Anda di halaman 1dari 43

KELAINAN REFRAKSI

Disusun Oleh :
Desha Akbar Hosen (1102015054)

Pembimbing : dr. Nasrudin, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA


RSUD PASAR REBO
PERIODE 26 -16 MEI 2021
• Refraksi adalah suatu keadaan dimana sekumpulan sinar melalui satu media
transparan ke media lain yang transparan namun berbeda kepadatannya.
Refraksi juga merupakan prosedur untuk menentukan dan mengukur setiap
kelainan optik (Gambar 1).

Refraksi
Gambar 1. Pemeriksaan Refraksi.
Media Refraksi, terdiri dari :
1. Kornea
2. Humor aquos
3. Lensa
4. Corpus Vitreus

Media Refraksi
• Mata mengubah-ubah daya bias untuk menetapkan fokus pada objek dekat
melalui proses yang disebut akomodasi.
• Penelitian tentang bayangan Purkinje, menunjukkan bahwa akomodasi terjadi
akibat perubahan di lensa kristalina.

Akomodasi
• Emetropia :
 Tanpa akomodasi, sinar sejajar yang datang ke mata akan dibiaskan tepat
di fovea sentralis dari retina.
• Ametropia :
 Keadaan dimana terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea
atau adanya perubahan panjang bola mata, sehingga sinar normal tidak
dapat terfokus ke makula.
 Dapat berupa presbiopia, hipermetropia, miopia, astigmatisme.
• Ametropia aksial :

 Terjadi akibat sumbu bola mata lebih panjang atau lebih pendek sehingga bayangan
benda difokuskan di depan atau di belakang retina.

• Ametropia refraktif :

 Terjadi akibat kelainan sistem pembiasan sinar dalam mata. Jika daya bias kuat maka
bayangan benda terletak didepan retina (miopia) atau jika daya bias kurang maka
bayangan benda akan terletak dibelakang retina (hipermetropia refraktif)

Ametropia
Ametropia Lensa Koreksi Kausa

Refraktif Aksial

Miopia Lensa (-) Bias Kuat Bola mata panjang

Hipermetropia Lensa (+) Bias Lemah Bola mata pendek

Astigmat Reguler Silinder Kurvatur 2 median tegak lurus

Astigmat Ireguler Lensa Kontak Kurvatur kornea ireguler


Kelainan refraksi terdiri atas :

1. Presbiopia
2. Miopia
3. Hipermetropia

4. Astigmatisme

KELAINAN REFRAKSI
Presbiopia merupakan gangguan
akomodasi pada usia lanjut yang dapat
terjadi akibat kelemahan otot akomodasi
dan lensa mata tidak kenyal atau berkurang
elastisitasnya akibat sklerosis lensa.

PRESBIOPIA
• Keluhan pasien berupa mata lelah, berair,

dan sering panas setelah membaca.

GEJALA KLINIS
Pada pasien presbiopi, kacamata atau addisi diperlukan untuk membaca
dekat yang berkekuatan tertentu, biasanya:

• +1,0 D untuk usia 40 tahun


Karena jarak baca biasanya 33cm maka addisi
• +1,5 D untuk usia 45 tahun
+3,0 dioptri adalah lensa positif terkuat yang
• +2,0 D untuk usia 50 tahun
dapat diberikan pada seseorang, pada keadaan
• +2,5 D untuk usia 55 tahun ini mata tidak melakukan akomodasi bila
• +3,0 D untuk usia 60 tahun membaca pada jarak 33 cm

PENATALAKSANAAN
 Alat pemeriksaan visus untuk jarak dekat adalah
dengan menggunakan Jaeger eye chart (dengan
jarak baca 30-40 cm). Jaeger eye chart digunakan
untuk membaca dekat dan untuk menentukan
penglihatan jarak dekat seseorang. Pada chart
tersebut, ada notasi J1 kemudian ada paragraf dengan
teks yang paling kecil, selanjutnya tulisan di paragraf
berikut (seterusnya) menjadi lebih besar ditandai
dengan peningkatan nomor J (misalnya J2,J3).

Tes Jeager
Nomor 15 pada gambar di atas berada ditengah atas dari baris tulisan yang
paling kecil yang ditandai dengan J1. Nomor ini mewakili penglihatan 20/15. J2
punya nomor 20, untuk penglihatan 20/20. Semakin besar huruf pada paragraf,
menunjukkan penurunan kejelasan penglihatan. Standar kejauhan Jaeger eye
chart untuk memeriksa seseorang adalah 12-14 inci atau 30-40 cm.
Terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan

lensa(kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau

bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus

sinar yang dibiaskan akan terletak di depan

retina.

MIOPIA
• Miopia Refraktif:
Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu
cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat)
• Miopia Aksial :
Diameter anteroposterior yang lebih panjang, bola mata yang lebih
panjang
• Miopia Indeks :
Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes
mellitus
• Miopia karena perubahan posisi :
cth: posisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca operasi glaukoma

Jenis-Jenis Miopia
Menurut derajat beratnya Menurut perjalanan penyakitnya

Miopia ringan (sampai 3 dioptri) Miopia statisioner/simpleks


Miopia progresif
Miopia sedang (3 - 6 dioptri)
Miopia malignant
Miopia berat ( lebih dari 6 dioptri)

Klasifikasi Miopia
Miopia statisioner : Miopia yang menetap setelah dewasa

Miopia progresif : Miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
pertambahan panjangnya bola mata

Miopia malignant : Miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakitabkan


ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan miopia pernisiosa= miopia maligna =
miopia degeneratif.

Menurut Perjalanan Penyakit


Manifestasi klinik ( subjektif ):

1. Penglihatan jauh kabur, lebih jelas dan nyaman apabila melihat dekat karena

membutuhkan akomodasi yang lebih kecil dari pada emetrop.

2. Kadang seakan melihat titik-titik seperti lalat terbang karena degenerasi vitreus.

3. Mata lekas lelah, berair, pusing, cepat mengantuk (merupakan gejala asthenophia).

4. Memicingkan mata agar melihat lebih jelas agar mendapat efek pinhole.

Manifestasi Klinik
• Bilik mata depan dalam karena otot akomodasi tidak dipakai.

• Pupil lebar (Midriasis) karena kurang berakomodasi.


• Mata agak menonjol pada miopi tinggi.
• Pada pemeriksaan oftalmoskopi, retina dan koroid tipis disebut fundus tigroid.

Manifestasi Objektif
1. Anamnesis 3. Pemeriksaan penunjang:
2. Pemeriksaan fisik :  Auto refraktometer

• Visus dasar utk melihat jauh  Funduskopi

• Visus dengan pinhole untuk mengetahui apakah


penglihatanyang buram disebabkan kelainan refraksi
atau kelainan anatomi
• Snellen chart dan lensa sferis negatif sampai
didapatkan visus 6/6.

Diagnosis Miopia
• Koreksi non bedah

Kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal agar
memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi.

• Koreksi bedah

 Fotorefraktif Keratektomi (PRK)

 Laser in situ Keratomileusis (LASIK)

 Keratomi Radikal

Tatalaksana Miopia
• Ablasio retina
• Stabismus/ mata juling

Komplikasi Miopia
HIPERMETROPIA
Keadaan mata tak berakomodasi yang memfokuskan
bayangan dibelakang retina. Hal ini dapat disebabkan
oleh berkurangnya panjang sumbu atau menurunnya
indeks refraksi.
• Hipermetropia Manifest
Hipermetropia Absolut
Hipermetropia Fakultatif
• Hipermetropia Laten

• Hipermetropia Total

Bentuk Hipermetropia
Ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kaca mata positif maksimal yang

memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolut

ditambah dengan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifes didapatkan tanpa

sikloplegik dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan koreksi kacamata maksimal.

Hipermetropia Manifest
• Hipermetropia absolut

Dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif
untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten yang ada berakhir dengan hipermetropia absolut ini.
Hipermetropia manifes yang tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai
hipermetropia absolut, sehingga jumlah hipermetropia fakultatif dengan hipermetropia absolut adalah
hipermetropia manifes.
• Hipermetropia fakultatif

Dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kaca mata
positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetropia fakultatif akan melihat normal 78 tanpa kaca
mata yang bila diberikan kaca mata positif yang memberikan penglihatan normal maka otot
akomodasinya akan mendapatkan istirahat. Hipermetropia manifes yang masih memakai tenaga
akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif.
• Hipermentropia Laten

Ialah dimana kelainan hipermetropia tanpa silkoplegia (atau dengan obat yang melemahkan
akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipemetropia laten hanya dapat diukur
bila diberikan sikloplegia. Makin muda makin besar komponen hipemetropia laten seseorang.
Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi
H. fakultatif dan kemudian akan menjadi H.absolut

• Hipermetropia total

Ialah hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan sikloplegia.


Gejala subyektif Gejala obyektif
- Penglihatan kabur bila melihat dekat dan - Tirade strabismus
jauh - COA dangkal, karena hipertofi otot-otot
- Astenopia akomodativa : sakit kepala, siliaris

matacepat lelah, cepat mengantuk - Ambliopia pada mata yang tanpa

sesudahmembaca dan menullis akomodasi; tidak pernah melihat obyek

dengan baik

Manifestasi klinis
1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik

• Visus dasar dengan snellen chart, visus dengan pinhole

• Refraksi subyektif

3. Pemeriksaan penunjang

• Funduskopi

• Refraktometer

Diagnosis
• Non bedah
• Bedah
Koreksi dengan lensa sferis terbesar
 LASIK(Laser in situ keratomileusis)
yang memberikan visus terbaik dan dapat  LASEK(Laser sebepithelial
melihat dekat tanpa kelelahan
keratomileusis)
Tidak diperlukan lensa sferis positif  PRK
pada hipermetropia rinagn, tidak ada astenopia
akomodatif, tidak ada strabismus

Tatalaksana
• Strabismus/ mata juling
• Glaukoma sekunder

Komplikasi
Astigmatisme

Astigmatisme merupakan kondisi dimana sinar


cahaya tidak direfraksikan dengan sama pada
semua meridian dan berkas cahaya difokuskan
pada 2 garis titik yang saling tegak lurus
akibat kelainan kelengkungan kornea.
Astigma dapat terjadi dengan kombinasi kelainan refraksi yang lain termasuk:

1. Miopia
Jika kurvatura kornea selalu melengkung atau jika aksis mata lebih panjang dari normal.
Bayangan terfokus didepan retina dan menyebabkan objek dari jauh terlihat kabur
2. Hipermetropia

Terjadi jika kurvatura kornea terlalu sedikit atau aksis mata lebih pendek dari normal.
Bayangan terfokus dibelakang retina dan menyebabkan objek dekat terlihat kabur.

Klasifikasi
1. Astigmatisme reguler :

Astigmatisme yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-


lahan secara teratur dari satu meridian ke meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi dengan
bentuk yang teratur dapat berbentuk garis, lonjong atau lingkaran.

Dibedakan atas Astigmat with the rule dan Astigmat against the rule.

2. Astigmatisme irreguler :

Astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian yang saling tegak lurus. Dapat terjadi akibat
kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler.

Klasifikasi
• Astigmatisme with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang
vertikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari
kelengkungan kornea di bidang horizontal.
• Pada keadaan astigmat lazim ini diperlukan lensa silinder negatif dengan sumbu 180 derajat
untuk memperbaiki kelainan refraksiyang terjadi.
• Astigmat tidak lazim (astigmatisme againts the rule) Suatu keadaan kelainan refraksi
astigmat dimana koreksi dengan silinder negatif dilakukan dengan sumbu tegak lurus (60-120
derajat) atau dengan silinder positif sumbu horizontal (30-150 derajat).
• Keadaan ini terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian horizontal lebih kuat
dibandingkan kelengkungan kornea vertikal. Hal ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Klasifikasi astigmatisme dilihat dari kondisi optik:

1. Simple hypermetropia astigmatism

2. Simple myopia astigmatism


3. Compound hypermetropia astigmatism

4. Compound miopic astigmatism


5. Mixed astigmatism

Klasifikasi
1. Distorsi bagian-bagian lapang pandang
2. Tampak garis vertikal,horizontal atau miring yang tidak jelas
3. Memegang bahan bacaan dari dekat
4. Sakit kepala, mata berair dan cepat lelah
5. Memiringkan kepala agar dapat melihat jelas

Manifestasi
• Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda

astigmatisme

• Pemeriksaan Oftalmologia. • Motilitas okular, penglihatan binokular, dan

a. Visus ( snellen chart) akomodasid.

b. Refraksi • Pemeriksaan umum mata :

 Subjektif : kartu astigmatisme reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, 27

penglihatan warna, tekanan intraokular,


 Objektif : keratometer, keratoskop, dan video
pemeriksaan segmen anterior dan posterior
keratoskopc.

Diagnosis
• Penatalaksanaan non-bedah

Dapat dikoreksidengan sferis silindris sesuai aksis yang didapatkan,untuk astigmatisme yang kecil
tidak perlu dikoreksi. Untuk astigmatisme miopi, diperlukan lensa silinder negatif, untuk astigma
hipermetropi digunakan lensa silinder positif.
• Penatalaksanaan bedah

Astigma juga dapat dikoreksi dengan keratektomi, foto refraktif, dan LASEK

Penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai