Anda di halaman 1dari 77

KELOMPOK I

ANNISA AULIYA
LATISYA NURSYARIFAH K
PKMD
(Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa)
PENGERTIAN

 merupakan kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk


meningkatkan derajat kesehatan dan peningkatan berbagai
pelayanan yang diperlukan masyarakat untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu,
dalam pelaksanaan program PKMD sebagai bagian dari
pembangunan desa perlu didukung dan dilaksanakan bersama-
sama secara terpadu oleh pemerintah dan seluruh masyarakat.
 Pembangunan kesehatan masyarakat desa adalah rangkaian
kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong
royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam
memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya di
bidang kesehatan dan di bidang lain yang berkaitan agar
mampu mencapai kehidupan yang sehat sejahtera.
TUJUAN
 Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya swadaya masyarakat, sehingga
masyarakat mampu secara mandiri melakukan perilaku sehat, dalam meningkatkan
kesejahteraan dan mutu hidup masyarakat.

 Tujuan Khusus
1)      Menumbuhkan kegiatan dan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk
menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka
2)      Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan secara aktif dan
berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
3)      menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu, terampil serta
mau berperan aktif dalam pembangunan desa
4)      Membentuk kader-kader kesehatan yang berasal dari masyarakat yang mampu dan aktif
dalam program pembangunan kegiatan desa.
5)      Terjalinnya kerja sama kegiatan dari berbagai sektor masyarakat dengan pemerintah secara
terpadu.
6)      Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan turunnya angka kelahiran, kematian,
kesakitan, dan perbaikan status gizi masyarakat.
RUANG LINKUP
1. Liputan yang menyeluruh terhadap penduduk sehinggap enduduk dapat
memperoleh pembinaan kesehatan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan asas
pemerataan yang adil (equity).
2. Pembinaan kesehatan tersebut mencakup upaya preventif (pencegahan),
promotif (kegiatan peningkatan), kuratif (upaya penyembuhan) dan
rehabilitative (upaya perbaikan kembali), dengan penekanan pada pembinaan
esensial kesehatan penduduk melalui:
 Penyuluhan tentang masalah kesehatan dan cara penanggulangannya.
 Penyediaan makanan sehat dan peningkatan gizi.
 Pengadaan kegiatan air bersih dan sanitasi dasar.
 Peningkatan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana.
 Imunisasi terhadap penyakit infeksi utama.
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit endemik.
 Pengobatan tepat terhadap penyakit umum dan cedera.
 Penyediaan obat esensial.
3. Teknologi yang digunakan dalam pembinaan
kesehatan esensial tersebut harus tepat guna, efektif,
dapat diterima budaya setempat dan terjangkau oleh
masyarakat.
4. Masyarakat terlibat aktif dalam upaya pembinaan
kesehatan esensial tersebut sehingga dapat
mengembangkan kemandirian dan mengurangi
ketergantungan.
5. Pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi
dikaitkan dengan kegiatan pembangunan di sektor
lain dengan meningkatkan kerjasama lintas sektoral.
Dalam keterpaduan Keluarga Berencana, Kesehatan, Pendekatan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) diwujudkan melalui
Posyandu, Posyandu memenuhi kelima ciri Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD) tersebut di atas, Palang Merah Remaja Madya
diharapkan dapat berperan serta dalam kegiatan Posyandu membantu kader
kesehatan atau petugas sebatas kemampuannya.
Kegiatan Masyarakat di bidang kesehatan dilakukan di:
 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) untuk kegiatan penyuluhan, pelayanan
kesehatan ibu dan anak, pelayanan keluarga berencana, imunisasi,
pengobatan penyakit diare, dan pelayanan gizi.
 Di luar jadwal Posyandu untuk kegiatan penyuluhan, pencegahan penyakit
diare, penyediaan tempat pembuangan sampah, sarana air bersih,
penanggulangan pencemaran air minum, pengobatan sederhana, kegiatan
yang dikaitkan dengna kesehatan kerja, kesehatan sekolah (dokter kecil),
pramuka.
LANGKAH-LANGKAH PKMD

 1)      Persiapan masyarakat, yaitu upaya yang bertujuan agar


masyarakat memahami PKMD, dan mampu berperan
aktifdalam setiap kegiatan PKMD.
 Pengenalan terhadap masyarakat.
 Pengenalam masalah melalui:
 ü  Pengumpulan data (SDM)
 ü  Penyajian yang dapat dimengerti masyarakat.
 ü  Menyelesaikan masalah yang ada dengan prioritas yang perlu
ditanggulangi.
 Pembentukan kader dan  pengorganisasian kader.
 Pelatihan kader kesehatan desa yang disebut “promoter
kesehatan desa”
2)      Perencanaan Kegiatan PKMD
 Memilih prioritas masalah
 Menetapkan jenis kegiatan
 Menyusun rencana kerja yang meliputi:
ü  Tujuan yang ingin dicapai.
ü  Strategi yang ingin ditempuh pengorganisasian.
ü  Pengorganisasian.
ü  Pembiayaan.
ü  Waktu pelaksanaan.
ü  Tindakan.
3)      Pelaksanaan kegiatan.
 Kader dan mahasiswa melaksanakan masing-masing tugas sesuai
yang telah disepakati.
 Kader dan pengurus  desa serta petugas kesehatan memantau
kegiatan.
 Dalam proses kegiatan selalu diadakan pertemuan-pertemuan
(POKJA-POKJA).
 Dimonitori  adalah rencana kerja yang disepakati.
ü  Ketepatan pelaksanaan
ü  Ketepatan waktu.
ü  Penerimaan dan penggunaan biaya.
ü  Penyediaan dan penggunaan biaya.
ü  Hasil-hasil yang ingin dicapai.
ü  Jumlah dan kualitas partisipasi masyarakat.
4)      Penilaian (Evaluasi) PKMD
 Penilaian hasil kegiatan.
 Penilaian hasil sementara
 Penilaian hasil akhir.
5)      Pembinaan PKMD
 Pembinaan berarti upaya-upaya untuk memelihara
dan meningkatkan kegiatan yang telah dimulai dalam
menjamin kelangsungan program.
6)      Perluasan program PKMD.
 Dilakukan secara bertahap.
Berikut ini adalah langkah-langkah pemetaan PKMD :
Pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat desa
(PKMD) yang dilakukan masyarakat minimal mencakup salah
satu dari 8 unsur Primary Haelath Care sebagai berikut:
ü  Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara
pencegahan penyakit serta perlindungannya.
ü  Peningkatan persediaan makanan dan peningkatan gizi.
ü  Pengadaan air bersih dan sanitasi dasar yang memadai.
ü  Kesehatan Ibu dan Anak termasuk keluarga berencana
ü  Imunisasi untuk penyakit yang utama
ü  Pencegahan dan pengendalian penyakit endemi setempat
ü  Pengobatan penyakit umum dan luka-luka
ü  Penyediaan obat esensial.
Pengembangan dan Pembinaan PKMD dilakukan sebagai berikut:
ü  Berpedoman pada GBHN.
ü  Dilakukan dengan kerja sama lintas program dan lintas sektor
melalui pendekatan edukatif.
ü  Koordinasi pembinaan melalui jalur fungsional pada Gubernur,
Bupati, atau Camat.
ü  Merupakan bagian integral dari pembangunan desa secara
keseluruhan.
ü  Kegiatan dilaksanakan dengan membentuk mekanisme kerja yang
efektif antara instansi yang berkepentingan dalam pembinaan
masyarakat desa.
ü  Puskesmas sebagai pusat pembangunan dan pengembangan
kesehatan berfungsi sebagai dinamisator.
UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT
PREVENTIF

 Pengertian preventif adalah sebuah tindakan


yang diambil untuk mengurangi atau
menghilangkan kemungkinan terjadinya
suatu kejadian yang tidak diinginkan di masa
depan. Tindakan preventif biasanya lebih
murah biayanya jika dibandingkan dengan
biaya mengurangi dampak peristiwa buruk
yang terjadi
 CONTOHNYA
Imunisasi terhadap bayi, anak balita, dan ibu
hamil untuk mencegah terjadinya anomali
penyakit berbahaya.
KURATIF

 Pengertian Pelayanan
kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit, pengendalian penyakit, atau
pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
REHABILITATIF

 kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan


untuk mengembalikan bekas penderita ke
dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi
lagi sebagai anggota masyarakat yang
berguna untuk dirinya dan masyarakat
semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
UPAYA PENCEGAHAN MENURUT LEVELL AND CLARK

1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)


2. Spesific Protection (Perlindungan Khusus)
3. Early Diagnosis and Prompt
Treatment (Diagnosis Dini dan Pengobatan
yang Cepat dan Tepat)
4. Disability Limitation
(Pembatasan Kecacatan)
5. Rehabilitation (Rehabilitasi)
1. Health Promotion (Promosi Kesehatan) 

Tujuan akhirnya adalah agar masyarakat berubah


perilakunya, dari perilaku yang tidak baik
menjadi baik. Nah, dalam memaukan
masyarakat tersebutlah, maka dipakai yang
namanya pendidikan kesehatan. Sedangkan
dalam memampukan masyarakat, dilakukan
intervensi lingkungan. Pendidikan kesehatan
yang dapat ditempuh ada banyak, bisa melalui
penyuluhan, konseling, konsultasi, dan lain-lain
2. Specific Protection (Perlindungan
Khusus)

 Perlindungan khusus yang dimaksud dalam tahapan ini


adalah perlindungan yang diberikan kepada orang-
orang atau kelompok yang beresiko terkena suatu
penyakit tertentu. Perlindungan tersebut dimaksudkan
agar\ kelompok yang beresiko tersebut dapat bertahan
dari serangan penyakit yang mengincarnya. Oleh
karena demikian, perlindngan khusus ini juga dapat
disebut kekebalan buatan. Contohnya adalah imunisasi
yang diberikan kepada bayi dan balita, vaksin kepada
jemaah haji, penggunaan APD pada para pekerja,
dan lain-lain.
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis Dini dan Pengobatan yang Cepat dan
Tepat)

 Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat


dan cepat merupakan langkah pertama
ketika seseorang telah jatuh sakit. Tentu
saja sasarannya adalah orang-orang yang
telah jatuh sakit, agar sakit yang dideritanya
dapat segera diidentifikasi dan secepatnya pula
diberikan pengobatan yang tepat.
4. Disability Limitation
(Pembatasan Kecacatan)

Kecacatan yang ditakutkan terjadi disebabkan


pengobatan kepada penderita tidak sempurna. Adapun
pembatasan kecacatan terkesan membiarkan penyakit
menyerang dan membuat cacat si penderita, baru
kemudian diambil tindakan. Banyak penyakit yang
dapat menimbulkan kecacatan dapat dicegah dengan
pengobatan yang lebih sempurna. Salah satunya
adalah dengan meminum obat yang diberikan oleh
dokter sampai habis.
5. Rehabilitation
(Rehabilitasi)
Rehabilitasi merupakan tahapan yang sifatnya
pemulihan. Ditujukan pada kelompok
masyarakat yang dalam masa penyembuhan
sehingga diharapkan agar benar- benar pulih
dari sakit sehingga dapat beraktifitas dengan
normal kembali.
PROGRAM KESEHATAN YANG TERKAIT DALAM
MENINGKATKAN STATUS KESEHATAN IBU DAN ANAK
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya
mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait
kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem
tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat,
dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon
genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah,
pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini
tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka
masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta
pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA IBU

Kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk


meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya yang ditujukan pada
masyarakat reproduktip pranikah.Pelayanan kebidanan
diawali dengan pemeliharaan kesehatan para calon ibu.
Remaja wanita yang akan memasuki jenjang perkawinan
perlu dijaga kondisi kesehatannya. Kepada para remaja di
beri pengertian tentang hubungan seksual yang sehat,
kesiapan mental dalam menghadapi kehamilan dan
pengetahuan tentang proses kehamilan dan persalinan,
pemeliharaan kesehatan dalam masa pra dan pasca
kehamilan.
Promosi kesehatan pada masa pra kehamilan disampaikan
kepada kelompok remaja wanita atau pada wanita yang
akan menikah. Penyampaian nasehat tentang kesehatan
pada masa pranikah ini disesuaikan dengan tingkat
intelektual para calon ibu. Nasehat yang di berikan
menggunakan bahasa yang mudah di mengerti karena
informasi yang di berikan bersifat pribadi dan sensitif.
Remaja calon ibu yang mengalami masalah kesehatan
akibat gangguan sistem reproduksinya segera di tangani.
Gangguan sistem reproduksi tidak berdiri sendiri.
Gangguan tersebut dapat berpengaruh terhadap kondisi
psikologi dan lingkungan sosial remaja itu sendiri.
B. Perkawinan Sehat
 Bagaimana mempersiapkan diri ditinjau dari sudut kesehatan , menghadapi
perkawinan, disampaikan kepada remaja. Pekawinan bukan hanya sekedar
hubungan antara suami dan istri. Perkawinan memberikan buah untuk
menghasilkan turunan. Bayi yang dilahirkan juga adalah bayi yang sehat dan
direncanakan.
 
Empat Kunci Kehamilan Sehat
 Persiapan Diri Untuk Kehamilan
 Calon ibu harus mempersiapkan diri seoptimal mungkin sejak sebelum
kehamilan terjadi. Konsultasikan ke dokter kandungan guna dilakukan
berbagai pemeriksaan , agar dokter dapat mendeteksi hal-hal yang kurang
menguntungkan bagi kehamilan seperti infeksi toksoplasma dan kekurangan
gizi.Selain itu kesiapan psikis calon ibu dan ayah pun harus diperhatikan.
2. Pola Hidup Sehat
 Ini meliputi kesehatan makanan dan kesehatan lingkungan.Keshatan
makanan ,meliputi makan makanan yang bergizi dan menjaga
berat badan.Untuk kesehatan lingkungan meliputi lingkungan yang bersih
dan nyaman selain itu olahraga dan gaya hidup yang tidak sehat seperti
merokok dan minum alkohol juga sangat berpengaruh bagi kehamilan.
3. Jaga Tubuh Dari Serangan Penyakit
 Ada beberapa penyakit yang kalau sampai menyerang ibu hamil akan
berdampak buruk. Diantaranya rubella,varicella,hepatitis. Oleh karena
ituusahakan agar tubh terhindar daripenyakit-penyakit infeksi.
 4. Cegah timbulnya Penyakit Kehamilan
 Yang terkhir ini dapat dilakukan dengan rutin memeriksakan kehamilan ke
dokter kandungan guna mengetahui perkembangan janin ataupun keadaan
ibu hamil tersebut.
 
Kesehatan Saat Hamil

 Salah satu unsur yang penting untuk menurunkan angka kematian ibu
dan bayi adalah memelihara kesehatan ibu hamil. Bidan harus memiliki
data ibu hamil yang berada diwilayah kerjanya. Data ini dapat diperoleh
dari pencatatan yang dilakukan sendiri atua dari kantor desa/ kelurahan.
Dari data tersebut dapat diatur strategi pemeliharaan kesehatan ibu
hamil.
Semua ibu hamil dianjurkan agar memeriksakan kesehatan dirinya sedini
mungkin. Anjuran tersebut disampaikan kepada masyarakat melalui
kelompok ibu-ibu atau pemimpn desa. Pemeriksaan kehamilan dilakukan
minimal 4 kali, yaitu pada Trimester pertama 1 kali, Trimester dua 1 kali
dan pada Trimester tiga 2 kali.
 Pada ibu hamil dengan resiko tinggi pemeriksaan dilakukan lebih sering
dan intensif. Untuk itu bidan harus mengadakan pendekatan langsung
kepada ibu hamil atau pendekatan dapat dilakukan melalui dukun
terlatih, kader posyandu, atau peminat KIA.
  Pertolongan Persalinan

 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan


yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada
kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan
tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh
karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga
kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai


berikut :
1.    Pencegahan infeksi
2.    Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3.    Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
4.    Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
5.    Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
 Pada masa persalinan atau pasca persalinan
gangguan jiwa mungkin terjadi.
 Disamping hal tersebut diatas masih ada lagi
permasalahn remaja dan dikaitkan dengan kesehatan
keluarga. Bidan harus dapat memberikan bimbingan
sewaktu remaja berkonsultasi atau memberikan
penyuluhan. Bila masalah remaja menyangkut bidang
alin maka dapat dirujuk pada yang lebih ahli.
Misalnya bila remaja merasa ketakutan yang amat
sangat dalam menghadapi kehamilan dapat dirujuk
kedokter spesialis jiwa atau ke psikolog.
 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

 Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai
6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi
pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan
kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :

 Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan.
 Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 – 14 hari).
 Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36 – 42 hari).

Pelayanan yang diberikan adalah :


1.    Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2.    Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
3.    Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
4.    Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
5.    Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama segera setelah
melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama.
6.    Pelayanan KB pasca salin
PELAYANAN KESEHATAN ANAK
Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa
kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar
Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus
(sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:
1.      Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2.      Ukur tekanan darah.
3.      Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4.      Ukur tinggi fundus uteri.
5.      Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6.      Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid  (TT) bila diperlukan.
7.      Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8.      Test laboratorium (rutin dan khusus).
9.      Tatalaksana kasus
10.    Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB
pasca persalinan.
 frekuensi pelayanan antenatal adalah
minimal 4 kali selama kehamilan, dengan
ketentuan waktu pemberian pelayanan yang
dianjurkan sebagai berikut :

 -     Minimal 1 kali pada triwulan pertama.


 -     Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
 -     Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
D. Pelayanan Kesehatan Neonatu

 Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang


diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali,
selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan
maupun melalui kunjungan rumah.

 Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :


1.    Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam setelah lahir.
2.    Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai
dengan hari ke 7 setelah lahir.
3.    Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan
hari ke 28 setelah lahir.
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan
secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan
perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan
pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk
memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :

1.    Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir


·         Perawatan Tali pusat
·         Melaksanakan ASI Eksklusif
·         Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
·         Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
·         Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
2.    Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
  Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan
infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah
dan Masalah pemberian ASI.
 Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum
diberikan pada waktu perawatan bayi baru lahir
 Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk
memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi
dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di
rumah dengan menggunakan Buku KIA.
  Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
  Pelayanan Kesehatan Bayi

 Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan


sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada
bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan
11 bulan setelah lahir.

 Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :


1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan.
2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan.
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan.
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan.
 Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin
bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat
pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan
kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan
demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan
terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
  Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB
1,2,3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
  Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
  Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).
 ·Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping
ASI,  tanda – tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah
menggunakan Buku KIA.
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Pelayanan kesehatan anak
balita
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat.
Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1.      Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam
Buku KIA/KMS.Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak
balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam
2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk
ke sarana pelayanan kesehatan.
2.      Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam
setahun.Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik
halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan).
Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di
luar gedung.
3.      Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4.      Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5.      Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS.
PELAYANAN PUS WUS DAN
KLIMAKTERIUM/MENOPAUSE
Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada WUS

WUS (Wanita Usia Subur) adalah wanita yang


keadaan organ reproduksinya berfungsi
dengan baik antara umur 20-45 tahun.
Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun.
Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk
hamil. Pada usia 30-an presentasenya menurun hingga
90%. Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil
berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita
hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil.
Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal
yang sangat penting untuk diketahui. Dimana dalam
masa wanita subur ini harus menjaga dan merawat
personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat
kelaminya dengan rajin membersihkannya. Oleh
karena itu WUS dianjurkan untuk merawat diri. Untuk
mengetahui tanda-tanda wanita subur antara lain
dengan melihat siklus haidnya.
Siklus Haid

 Wanita yang mempunyai siklus haid teratur


setiap bulan biasanya subur. Satu putaran
haid dimulai dari hari pertama keluar haid
hingga sehari sebelum haid datang kembali,
yang biasanya berlangsung selama 28-30
hari. 
 Pembekalan pengetahuan untuk menjaga
kesehatan reproduksi wanita
 Personal Hygiene
 Pelayanan kesehatan dengan deteksi dini
kanker sistem reproduksi
 Pemeriksaan untuk mendeteksi kanker
payudara
Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada PUS

Pasangan usia subur (Pus) adalah pasangan


suami istri berumur 15-49 tahun dari secara
operasional termasuk pula pasangan suami
istri yang istrinya berumur kurang dari 15
tahun dan telah haid atau istrinya berumur 50
tahun tetapi masih hamil. 
Pelayanan kesehatan reproduksi pada PUS,
sbb :

 Pelayanan Kesehatan pada Catin.


 Pemeriksaan kesehatan kedua catin, agar salah satu/kedua catin tersebut menderita penyakit
dapat diketahui sebelumnya.
 Apabila ternyata sakit agar segera berobat,sehingga pada saat pernikahan kedua catin benar-
benar dalam keadaan sehat.
 Penjelasan tentang kesehatan dalam perkawinan, terutama yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, masa nifas dan KB. Misalnya anemia pada waktu hamil yang
berdampak pada ibu dan bayinya.
 Pemberiaan imunisasi TT pada catin perempuan untuk mencegah tetanus pada bayi yang
akan dilahirkannya.
 Memberikan pengetahuan bagaimana sikap seorang PUS ini harus sesuai dengan kodratnya,
tidak sama dengan sebelum dia menikah, atau masih gadis. Dia harus mampu melayani
suaminya, bukan kebutuhan bathiniah saja tapi rohaniah dan yang laennya juga.
 Apabila seorang wanita datang untuk memakai KB maka bidannya harus menanyakan
apakah suaminya setuju dengan ia memakai KB. Bila perlu si wanita tadi datang bersama
suaminya, jadi suaminya juga ikut dalam menentukan kontrasepsi yang baik dan aman untuk
istrinya.
  Pelayanan Keluarga Berencana
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada
Klimakterium / Monopause

 Kata menopause berasal dari bahasa yunani yang


berarti ”bulan” dan ”penghentian sementara”
(Wirakusumah,Emma.S, 2004).
 Menopause atau mati haid adalah masa dimana
seorang perempuan mendapatkan haid atau datang
bulan atau menstruasi terakhir secara alami dan tidak
lagi haid selama 12 bulan berturut-turut (Departemen
Kesehatan RI, 2005).
 Umumnya terjadi menopause mulai terjadi pada
permpuan berusia sekitar 45-55 tahun (Departemen
Kesehatan RI, 2005).
BENTUK DAN KARAKTERISTIK PUSAT
PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
KHUSUSNYA PELAYANAN KESEHATAN
IBU DAN ANAK
POSKESMAS

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)


adalah salah satu sarana pelayanan
kesehatan masyarakat yang amat penting di
Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis dinas kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatau wilayah
kerja (Depkes, 2011).
KEGIATAN POKOK PUSKESMAS

kegiatan pokok Puskesmas yang seharusnya dilaksanakan


adalah sebagai berikut : KIA, Keluarga Berencana, Usaha
Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular, Pengobatan termasuk
pelayanan darurat karena kecelakaan, penyuluhan
Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Sekolah, Kesehatan
Olah Raga, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan
dan keselamatan Kerja, Kesehatan Gigi dan Mulut,
Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata, Laboratorium
Sederhana, Pencatatan Laporan dalam rangka Sistem
Informasi Kesehatan, Kesehatan Usia Lanjut dan
Pcmbinaan Pengohatan Tradisional.
Fungsi puskesmas

 Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih


mengutamakan pelayanan promotif dan preventif,
dengan kelompok masyarakat serta sebagian
besar diselenggarakan bersama masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.
 Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan
pelayanan,kuratif dan rehabilitatif dengan
pendekatan individu dan keluarga pada umumnya
melalui upaya rawat jalan dan rujukan ( Depkes RI,
2007).
POSYANDU

Posyandu merupakan perpanjangan tangan Puskesmas


yang memberikan pelayanan dan pemantauan
kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Kegiatan
posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat.
Posyandu sebagai wadah peran serta masyarakat, yang
menyelenggarakan system pelayanan pemenuhan
kebutuhan dasar, peningkatan kualitas manusia, secara
empirik telah dapat memeratakan pelayanan bidang
kesehatan. Kegiatan tersebut meliputi pelayanan
imunisasi, pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan
kesehatan ibu dan anak (Departemen Kesehatan, 1999).
 Lima kegiatan posyandu antara lain :
 Kesehatan ibu anak,
 Keluarga berencana,
 Imunisasi,
 Peningkatan gizi,
 Penanggulangan diare;
Tujuh kegiatan Posyandu (sapta krida posyandu)
meliputi:
 Kesehatan ibu anak,
 Keluarga berencana,
 Imunisasi,
 Peningkatan gizi,
 Penanggulangan diare,
 Sanitasi dasar,
 Penyediaan obat esensial;
jenis pelayanan yang diberikan antara lain :
 Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita,
 Penimbangan bulanan,
 Pemberian makanan tambahan,
 imunisasai bagi bayi 0-11 bulan,
 Pemberian oralit untuk penanggulangan diare,
 Pengobatan penyakit sebagai pertolongan
pertama;
POLINDES

Pondok bersalin desa (polindes) adalah salah satu


bentuk peran serta masyarakat dalammenyediakan
tempat pertolongan persalinan dan pelayanan
kesehatan ibu dan anak lainnya,termasuk kb
 di desa (depkesri, 1999) polindes dirintis 
an dikelola oleh pamong desasetempat. Berbeda
dengan posyandu yang pelaksanaannya dilakukan
oleh kader didukungoleh petugas puskesmas, maka
petugas polindes pelayanannya tergantung pada
keberadaan bidan, oleh karena pelayanan di
polindes merupakan pelayan profesi kebidanan.
Fungsi Pondok bersalin desa
1.      Sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu
dan anak (termasuk KB)
2.      Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan
 dan pertolongan persalinan
3.      Sebagai tempat untuk konsultasi,
penyuluhan dan pendidikan kesehatan
masyarakat dan dukun bayi maupun kader
PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

 A.     PERENCANAAN

 Rencana merupakan suatu pola pikir yang sistematis untuk mewujudkan suatu
tujuan dengan mengorganisasikan dan mendayagunakan sumber yang tersedia.
Jadi yang disebut dengan perencanaan yaitu suatu proses penyusunan rencana
yang menggambarkan keinginan untuk mencapai tujuan tertentu melalui suatu
kegiatan dengan mengorganisasikan dan mendayagunakan sumber yang tersedia.

 Ada beberapa dari bentuk perencanaan, yaitu:


1.    Perencanaan berdasarkan kurun waktu pelaksanaan
a.    Jangka panjang: alokasi waktu 25 tahun.
b.    Jangka menegah: alokasi waktu 5 tahun.
c.    Jangka pendek: disusun untuk kegiatan tahunan.
2.    Perencanaan berdasarkan wilayah
3.    Perencanaan berdasarkan program
Adanya proses penyusunan rencana yaitu:
a.   Menentukan tujuan
b.    Menentukan strategi
c.    Menentukan kegiatan
d.    Menentukan sumber daya
B. PENGORGANISASIAN

Hal-hal yang diorganisasikan :


a.   Kegiatan yang merupakan pengaturan berbagai
kegiatan yang ada ada dalam rencana sedemikian
rupa sehingga terbentuk satu kesatuan terpadu,
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b.   Tenaga pelaksana mencakup pengaturan
struktur organisasi, susunan personalia serta hak
dan wewenang dari setiap tenaga pelaksana,
sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan ada
penanggung jawabnya.
C. PELAKSANAAN / ACTUATING

Pelaksanaan atau actuating merupakan setelah


perencanaan dan pengorganisasian maka
perlu mewujudkan perencanaan tersebut
dengan menggunakan organisasi yang
terbentuk berarti ini merupakan rencana
tersebut dilaksanakan (IMPLEMENTATING)
atau diaktuasikan (actuating).
D. MONITORING DAN EVALUASI

Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan balita.
 E.  PENCATATAN DAN PELAPORAN

 Pencatatan dan pelaporan merupakan dokumentasi yang


dapat dijadikan bukti atas pelaksanaan suatu kegiatan
atau program. Pencatatan merupakan kegiatan atau
proses pendokumentasian suatu aktivitas dalam bentuk
tulisan. Bentuk pencatatannya dapat berupa tulisan di atas
kertas (terbanyak), disket, dan lain-lain dengan ilustrasi
tulisan, grafik, gambar atau suara. Semua kegiatan pokok
baik di dalam gedung maupaun diluar gedung puskesmas,
puskesmas pembantu, dan bidan didesa harus dicatat.
Manfaat pencatatan:
 Memberikan informasi tentang suatu keadaan, masalah, atau
kegiatan.
 Sebagai bahan proses belajar mengajar.
 Sebagai bahan pertanggung jawaban.
 Sebagai bahan pembuatan laporan.
 Untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
 Sebagai bukti hukum.
 Sebagai alat komunikasi (penyampaian pesan).
 Sebagai alat komunikasi serta untuk mengingatkan suatu
kegiatan atau peristiwa khusus.
  Sebagai bahan penelitian.
Masalah Kesehatan AKI ,AKB,AKABA
dan Prevalensi gizi buruk
AKI

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah


satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan.
Penyebab Kematian Ibu Melahirkan

 Persoalan kematian yang terjadi lantaran


indikasi yang lazim muncul. Yakni pendarahan,
keracunan kehamilan yang disertai kejang-
kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata
masih ada faktor lain yang juga cukup penting.
Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak
begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial
ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan
politik, kebijakan juga berpengaruh. 
tiga faktor utama penyebab kematian ibu
melahirkan yakni, pendarahan, hipertensi saat
hamil atau pre eklamasi dan infeksi.
Pendarahan menempati
persentase tertinggi penyebab kematian ibu
(28 persen), anemia dan kekurangan energi
kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab
utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang
merupakan faktor kematian utama ibu.
Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia
adalah disebabkan karena relatif masih
rendahnya cakupan pertolongan oleh
tenaga kesehatan. 
AKB

Penyebab kematian terbanyak pada periode


ini, menurut Depkes, disebabkan oleh
sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan,
dan infeksi saluran pemapasan atas.
Prevalensi Gizi Buruk

Pengertian Gizi Buruk


 Gizi buruk merupakan salah satu klasifikasi status gizi dimana
mengalami kurang gizi yang diketahui berdasarkan pengukuran
antropometri seperti pertambahan berat badan, tinggi
badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan lain-lain.
 Menurut WHO, sebanyak 54% penyebab kematian bayi dan balita
disebabkan karena keadaan gizi buruk pada anak. Anak yang
mengalami gizi buruk memiliki risiko meninggal 13 kali lebih besar
dibandingkan anak yang normal.
 Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi
balita gizi buruk dan kurang di Indonesia mencapai 19,6%. Angka ini
meningkat dibandingkan data Riskesdas 2010 sebesar 17,9%.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai