Anda di halaman 1dari 27

Sistem koloid

NAGITA HEVTARANI
Sistem Dispersi

Dispersi adalah penyebaran yang merata dari dua


buah fasa. Kedua fasa tersebut adalah :
 Fasa zat yang didispersikan (zat terlarut), dikenal
juga dengan istilah fasa terdispersi atau fasa
dalam
 Fasa pendispersi (zat pelarut), dikenal juga
dengan istilah medium pendispersi atau fasa luar
Terdapat tiga jenis sistem
dispersi, yaitu :
 Larutan sejati
 Suspensi
 Koloid
Perbedaan
Larutan, koloid
4 dan suspensi

Bentuk campuran

Larutan Koloid Suspensi


Homogen Tampak homogen Heterogen
Perbedaan
Larutan, koloid
5 dan suspensi

Kestabilan

Larutan Suspensi
Stabil Tidak Stabil

Koloid
Stabil
Perbedaan
Larutan, koloid
6 dan suspensi

Pengamatan mikroskop

Larutan Suspensi
Homogen Heterogen

Koloid
Heterogen
Perbedaan
Larutan, koloid
7 dan suspensi

Jumlah fasa

Larutan Suspensi
Satu fasa Dua fasa

Koloid
Dua fasa
Perbedaan
Larutan, koloid
8 dan suspensi

Sistem dispersi

Larutan Suspensi
Molekuler Padatan kasar

Koloid
Padatan halus
Perbedaan
Larutan, koloid
9 dan suspensi

Penyaringan

Larutan Suspensi
Tidak dapat disaring Dapat disaring

Koloid
Tidak dapat disaring dengan
kertas saring biasa,
kecuali dengan kertas saring ultra
Perbedaan
Larutan, koloid
10 dan suspensi

Ukuran partikel

Larutan Suspensi
< 10-7 cm atau > 10-5 cm atau
< 1 nm > 100 nm

Koloid
10-7 cm s.d. 10-5 cm atau
1 nm s.d. 100 nm
Larutan, koloid dan suspensi
Larutan Koloid Suspensi
11
Bentuk
Homogen Tampak homogen Heterogen
campuran

Kestabilan Stabil Stabil Tidak stabil

Pengamatan
Homogen Heterogen Heterogen
mikroskop

Jumlah fasa Satu fasa Dua fasa Dua fasa

Padatan
Sistem dispersi Molekuler Padatan halus
kasar
Tidak dapat disaring
Tidak dapat dengan kertas saring Dapat
Penyaringan
disaring biasa, kecuali dengan disaring
kertas saring ultra
< 10-7 cm 10-7 cm s.d. 10-5 cm > 10-5 cm
Ukuran partikel
(< 1 nm) (1 nm s.d. 100 nm) (> 100 nm)
Pengelompokan sistem koloid
Terdispersi
Padat 12 Cair Gas
Medium

Padat Emulsi Busa


Sol Padat
Padat Padat
Cair Emulsi
Sol Cair Buih
Cair
Gas Aerosol Aerosol Larutan
Padat Cair Sejati
Kombinasi antara zat terdispersi gas dan
medium pendispersi gas, selalu dan pasti
akan membentuk larutan sejati, bukan
Sol padat (padat-padat)
13

Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi


berupa padatan dan fasa pendispersinya berupa
padatan.
Emulsi Padat (cair-padat)
14
Sistem koloid ini terbentuk
dari fasa terdispersi berupa
cairan dan fasa pendispersinya
berupa padatan.
Busa padat (gas-padat)
15
Sistem koloid ini
terbentuk dari fasa
terdispersi berupa gas
dan fasa pendispersinya
berupa padatan.
Sol (padat-cair)
16

Sistem koloid ini


terbentuk dari fasa
terdispersi berupa
padatan dan fasa
pendispersinya berupa
cairan.
Arosol Padat
(padat-gas) 17

Sistem koloid ini


terbentuk dari
fasa terdispersi
berupa padatan
dan fasa
pendispersinya
berupa gas.
Sifat-sifat Koloid
a.Efek tyndall
Hamburan cahaya oleh partikel – partikel koloid, sehingga
jalannya sinar yang melewati koloid dapat terlihat. 
Sifat khas pada sistem koloid yang membedakannya dengan
sistem dispersi yang lain diantaranya adalah efek Tyndall dan
gerak Brown.
Efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh
partikel koloid. Efek ini dikemukakan oleh John Tyndall,
ahli fisika berkebangsaan Inggris. Partikel dalam sistem
koloid dapat berupa molekul atau ion yang berukuran cukup
besar akan menghamburkan cahaya ke segala arah. Larutan
sejati/larutan tidak menunjukkan efek Tyndall, karena
ukuran partikelnya terlalu kecil untuk menghamburkan
cahaya.
Di lingkungan kita sering terjadi efek Tyndall,
diantaranya :
Terjadinya warna biru di langit pada siang hari
dan warna merah atau jingga di langit pada saat
matahari terbenam di ufuk barat.
Sorot lampu proyektor di gedung bioskop akan
tampak jelas ketika ada asap rokok.
Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut.
Berkas sinar matahari yang melalui celah daun
pepohonan pada pagi hari yang berkabut.
b.Gerak Brown
Gerakan partikel koloid terus-menerus dengan gerak patah-
patah (zig-zag), yang diakibatkan oleh adanya tumbukan
antara partikel-partikel koloid dengan medium
pendispersinya.
Gerak Brown adalah gerak acak (zig-zag)  partikel koloid
dalam medium pendispersinya. Gerak ini ditemukan oleh
Robert Brown. Gerak Brown terjadi karena adanya
tumbukan yang tidak seimbang antara molekul-molekul
medium terhadap partikel koloid. Semakin tinggi suhu
semakin cepat gerak Brown berlangsung karena energi
kinetik molekul medium meningkat sehingga menghasilkan
tumbukan yang lebih kuat.Gerak Brown dalam sistem koloid
menyebabkan partikel koloid tersebar merata dalam
medium pendispersinya dan tidak memisah meskipun
didiamkan (stabil).
c.Elektroforesa
Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid di bawah
pengaruh medan listrik. Partikel-partikel koloid dapat
bermuatan listrik karena terjadi penyerapan ion pada permukaan
koloid. Kestabilan sistem koloid disebabkan adanya muatan listrik
pada permukaan partikel koloid, selain karena adanya gerak Brown.
Pada peristiwa elektroforesis, partikel koloid akan dinetralkan
muatannya dan digumpalkan pada elektroda. Kegunaan dari
sifat ini adalah untuk menentukan muatan yang dimiliki
oleh suatu partikel koloid.
Pada elektroforesis ini, ke dalam elektrolit dimasukkan dua batang
elektroda kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah,
maka partikel-partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektroda
tergantung pada jenis muatannya. Koloid yang bermuatan negatif
akan bergerak ke anode (elektode positif) sedangkan koloid yang
bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif).
d.Adsorpsi
d.Adsorpsi
Kemampuan partikel koloid mengikat materi di
permukaan
Adsorpsi adalah proses penyerapan suatu
zat di permukaan zat lain. Zat yang diserap
disebut fase terserap dan zat yang menyerap disebut
adsorpen. Peristiwa adsorpsi disebabkan gaya tarik
molekul-molekul pada permukaan adsorpen.
Contoh pemanfaatan adsorpsi :
Penyembuhan sakit perut yang disebabkan bakteri
patogen dengan serbuk karbon atau norit. Di dalam
usus, norit akan menjadi koloid yang dapat
mengadsorpsi zat racun(bakteri patogen)
Dua cara pembuatan koloid
Larutan

Koloid

Dispersi
Kondensasi

Suspensi
23
Cara kondensasi
Reaksi redoks 24
 Pembuatan sol belerang
2H2S (g) + SO2 (aq)  3S (s) + 2H2O (l)
 Pembuatan sol emas

AuCl3 (aq) + 3FeSO4 (aq)  Au (s) + Fe2(SO4)3 (aq) +


FeCl3 (aq)

Reaksi hidrolisis
 Pembuatan sol Al(OH)3
AlCl3 (aq) + 3H2O (l)  Al(OH)3 (s) + 3HCl (aq)
 Pembuatan sol Fe(OH)
3

FeCl3 (aq) + 3H2O (l)  Fe(OH)3 (s) + 3HCl (aq)


Cara kondensasi
25

Reaksi penggaraman
 AgNO (aq) + NaCl (aq)  AgCl (s) +
3
NaNO3 (aq)
 Na SO (aq) + Ba(NO ) (aq)  BaSO
2 4 3 2 4
(s) + 2NaNO3 (aq)

Proses penjenuhan larutan


 Kedalam larutan jenuh kalium asetat
dalam air ditambahkan alkohol, maka
akan terbentuk koloid berupa gel
Cara dispersi
26
Cara mekanik
Koloid dibuat dengan cara
penggerusan partikel yang akan
dibuat koloid

Busur bredig
Digunakan untuk pembuatan sol
logam
Cara dispersi
27

Peptisasi
 Endapan diubah menjadi partikel koloid
dengan bantuan zat pempeptisasi (zat
pemecah)

Homogenisasi
 Miripdengan cara mekanik, pada
homogenesasi elmulsi yang terbentuk
dimasukkan ke dalam alat homogenizer.

Anda mungkin juga menyukai