Anda di halaman 1dari 62

Proses Asuhan Gizi di

Puskesmas

Direktorat Gizi Masyarakat


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI
SISTIMATIKA PENYAJIAN

Latar Belakang

Pelayanan Gizi di Puskesmas

Proses Asuhan Gizi di Puskesmas


I. Latar Belakang
Gambaran Kesehatan di Indonesia
Angka Kematian Ibu : 305 Status Gizi Ambang batas Masalah Pemantauan Status
(Data PSG 2015-2016) (WHO,2010) Gizi (%)
Pemeriksaan Kehamilan (K4) : 60,93%
Kurang energi Kronis pada WUS : 20,97
2015 2016
Bumil Anemia : 37,1%
Persalinan oleh Nakes di faskes: 69,99 Balita Gizi Kurang- BB/U > 10% 18.8 17.8
(underwight)
Proporsi Kecamatan dengan dokter cukup : 9,55
> 20% 29.0 27.5
Balita Pendek – TB/U
Cakupan penimbangan Balita : 68, 28% (stunting)
Balita Imunisasi Lengkap : 50,39% Balita Kurus- BB/TB
> 5% 12.0 11.1
(wasting)-
Kunjungan Neonatal : 88,73%
Balita Gemuk- BB/TB > 5% 5.3 4.3
ASI Ekslusif 6 bulan : 38.0% (Overweight and Obese)
Angka kematian Bayi : 23 per 1000 kelahiran hidup
Diare balita 11,99%
ISPA Baita : 40,64%
Pneumonia : 2,14% Trend masalah gizi menurun,namun masih menjadi
Masalah Gizi Masyarakat

Akses Sanitasi : 58,19%


Akses Sumber Air Bersih : 50,41%
HASIL PSG 2016 PADA KELOMPOK BALITA

5
INDONESIA
Total population 261.5 million
Double burden Stunting, Wasting,
Provinces 34; Districts 514;
GINI Index: 0.397; Overweight and Anemia
number of adolescent 43,5 million
(18% by total population)

SDKI 2012, Sensus Penduduk 2010 6


ARAH KEBIJAKAN GIZI MASYARAKAT 2015 - 2019
6 Penguatan peran Linsek
dalam rangka intervensi
Peningkatan sensitif dan spesifik
surveilans gizi
termasuk 1
pemantauan Penguatan
pertumbuhan 5 pelaksanaan
dan pengawasan
PERBAIKAN
regulasi dan
GIZI standar gizi
Peningkatan
promosi perilaku
masyarakat tentang 2
kesehatan, gizi, dll 4
Peningkatan peran
serta masyarakat
dalam perbaikan
3 gizi
Peningkatan akses
dan mutu paket
yankes dan gizi
II. PELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS
PERAN PUSKESMAS DALAM
PEMBANGUNAN KESEHATAN

ENAM PRINSIP PENYELENGGARAAN PUSKESMAS


(PERMENKES NO. 75 THN 2014)
1. PARADIGMA SEHAT
MENGUTAMAKAN PROMOTIF & PREVENTIF, TANPA MENGABAIKAN KURATIF & REHABILITATIF

2. PERTANGGUNGJAWABAN WILAYAH
MELAKSANAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN UNTUK MEWUJUDKAN KECAMATAN SEHAT

3. KEMANDIRIAN MASYARAKAT
MEMBERDAYAKAN INDIVIDU, KELUARGA, & KELOMPOK/MASYARAKAT

4. PEMERATAAN
MENGUPAYAKAN KEMUDAHAN AKSES TERMASUK DENGAN MEMBINA JEJARING FASILITAS KESEHATAN TK PRIMER

5. TEKNOLOGI TEPAT GUNA


MEMANFAATKAN TEKNOLOGI YANG SESUAI KEBUTUHAN, MUDAH DIGUNAKAN & TIDAK BERDAMPAK BURUK

6. KETERPADUAN & KESINAMBUNGAN


MELAKSANAKAN UKM & UKP SERTA SISTEM RUJUKAN DENGAN DIDUKUNG MANAJEMEN PUSKESMAS
9
(PERMENKES NO. 75 THN 2014)

Pelayanan Promosi Kesehatan

Pelayanan Kesehatan Lingkungan


Pelayanan
Essensial
Puskesmas Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, & KB
INDIVIDU

Pelayanan Gizi PELAYANAN IBU HAMIL


PELAYAN-
DALAM
AN TER-
GEDUNG TATAN
INTEGRASI BAYI
Pelayanan Pencegahan dan (UKP) AN
Pengendalian Penyakit SEHAT
BALITA
KUN
JUNG
AN REMAJA
RMH
PELAYANAN PUSKESMAS (UKM) LAIN2
TERINTEGRASI & MENGIKUTI MASYA-
SIKLUS HIDUP UKBM RAKAT
PELAYANAN MENGIKUTI SIKLUS HIDUP SEHAT

KELUARGA

AYAH IBU BAYI ANAK ANAK


PELAYANAN GIZI
Pelayanan Gizi

Pelayanan Gizi Dalam Pelayanan Gizi Luar


Gedung Gedung

Rawat Inap Rawat Jalan Komunitas Individu

PAGT

Assesmen Gizi
• Antropometri Diagnosis Gizi Intervensi
• Pemeriksaan Klinis • Problem • Edukasi
• Etiologi • Konsultasi Monev
• Laboratorium
• Riwayat Gizi • Sing/Sismtom • Penyuluhan
• Riwayat Pasien
III. PROSES ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Model Asuhan Gizi Terstandar sebagai bagian
Sistem Pelayanan Kesehatan
PAGT UNTUK MENINGKATKAN
KUALITAS ASUHAN
PAGT suatu standard proses yang memberikan struktur dan kerangka yang
konsisten digunakan untuk memberikan asuhan gizi

Bila dikombinasikan dengan content of care yang berdasarkan evidenced akan


menghasilakn peningkatan kualitas asuhan dan perbaikan status gizi

Asosiasi Dietisien Indonesia Jabar-2013 14


Empat langkah dasar untuk Pelayanan Gizi Di Puskesmas

Mengumpulkan, verifikasi, interpretasi data


an
ng n
tersedia yang relevan untuk identifikasi
ula jia
Pe kuk
k a problem gizi
La
Pengkajian
ng

Menyimpulkan dengan pernyataan


PES
Monitoring dan
Diagnosa Gizi Problem (P) : penamaan masalah gizi
Evaluasi sesuai terminologi masalah gizi
Melaksanakan pemantauan dan Etiologi (E) : akar penyebab masalah
pengawasan dengan acuan ukuran Sign/Symptom (S) : data yang
keberhasilan sesuai sign/symptom (S) menunjukan adanya problem dan
dapat diukur secara kuantitatif dan
Intervensi
kualitatif

Melaksanakan intervensi
sesuai etiologi (E)
1. Pengkajian
• Data Situasi Masalah Gizi • Data Personal
– Data Survey – Pola kebiasaan makan
– Data Pencatatan dan Laporan Rutin – Data Personal
(Kecamatan, Puskesmas, Desa dan – Hasil pemeriksaan kesehatan
Posyandu) (biokimia, klinis, dll)
– Data Penelitian – Sosek
– Data pangan – Pemantauan pertumbuhan
– Data lainnya
Pemantauan Pertumbuhan
Data pemantauan pertumbuhan didapatkan dari hasil penimbangan dan
catatan di KMS dan atau Buku KIA

Periksa Umur Anak


• Dihitung berdasarkan bulan penuh
• 1 bulan = genap 30 hari
• Didapat dengan menghitung selisih
tanggal lahir dengan tanggal kunjungan
S t atus Tabel Indikator Pertumbuhan Menurut Z-Score
t uk an
Te n
m b u ha n
Pertu
Catatan:
1. Seorang anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah kecuali anak yang sangat
tinggi mungkin mengalami gangguan endokrin seperti adanya tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuklah
anak tersebut jika diduga mengalami gangguan endokrin (misalnya anak yang tinggi sekali menurut umurnya, sedangkan
tinggi orang tua normal).
2. Seorang anak berdasarkan BB/U pada katagori ini, kemungkinan mempunyai masalah pertumbuhan, tetapi akan lebih
baik bila anak ini dinilai berdasarkan indikator PB/U atau TB/U, BB/PB atau BB/TB atau IMT/U.
3. Hasil ploting di atas 1 menunjukkan kemungkinan risiko. Bila kecenderungannya menuju garis z-score 2 berarti risiko
lebih pasti.
4. Anak yang pendek atau sangat pendek, kemungkinan akan menjadi gemuk bila mendapatkan intervensi gizi yang salah.
5. Anak yang dinilai berdasarkan indeks BB/PB atau TB sebagai “sangat kurus” dan terlihat tanda-tanda klinis marasmus,
maka disebut marasmus.
6. Anak yang dinilai berdasarkan indeks BB/U atau indeks lainnya bila ditemukan edema pada kedua punggung kaki dan
tidak ditemukan penyebab lain (penyakit ginjal, jantung, dan hati, maka disebut kwashiorkor atau marasmic-
kwashiorkor.
7. Anak yang dinilai berdasarkan indeks BB/PB atau TB sebagai “kurus” disebut juga Gizi Kurang, dan “sangat kurus”
disebut juga Gizi Buruk.

(Sumber: Modul B dan C, Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak, WHO-2005)


Pemeriksaan Klinis, BB/PB, LiLA
Di Pustu/Polindes/Puskesmas

Anak dengan satu atau lebih tanda • Bila LILA ≥ 11,5 cm s.d < 12,5
Anak dengan satu atau lebih tanda berikut:
berikut: Anak dengan satu atau lebih tanda cm (untuk anak usia 6-59 bulan)
• Terlihat Sangat kurus
• Terlihat sangat kurus berikut: • (BB/TB < -2 SD s.d -3SD)
• Edema pada seluruh tubuh
• Edema minimal, pada • tidak ada edema
• BB/PB atau BB/TB < -3 SD
kedua punggung tangan / • Terlihat sangat kurus dan
• LiLA < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59
kaki • BB/PB atau BB/TB • nafsu makan baik
bulan) dan • BB/PB atau BB/TB <-3SD < - 3SD • Keadaan umum anak baik
salah satu atau lebih dari tanda-tanda • LILA <11,5 cm (untuk anak • LILA <11,5 cm (untuk
komplikasi medis berikut:
usia 6-59 bulan anak usia 6-59 bulan
• anoreksia
dan dan
• pneumonia berat
• Nafsu makan baik • Nafsu makan baik
• anemia berat
• Tanpa komplikasi medis • Tanpa komplikasi medis
• dehidrasi berat
• demam sangat tinggi
• penurunan kesadaran

Gizi buruk Gizi buruk Gizi kurang


Dengan Komplikasi Tanpa Komplikasi

Rawat Inap di RS/Pusk RI/TFC Rawat Jalan PMT Pemulihan


2. Diagnosa Gizi
Diagnosis ditetapkan pada sasaran :

1) Individu , 2) Kelompok, 3) Masyarakat

Penetapan /Rumusan Diagnosis Gizi :

1) Problem (P), kalimat “pernyataan/statement” masalah, kemungkinan masih berupa potensi masalah
ataupun sudah dalam kondisi masalah.

2) Etilogy (E), penjelasan apa penyebab masalahnya, dan apa latar belakang/akar masalahnya, yang
selanjutnya harus dapat ditangani untuk penyelesaian masalahnya.

3) Symptom/Sign (S), dengan pernyataan besaran masalahnya, yang selanjutnya akan menjadi
ukuran/indikator target upaya penyelesaian masalah dan indicator tingkat pencapaian keberhasilan upaya
yang dilaksanakannya.
2. Contoh Diagnosa Gizi
Malnutrisi (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan
tentang makanan dan gizi terutama mengenai jumlah asupan
energi dan zat gizi (E) ditandai dengan Berat Badan (BB): 6,5 Kg,
Z-Score BB/PB :<-3 SD (Sangat Kurus), asupan energi 30% dari
kebutuhan, lemak 26% dari kebutuhan, KH 30,7% dari
kebutuhan, Badan Tampak Kurus, lemah (S).
Contoh Diagnosa Gizi
Asupan Makan kurang (P) berkaitan dengan kurangnya atau
terbatasnya akses terhadap pilihan makanan (E) dibuktikan
dengan data surveilans gizi menunjukan angka kejadian 20%
menjadi 25%, ketergantungan pada biaya tinggi, terbatasnya
pilihan makanan di rumah dan lingkungan, pasar lokal ada 1
minggu sekali, tidak ada kebun atau ternak sebagai sumber
makanan (S).
3. Intervensi Gizi

• Berdasarkan Diagnosis Gizi, Tenaga Gizi Puskesmas


merancang intervensi sesuai urutan prioritas
berdasarkan
1. Urutan prioritas masalah (Urgency)
2. Besaran Masalah (Seriousness)
3. Kecenderungan Masalah (Growth)
3. Intervensi Gizi
• Dapat diberikan berupa;
1) Asupan Makan atau Suplementasi Gizi
2) Edukasi Gizi
3) Konseling Gizi
4) Koordinasi Asuhan Gizi, berkoordinasi dengan tenaga kesehatan
lainnya, instansi, desa, dll yang dapat mendukung perbaikan gizi.
Contoh Intervensi Gizi
• Tujuan : meningkatkan Asupan Balita dan makanan yang sesuai, serta
meningkatkan BB.

• Kegiatan :
1) Pemberian Makan : makanan sesuai kondisi dan usia atau Pemberian
Formula dan suplementasi
2) Edukasi Gizi Seimbang, pemanfaatan pekarangan
3) Konseling: memodifikasi dan memvariasikan makanan
4) Koordinasi : merujuk bila sakit, pengelolaan kebersihan lingkungan dan
sanitasi
DISKUSI KELOMPOK
Mengumpulkan, verifikasi, interpretasi data
an
ng n
tersedia yang relevan untuk identifikasi
ula jia
Pe kuk
k a problem gizi
La
Pengkajian
ng

Menyimpulkan dengan pernyataan


PES
Monitoring dan
Diagnosa Gizi Problem (P) : penamaan masalah gizi
Evaluasi sesuai terminologi masalah gizi
Melaksanakan pemantauan dan Etiologi (E) : akar penyebab masalah
pengawasan dengan acuan ukuran Sign/Symptom (S) : data yang
keberhasilan sesuai sign/symptom (S) menunjukan adanya problem dan
dapat diukur secara kuantitatif dan
Intervensi
kualitatif

Melaksanakan intervensi
sesuai etiologi (E)
GIZI SEIMBANG_PELAYANAN KESEHATAN
PARIWISATA
STANDAR EMAS PEMBERIAN MAKAN
BAYI DAN ANAK
(Rekomendasi WHO/Unicef 2002)

a.

b.

c.

d.
292002
Sumber: Global Strategy on Infant and Young Chlid Feeding, WHO/UNICEF
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
IMD adalah proses menyusu dimulai secepatnya segera setelah lahir.
Dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi dengan ibunya
segera setelah lahir dan berlangsung minimal satu jam atau proses
menyusu pertama selesai (apabila menyusu pertama terjadi lebih dari
satu jam)

www.company.com
MENGAPA HARUS ASI DIBERIKAN PADA BAYI

Komponen ASI Susu Sapi Susu Formula


Protein Jumlah tepat Terlalu banyak Jumlah dikurangi
Mudah dicerna Sulit dicerna Kualitas sprt sapi

Lemak Ada asam lemak Tidak ada asam lemak Ditambahkan asam lemak
esensial esensial esensial
Lipase untuk Tidak ada lipase Tidak ada lipase
mencerna
Karbohidrat Banyak laktosa Sedikit laktosa Laktosa+sukrosa
Oligosakarida (anti- Oligos tidak cocok Kurang oligos
infeksi)

Vitamin dan mineral Adekuat Zat besi, Vit A dan C Ditambahkan vit/mineral,
rendah, cukup

Faktor anti infeksi IgA, laktoferin, lysozim, Tidak ada Tidak ada
sel-sel

Faktor pertumbuhan ada Tidak ada Tidak ada


BFC 1/8
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

IBU

TERLAMBATNYA
Promosi
KONTAK DINI
Susu Formula

REGULASI (-) LINGKUNGAN


MENDUKUNG ASI EKSKLUSIF

NAKES ??? SARANA, PRASARANA,


TENAGA (-) MEMADAI
Hanya ASI saja

Mulai mendapat MP-ASI


SEJAK USIA 6 BULAN BERIKAN BAYI ANDA MP-ASI,
mengapa ??:

Usia 0-6 bulan ASI


memberikan seluruh
kebutuhan energi bayi /
100%

Semakin bertambah usia anak,


Usia 12 – 24 bulan ASI
terus memberikan sekitar Usia 6 – 12 bulan ASI terus semakin banyak MP-ASI yang
1/3 kebutuhan anak memberikan sekitar ½ dari harus diberikan kepada
kebutuhan bayi bayi/anak
Secara Bertahap Bertambah Jumlah dan kekentalan
BERIKAN MAKANAN DAN MINUMAN SECARA BERTAHAP SATU
PENTING
PERSATU
Suplementasi Gizi

SASARAN JENIS FREKUENSI


KAPSUL BIRU 1 KALI
ANAK BALITA (Februari atau Agustus)
6-11 BULAN

KAPSUL MERAH 2 KALI


ANAK BALITA (Februari dan Agustus)
12-59 BULAN
TEMPAT PEMBERIAN
1. Posyandu
2. Sarana fasilitas kesehatan (puskesmas,
puskesmas pembantu (Pustu),
polindes/poskesdes, balai pengobatan, praktek
dokter/bidan swasta)
3. Taman Kanak-kanak, Pos PAUD termasuk
kelompok bermain, tempat penitipan anak, dll.
TANDA DAN GEJALA
KURANG VITAMIN A (KVA) PADA MATA
PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN KVA

1. Meningkatkan konsumsi
makanan sumber vitamin A
(susu, telur, hati , sayuran hijau
dan buah-buahan berwarna kekuningan)
2. Membiasakan bayi dan anak balita mengenal dan mengkonsumsi sayuran hijau dan
buah-buahan.
3. Pemberian Kapsul Vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali, pada bulan Februari
dan Agustus.
4. Mengonsumsi makanan yang telah diperkaya dengan vitamin A termasuk
membubuhkan tabur gizi pada makanan.
Anemia
Merupakan suatu keadaan dimana tubuh
kekurangan sel darah merah sehat dan
biasanya ditandai dengan kadar hemoglobin
(Hb) kurang dari normal (<11 g/dl)
Penyebab Anemia
1. Pola makanan yang kurang beragam dan bergizi seimbang
2. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat
3. Daerah endemik malaria
4. Ibu hamil mengalami kurang energi kronis (KEK)
5. Kehilangan zat besi yang berlebihan akibat kecacingan

Akibat Anemia

1. Keguguran
2. Bayi lahir prematur (belum cukup bulan)
3. Bayi lahir dengan berat badan rendah dan pendek
4. Dalam kondisi anemia berat, bayi bisa lahir mati
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ANEMIA

1. Minum tablet tambah darah (TTD) selama kehamilan


2. Konsumsi makanan kaya protein, zat besi, folat, kalsium, vitamin A dan vitamin B
(hati, telur, ikan, daging, kacang-kacangan dan olahannya, sayuran hijau, buah
berwarna merah atau kuning)
3. Makan beraneka ragam makanan dalam jumlah satu porsi lebih banyak saat hamil
4. Dianjurkan mengonsumsi makanan yang difortifikasi terutama dengan zat besi.
5. Ibu hamil dianjurkan memeriksakan feses bila ditemukan gejala anemia untuk
mengetahui adanya kemungkinan kecacingan
TTD Penting untuk Ibu Hamil
Ibu hamil dengan anemia berat berisiko:
• Mengalami keguguran, perdarahan pada saat persalinan bahkan
kematian
• Melahirkan bayi dengan berat badan rendah maupun lahir
prematur

Cara Pemberian TTD

• TTD mulai diberikan pada waktu pertama kali ibu hamil


memeriksakan kehamilan di fasilitas kesehatan (K1)
• TTD diberikan sebanyak minimal 90 tablet selama kehamilan
1. TTD diminum setiap hari 1 tablet berturut-turut selama kehamilan
2. Sebaiknya meminum TTD disertai buah atau jus buah yang mengandung
vitamin C agar penyerapannya lebih baik
3. Tidak dianjurkan meminum TTD bersama-sama dengan susu, teh, kopi,
tablet kalk atau obat sakit maag

• Setelah meminum TTD, feces/tinja akan menjadi hitam, hal ini sama sekali
tidak membahayakan.
• Pada beberapa orang, kadang menimbulkan gejala mual, nyeri di daerah
lambung, muntah dan kadang diare atau sulit Buang Air Besar (BAB). Untuk
mencegah timbulnya gejala tersebut dianjurkan TTD diminum dengan air
putih setelah makan pada malam hari atau sebelum tidur.
Khusus di daerah endemik malaria, ibu hamil penderita malaria
perlu diberikan obat anti malaria sampai sembuh, baru kemudian
diberikan tablet tambah darah.
Pemberian TTD untuk ibu hamil yang menderita malaria akan
menstimulasi parasit malaria untuk menghancurkan sel darah
merah yang baru dan akan menambah berat anemia.
TTD untuk Remaja Putri

• Program pemberian TTD dilakukan melalui institusi SMP dan SMA


• Dosis  1 tablet setiap minggu
• Diharapkan dengan pemberian TTD pada masa ini dapat mencukupi kebutuhan
Zat Besi untuk pencegahan anemia

Dimana mendapatkan TTD??


1. Posyandu
2. Polindes
3. Puskesmas/Pustu
4. RS, Bidan atau dokter praktek swasta
5. Apotik atau toko obat
Mengapa Balita Perlu Suplementasi
 Taburia adalah tambahan multivitamin
dan mineral
Komposisi
 Mengatasi masalah anemia gizi besi pada
balita • Mengandung 12 vitamin & 4 mineral:
 Memenuhi kebutuhan zat gizi dengan 12 vit  A, B1, B2, B3, B6, B12, C, D, E, K,
penambahan pada makanan balita folat, asam pantotenat;
4 mineral  Fe, Zn, Iodium, selenium
Jenis Fe: Fe-Fumarat
Filler: maltodekstrin

• Setiap bungkus (sachet) berisi 1 gram =


80 -120 % AKG rata-rata usia 6 - 59 bulan
48
Makanan Tambahan
Makanan Tambahan
Makanan Tambahan
Pada Kondisi Gizi Buruk --Tatalaksana Gizi buruk
“10 langkah utama”
No Tindakan Stabilisasi Transisi Rehabilitasi Tindak lanjut
H 1-2 H 3-7 mg 2-6 mg 7-26

1. Atasi/cegah
hipoglikemia
2. Atasi/cegah
hipotermia

3. Atasi/cegah
dehidrasi
4. Perbaiki gang-
guan elektrolit
5. Obati infeksi
6. Perbaiki def.tanpa Fe + Fe
Nutrien mikro
7. Makanan stab & trans
8. Makanan Tumb.kejar
9. Stimulasi
10.Siapkan tindak
lanjut
MINERAL MIX
KOMPOSISI (dalam sachet)

Setiap 1 sachet (8 gram) serbuk mineral mix mengandung :


- Kalium klorida : 1,792 gram
- Trikalium sitrat (1H2O) : 0,648 gram
- Magnesium klorida (6H2O) : 0,608 gram
- Seng asetat (2H2O) : 0,066 gram
- Tembaga sulfat : 0,011 gram
- Bahan tambahan secukupnya

• Merupakan komponen dalam pembuatan Formula WHO dan ReSomal yang digunakan dalam
Tatalaksana Anak Gizi Buruk .
• Formula WHO adalah Formula yang diberikan pada anak gizi buruk. Terdiri dari Formula 75,
100
• ReSoMal (Rehidration Solution For Malnutrition) adalah cairan yang diberikan kepada anak gizi
buruk dengan diare dan atau dehidrasi.
CARA MEMBUAT LARUTAN MINERAL MIX
• 1 (satu) sachet serbuk mineral mix (8 gram) dilarutkan dalam 20 ml atau
2 sendok makan air matang  menjadi 20 ml larutan mineral mix
• Kebutuhan larutan mineral mix untuk membuat 1 liter Formula WHO dan
ReSoMal
F-75 F-100 F-135 RESOMAL

Susu skim (g) 25 85 90 -


Gula pasir (g) 100 50 65 25
Minyak sayur (g) 30 60 75 -
Oralit (sachet) - - - 2,5
Mineral mix (ml) 20 20 27 20
Air s/d 1 liter (1000 ml)
Fase Stabilisasi Transisi Rehabilitasi Gibur diare dan
atau dehidrasi
4. Monitoring dan Evaluasi
• Bertujuan untuk menilai efektivitas intervensi yang dilakukan
• Monitoring dan evaluasi gizi mengidentifikasi outcome yang
berhubungan dengan diagnosis dan tujuan intervensi gizi yang
direncanakan
• Kajian gizi yang lebih spesifik dapat dilakukan dengan
membandingkan outcome dengan status gizi sebelumnya dan tujuan
intervensi.
• Dapat dilihat dari antropometri, riwayat gizi, laboratorium, klinis/fisik,
dan indikator program.
Contoh Monitoring dan Evaluasi

• Pemantauan Berat badan


• Pemantauan asupan
• Jumlah balita gizi kurang dan gizi buruk setelah intervensi
• Cakupan balita gizi kurang mendapat PMT pemulihan dan jumlah
balita yang mengalami kenaikan berat badan setelah mendapat PMT
pemulihan
• Melihat cakupan D/S dan N/D
IV. SURVEILAN DAN E-PPGBM
Surveilans Gizi

Surveilans gizi (nutrition surveillance) dikenalkan pada Kongres Pangan Sedunia di


Roma 1974 oleh FAO/ WHO, Unicef, dan dipublikasikan “metodologi surveilans gizi”
tahun 1976, diartikan sebagai “kegiatan pengamatan secara teratur dan terus
menerus terhadap status gizi masyarakat sebagai dasar untuk membuat
keputusan dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat”.
Pengumpulan Data melalui
Pemantauan Pertumbuhan Balita
Plot BB di KMS
Ditimbang
Ke posyandu

Tumbuh Naik
baik
Bagaimana BB
Lakukan Tidak
anak ?
tindakan naik
Dinilai perkembangan
Lakukan BGM BB-nya
Konfirmasi
Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk
melalui Pemanfaatan SKDN
K %%
K/S
K/S Pengelolaan
S Pengelolaan
program
program
%%
D/S
D/S
D %
Pemantauan
Pemantauan
pertumbuhan
pertumbuhan
N/D balita
balitadidisuatu
suatu
N wilayah
wilayah

Data hasil penimbangan


INTERVENSI
INTERVENSI
bulanan
TINGKAT
TINGKAT
Sumber: Soekirman, 2006 WILAYAH
WILAYAH
Ruang Lingkup SKPG

Surveilans Gizi
(Penyediaan Informasi)
- Penyajian informasi
- Diseminasi
- Advokasi -Pengumpulan data
- Analisis data (pemetaan,
peramalan & pengamatan)

- Perumusan kebijakan dan Strategi


- Pengambilan keputusan
- Kerja sama pemangku kepentingan

Tindakan (kegiatan) intervensi:


Ketahanan Gizi (Pemanfaatan - Darurat
Informasi) - Jangka pendek
- Jangka panjang
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai