1. UU Nomor 8 Tahun 1983 mengatur tentang daerah pabean, barang berwujud dan
BKP 2. UU Nomor 11 Tahun 1994 3. UU No. 42 tahun 2009 4. Peraturan mengenai pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN diatur melalui PMK No. 197/PMK.03/2013 DASAR HUKUM PPN BM 1. Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). UU Nomor 8 Tahun 1983 ini juga dikenal dengan nama UU PPN. 2. PMK Nomor 64/PMK.011/2014 sebagai Dasar Hukum PPnBM Kendaraan Bermotor 3. PMK Nomor 35/PMK.010/2017 sebagai Dasar Hukum PPnBM Non Kendaraan Bermotor KAKTERISTIK PPN Pajak tidak langsung Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan menggeser beban pajak kepada Pembeli, sesuai dengan mata rantai produksi dan distribusi hingga ke konsumen akhir melalui pengenaan pajak secara bertingkat. Pengusaha menggeser beban pajaknya melalui pengkreditan pajak. Pajak konsumsi Pemikul beban pajak berakhir pada konsumen akhir. Bersifat NETRAL Pengenaan PPN didasarkan pada “destination principle” dan hanya dikenakan atas nilai tambahnya saja.PPN dipungut di tempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi. Pajak Objektif PPN hanya dikenakan bila terdapat faktor objektif, yaitu:keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang dapat dikenai pajak. PPN akan mendahulukan Objek, baru kemudian mencari Subjeknya KARAKTERISTIK PPN BM PPnBM merupakan pungutan tambahan di samping PPN. PPnBM hanya dikenakan satu kali, yaitu: Pada saat impor dan Pada saat penyerahan BKP mewah oleh PKP pabrikan. PPnBM tidak dapat dikreditkan, sehingga diperlakukan sebagai biaya atau ditambahkan ke dalam komponen harga pokok BARANG KENA PAJAK • penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian perjanjian • pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian leasing sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha
• penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang
lelang perantara atau melalui juru lelang Pakai sendiri dan Cuma-Cuma pemakaian sendiri dan/atau pemberian cumacuma atas Barang Kena Pajak Bukan barang dagangan Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan Penyerahan antar cabang penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang Konsinyasi penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi Syariah penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak JASA KENA PAJAK 1. Setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai. 2. Termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasar UU PPN dan PPnBM.