Kelompok 9
Sejak tahun 1983, pemerintah secara konsisten telah melakukan berbagai upaya deregulasi
sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian. Kendati demikian,
banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang perdagangan dan investasi tidak memberi
banyak keuntungan bagi perusahaan kecil dan menengah bahkan justru perusahaan besar
dan konglomeratlah yang mendapat keuntungan.
Kendati beberapa definisi mengenai usaha kecil namun agaknya usaha kecil mempunyai
karakteristik yang hampir seragam. Pertama, tidak adanya pembagian tugas yang jelas
antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh
perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta
memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya. Data BPS (1994)
menunjukkan hingga saat ini jumlah pengusaha kecil telah mencapai 34,316 juta orang
yang meliputi 15, 635 juta pengusaha kecil mandiri (tanpa menggunakan tenaga kerja
lain), 18,227 juta orang pengusaha kecil yang menggunakan tenaga kerja anggota
keluarga sendiri serta 54 ribu orang pengusaha kecil yang memiliki tenaga kerja tetap.
Dilihat menurut golongan industri tampak bahwa
hampir
Rendahnya akses industri sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak
kecil terhadap lembaga- pada
kelompok usaha industri makanan, minuman dan
lembaga kredit formal
tembakau (ISIC31), diikuti oleh kelompok industri
sehingga mereka cenderung barang galian bukan logam (ISIC36), industri tekstil
menggantungkan pembiayaan (ISIC32), dan industri kayu,bambu, rotan, rumput
usahanya dari modal sendiri dan sejenisnya termasuk perabotan rumahtangga
atau sumber-sumber lain (ISIC33) masing-masing berkisar antara 21%
seperti keluarga, kerabat, hingga 22% dari seluruh industri kecil yang ada.
pedagang perantara, bahkan
rentenir.
Permasalahan UMKM di
Indonesia
1. Minimnya Modal
2. Distribusi Tidak Tepat
3. Pengelolaan Keuangan Tidak Efisien
4. Kurangnya Inovasi
5. Belum Memaksimalkan Pemasaran Online
6. Pembukuan Masih Manual
7. Manajemen Waktu
8. Tidak Memiliki Izin
1. Kerja sama dalam menyediakan kredit bagi pelaku UMKM dengan bunga rendah
2. Memperluas jaringan pemasaran
3. Memperbaiki kualitas SDM
4. Menerapkan teknologi yang tepat guna
5. Menciptakan Iklim usaha yang kondusif
6. Menyediakan sarana dan prasarana usaha yang memadai
Selanjutnya pemerintah perlu membuat kebijakan terkait pemberdayaan UMKM
tersebut. Terdapat tiga hal pokok yang perlu dilakukan sebagai berikut;
1. Pola keterkaitanlangsung
Pertama, pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat), di mana usaha besar (bapak angkat) sebagai inti
sedang petani kecil sebagai plasma. Kedua, pola dagang, di mana usaha besar bertindak
sebagai pemasar produk yang dihasilkan oleh mitra usahanya. Ketiga, pola vendor, dimana produk
yang dihasilkan oleh anak angkat tidak memiliki hubungan kaitan di depan maupun belakang dengan
produk yang dihasilkan oleh bapak angkat. Keempat, pola subkontrak, dimana produk yang
dihasilkan anak angkat merupakan bagian proses produksi usaha yang dilakukan olehbapak angkat.
2. Pola keterkaitan tidak langsung merupakan pola pembinaan murni. Dalam pola ini tidak ada hubungan
bisnis langsung antara “Pak Bina” dengan mitra usaha. Bisa dipahami apabila pola ini lebih tepat dilakukan
oleh perguruan tinggi sebagaibagian salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu:
pengabdian kepada masyarakat. Departemen Koperasi dan PPK telah merintis kerja sama dengan
16perguruan tinggi pada tahun 1994/1995 untuk membentuk Pusat-Pusat KonsultasiPengusaha Kecil
(PKPK). Selama ini pola pembinaan lewat program ini meliputi meliputipelatihan pengusaha pengusaha
kecil, pelatihan calon konsultan pengusaha kecil, bimbingan usaha, konsultasi bisnis, monitoring
usaha, temu usaha, dan seminar usaha kecil.
Kredit Usaha Kecil (KUK)
KUK adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit
maksimum Rp 350.000.000,00 untuk membiayai usaha yang produktif, yaitu usaha yang dapat
memberikan nilai tambah dalam menghasilkan barang dan jasa.
Modal Ventura adalah perusahaan investasi yang menyediakan modal bagi usaha-usaha yang
berpotensi untuk ditukar dengan sejumlah persentase Ekuitas (Equity). Sumber permodalan ini bisa
digunakan oleh usaha-usaha yang memiliki target untuk berkembang namun belum memiliki akses
untuk pasar Ekuitas. Umumnya, sistem pendanaan dengan Modal Ventura memiliki tingkat kegagalan
investasi yang cukup besar. Penyebabnya utamanya adalah karena sistem ini selalu berurusan dengan
ketidakpastian bisnis yang statusnya terbilang baru menetas dan belum memiliki reputasi yang jelas.
Tak hanya itu, perusahaan Modal Ventura juga terbilang jarang memodali suatu usaha di tengah
pertumbuhan bisnisnya.
Kelebihan modal ventura :
A. Merupakan solusi terbaik bagi UKM baru yang belum mampu memenuhi
persyaratan dalam mengajukan pembiayaan pada sumber pendanaan lainnya.
C. Selalu memonitor langsung jalannya usaha kita dengan memberikan konsultasi bisnis
tengah mengalami kendala.
D. Membantu menaikkan pamor dan reputasi usaha yang didanai serta memperluas
jaringan usaha melalui partner baru.
Kekurangan modal ventura
1. Pembiayaan yang cukup mahal jika dilihat dari jangka waktunya, terutama bagi usaha yang
sudah sukses, sebab perusahaan Modal Ventura menggunakan sistem bagi hasil.
2. Proses pemilihan usaha yang akan didanai bisa menjadi sangat selektif mengingat resiko
kegiatan usaha yang lumayan tinggi.
3. Pemilik usaha yang didanai bisa jadi kehilangan kontrol bahkan kepemilikan usahanya
karena manajemen serta saham perusahaan dipegang langsung oleh perusahaan Modal Ventura.
Apalagi saat usaha kita mulai menunjukkan kegagalan, langkah yang langsung diambil
biasanya adalah dilikuidasi.
ADA
PERTANYAAN?