Anda di halaman 1dari 17

Kewajiban Menuntut Ilmu,

Mengembangkan, dan
Mengamalkannya
Islam Interdisipliner
KELOMPOK 3

Auryza Nur Fadhilah 1800026026


Prastika Bagaskoro 1800026031
Raden Roro Gina Paramita 1800026032
Rahma Cahyaningrum 1800026053
Outline

01 02
Perintah Menuntut Keutamaan Orang
Ilmu Berilmu

03 04
Posisi Ulama dalam Kedudukan dan
Islam dan Pentingnya Sumber Sains
Keberadaan Sains dalam Islam
dalam Agama
01
Perintah Menuntut
Ilmu
Perintah Menuntut Ilmu
Kewajiban menuntut ilmu telah diterangkan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Allah menerangkan anjuran untuk
menuntut ilmu dalam Q.S. Al Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dalil lainnya yang menerangkan tentang perintah menuntut ilmu terdapat dalam Hadist:
• “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” (HR. Ibnu Majah no.224, dari sahabat Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih aj-Jaami’ish Shaghiir no.3913)
• “Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah
terhadap orang yang mengajarkanmu.” (HR. Tabrani)
02
Keutamaan
Orang Berilmu
Keutamaan Orang Berilmu

● Diangkat derajatnya
Al-Mujadilah 58:11 “…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”
Al-Mulk :10 “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk
penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”
● Mendapat kebaikan dunia-akhirat
Al-Baqarah 2: 269 “Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-
Sunah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugrahi hikmah, ia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran
(dari firma Allah).
● Dimudahkan jalan ke surga
HR. Muslim 2699 “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya
jalan menuju surga.”
Keutamaan Orang Berilmu

● Mempunyai pahala yang kekal


HR. Muslim 1631 “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu):
sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan atau doa anak soleh”
● Takut kepada Allah
Al-Fatir :28 “Dan demikian pula diantara manusia, mahkluk bergerak yang bernyuawa dan hewan-hewan
ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnnya. Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-
Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun. “
03
Posisi Ulama dalam
Islam dan Pentingnya
Keberadaan Sains dalam
Agama
Posisi Ulama dalam Islam dan Pentingnya Keberadaan
Sains dalam Agama
1. Posisi ulama dalam Islam:

Menurut Ibnu Kathῑr ulama adalah mereka yang punya rasa takut kepada Allah, karena mereka mengetahui kebesaran
dan kekuasaan SWT Allah dan yang selalu mentaati dan menjauhkan diri dari maksiat. Maka dari itu, Allah SWT
menjadikan para ulama sebagai makhluk yang berkedudukan tinggi setelah makaikat, menurut Sayyid Qutub mengenai
kedudukan ulama sama bahwa ulama memiliki kedukukan istimewa di hadapan Allah SWT. Juga dengan kesaksian
mereka yang disandingi dengan kesaksian para malaikat, maka, Allah SWT akan mengangkat derajat para ulama karena
keilmuan dan peranannya di masyarakat.
Posisi Ulama dalam Islam dan Pentingnya Keberadaan
Sains dalam Agama
Pentingnya keberadaan sains dalam Agama:

Sains atau ilmu pengetahuan itu sangat penting dalam agama, karena ia disejajarkan dengan ilmu-ilmu keislaman yang
lain dan termasuk fardu kifayah yang dapat memberikan dampak positif bagi seseorang. Beberapa dampak dari ilmu
pengetahuan adalah:

1. Memperteguh keyakinan terhadap Allah


2. Menyingkap rahasia Tasyri’
3. Bukti kemu’jizatan Al-Qur’an
4. Menyempuranakan tanggung jawab peribadatan
04
Kedudukan dan
Sumber Sains
dalam Islam
Kedudukan Sains dalam Islam

Asal Kata Sains:


Science (Inggris) Scientia/Scine (Latin) Mengetahui

Kata sains dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai al-‘ilm dalam bahasa Arab. Dari segi istilah, sains dan
ilmu bermakna pengetahuan, namun demikian menurut Sayyid Hussen Al-Nasr kata science dalam bahasa
Inggris tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa Arab sebagai al-‘ilm, karena konsep ilmu pengetahuan yang
dipahami oleh barat ada perbedaannya dengan ilmu pengetahuan menurut perspektif Islam.
Kedudukan Sains dalam Islam
Sains dalam dunia Barat
Secara karakteristik, umumnya sains memiliki aspek-aspek khusus: (1) fokus/ subjek permasalahan yang terdefinsi,
(2) menggunakan metodologi tertentu, (3) memiliki teori yang sudah terformulasi (4) akumulasi dari beberapa
pengetahuan. Sehingga ia dapat didefinisikan sebagai “sebuah ilmu pengetahuan terorganisir yang muncul dari
proses penelitian yang ketat terhadap suatu subjek materi yang telah diuji dan diselidiki oleh seorang ilmuwan
menggunakan metode yang menghasilkan suatu teori.”

Sains dalam Islam


Islam memandang sains yang bersifat fisik tidak hanya pada tataran lahiriyah saja, namun juga adanya tujuan,
kebenaran, dan pengakuan wahyu sebagai satu-satunya sumber ilmu tentang realitas dan kebenaran yang terkait
dengan makhluk dan sang pencipta. Artinya, dalam melakukan kegiatan saintifik, para ilmuwan muslim yang
berpedoman Al-Qur’an dan Hadits akan dapat melahirkan produk sains yang membawa maslahat bagi kehidupan
manusia, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Alam semesta yang menjadi sumber realitas penalaran sains
merupakan gambaran yang tak terpisahkan dari wujud Allah. Karena di balik wujud dan realitas alam semesta ini
terdapat dimensi metafisik dan tujuan dari penciptaannya. Sains dalam Islam ditujukan untuk melakukan
pembuktian terhadap isyarat-isyarat untuk pencarian ilmu sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an.
Sumber Sains dalam Islam
Al-Qur’an dan Hadist dapat disebut sebagai sumber ilmu sains modern. Ini berdasarkan fakta bahwa banyak ayat-ayat
Al-Qur’an dan Hadist yang menerangkan hampir semua sains modern yang sudah ditemukan para peneliti masa
sekarang. Penekanan sains dalam al-Qur’an dan Hadist lebih dititik beratkan pada fenomena-fenomena alam, objek
utama pemaparan ayat-ayat seperti ini adalah sebagai tanda keesaan dan kekuasaan Sang Khalik.

Sains dalam Al-Qur’an


1. Bidang astronomi : Tentang garis edar matahari dan bulan
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam
orbit atau garis edar tertentu sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an:
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar
di dalam garis edarnya." (Q.S. Al Anbiya [21]:33)

2. Bidang Biologi : Tentang pembungkusan tulang oleh otot


"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (Q.S. Al
Mu’minun [23]:14)
Sumber Sains dalam Islam
Sains dalam Hadist
1. Hadist tentang Jumlah persendian yang ada pada tubuh manusia
“Dari Abdullah Bin Buraidah ia berkata: saya mendengar bapak saya Buraidah berkata bahwa beliau mendengar
Rasulullah SAW berkata: di dalam tubuh manusia terdapat tiga ratus enam puluh persendian, maka manusia itu harus
mensedekahkan untuk setiap persendiannya itu, para sahabat bertanya, siapakah yang sanggup untuk melakukan itu
ya Rasulallah? Lalu Rasul berkata: membenamkan ludah yang ada di dalam masjid atau menyingkirkan sesuatu yang
menghalang di jalan, jika kamu tidak sanggup melakukan itu maka shalat dhuha dua rakaat yang kamu lakukan
cukup untuk itu” (HR. Imam Ahmad Hadits nomor 23700)

2. Hadist tentang DNA


“Dari Abu Hurairah (ra) berkata: seseorang dari bani fazarah datang kepada Nabi SAW lalu ia berkata:
sesungguhnya istri saya melahirkan bayi yang berwarna hitam, lalu Nabi berkata kepada laki-laki tersebt: apakah
punya onta? Ia menjawab: iya, lalu Nabi bertanya lagi: apa warnanya? Laki-laki itu menjawab: merah, lalu nabi
bertanya lagi: apakah ada di antara anak-anaknya yang berwarna coklat? Laki-laki itu menjawab: ya ada, lalu Nabi
bertanya lagi: kira-kira warna yan berbeda itu datangnya dari mana? Laki-laki itu menjawab: barangkali datang dari
keturunannya yang dulu, lalu Nabi berkata: barangkali anak kamu ini juga disebabkan oleh sifat-sifat turunannya”
(HR. Al-Bukhari dalam kitab shohehnya, 6847 dan Muslim hadits ke 3839).
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai