
mengkonfirmasi ulang.
 Lengkapi data laboratorium, uji diagnostic, CT scan, Rontgen MRI
dan test yang relevan untuk verifikasi ketepatan pasien sebelum
pasien dioperasi.
 Cocokan identitas pasien dengan jenis tindakan yang akan dilakukan
sesuai dengan rekam medis.
 Lakukan serah terima pasien dengan menyertakan rekam medis dan
pemeriksaan penunjang kepada petugas kamar operasi atau kamar
tindakan.
5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (Concentrated) ;
 Cairan KCL disimpan di tempat yang terpisah dan terkunci dan
pemakaiannya didokumentasikan sebagai kendali pemakaian atau jika tidak
tersedia ruang khusus penyimpanan dan persiapan obat, maka hanya
perawat, dokter atau Apoteker yang berpengalaman yang diperbolehkan
menyiapkan obat ini.
 Setelah KCL atau cairan konsentrasi lain disiapkan, dilakukan pengecekan
independen oleh staf yang berpengalaman dan terkualifikasi.
 Tersedia protocol (ceklist) untuk cairan KCL/cairan konsentrasi lain
meliputi cara menghitung, kecepatan cairan dan jalur pemberian vena yang
tepat.
 Pemberian KCL atau cairan konsentrasi lain dengan infuse pump atau
infuse mikro dirp set (60 tetes/ml) atau infuse set buret dan harus sering
dimonitor.
 Cairan KCL atau cairan konsentrasi lain yang sudah disiapkan diberi label
peringatan resiko tinggi sebelum digunakan.
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pd Pengalihan Pelayanan ;
 Standarisasi pengumpulan dan dokumentasi semua obat yang
sedang digunakan pasien yang meliputi nama obat/ suplemen,
Dosis, frekuensi dan waktu dosis terakhir.
 Perbaharui daftar obat jika terdapat order baru yang dituliskan
yang merefleksikan semua obat yang sedang digunakan pasien.
 Komunikasikan daftar obat kepada pemberi pelayanan
berikutnya kapanpun pasien dipindahkan, dipulangkan dan
berikan daftar obat saat pasien pulang.
 Ajari pasien atau keluarga tentang penggunaan obat yang aman,
risiko obat baik secara tunggal atau kombinasi dan beri akses
informasi obat yang terjangkau dan relevan.
 Anjurkan pasien untuk menyimpan obatnya di tas dan
membawanya jika berkunjung ke rumah sakit atau dokter.
7. Hindari Salah Kateter, Salah Sambung Slang /Tube ;
 Tidak memperbolehkan staf non klinis, pasien dan keluarga untuk
menyambungkan atau melepas sambungan selang, bantuan harus selalu
ditujukan kepada staf klinis.
 Beri label pada kateter yang berisiko tinggi (kateter arteri, epidural,
intratekal dan Hindari penggunaan kateter dengan injection port pada
peralatan ini.
 Jelaskan jakur-jalur selang dan standar dasar masing-masing
jalur selang pasien disaat operan pasien.
 Buat alur dasar untuk koneksi semua selang dan verifikasi ujung selang
sebelum membuat koneksi atau melepas sambungan atau memberikan
obat, cairan atau produk lain.
 Lakukan training mengenai bahaya salah sambung selang dan
peralatan medis pada program orientasi dan pengembangan
berkelanjutan staf klinis.
8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai ;
 Atasan/ rekan kerja menganjurkan penggunaan peralatan
injeksi sekali pakai.
 Ikut program training petugas kesehatan atau memanfaatkan
informasi dari rumah sakit tentang: pencegahan infeksi, praktek
injeksi yang aman, penanganan sampah benda tajam yang aman
dan penggunan tehnologi injeksi terbaru (sedikit menggunakan
jarum).
 Identifikasi dan terapkan praktek penanganan sampah medis
yang aman.
 Dukung pengadaan peralatan injeksi dengan system sedikit
tusukan.
 Edukasi ke pasien dan keluarganya tentang alternative
penggunaan obat-obatan injeksi
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand Hygiene)
untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial ;
 Atasan atau rekan kerja mempromosikan ketaatan melakukan
cuci tangan.
 Tersedia wastafel dan sabun cuci tangan dengan air yang
mengalir untuk fasilitas cuci tangan disetiap sudut ruang
perawatan.
 Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh, melakukan
tindakan atau berkontak dengan cairan pasien.
 Edukasi/penyuluhan bagi petugas kesehatan tentang tehnik
cuci tangan yang benar.
 Buat informasi ke pasien dan keluarga tentang tehnik cuci
tangan yang benar dan pentingnya cuci tangan.

Anda mungkin juga menyukai