Anda di halaman 1dari 37

PENGGUNAAN

SISTEM MANAJEMEN
BIAYA UNTUK
EFFISIENSI
KELOMPOK 3
Anggota Kelompok 5 :

EGA ADE YUNIA (1710313120014)

EVAN SYADILLA SURYANEGARA (1610313310015)

JERIKHO EKAYANDRIE (1610313210029)

MUHAMMAD AULIA RAHMAN (1710313310044)


Materi Pembahasan

Activity Based
Management Just In Time (JIT)

Lean
Biaya Kualitas
Production/Manufact
(Cost of Quality)
uring
01
Activity Based
Management
Activity Based Management merupakan suatu sistem yang
terintegrasi yang memfokuskan perhatian manajemen
untuk meningkatkan “customer value” serta keuntungan
yang akan diperoleh perusahaan dengan peningkatan value
tersebut  bagi konsumen dengan pendekatan manajemen

c tiv i ty Based yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas dengan


A
m e nt
tujuan untuk melakukan improvement berkelanjutan
M a n a g e terhadap value yang dihasilkan bagi customer dan laba
yang dihasilkan dari penyediaan value tersebut.
Dua Dimensi
Operating Activity
Based Management
Perbandungan antara konsep
activity based costing dengan
activity based management
dapat dilihat dalam bagan
berikut.
Penjelasan
Bagan
Dalam gambar tersebut model activity based costing diwakili dengan
model yang vertical (vertical view), dimana biaya akan dibebankan
pada aktivitas, yang pada akhirnya akan dibebankan pada objek biaya.
Sedangkan model activity based management diwakili dengan model
yang horizontal (horizontal view), dengan tujuan untuk melakukan
perbaikkan terhadap aktivitas, sehingga aktivitas-aktivitas tersebut
dapat dilakukan dengan lebih efisien.
Penjelasan
Bagan
Dalam penerapan activity based management, maka model activity based
costing yang harus dipakai adalah model activity based costing yang
memisahkan antara biaya fleksibel dengan biaya committed. Tanpa pemisahan
tersebut, perusahaan akan mengalami kesulitan untuk melakukan monitoring
dari dampak effisiensi terhadap pengurangan biaya perusahaan. Hal ini
disebabkan karena tidak semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan akan
otomatis berkurang meskipun perusahaan menghilangkan semua aktivitas-
aktivias yang dilakukannya. Hanya biaya yang bersifat fleksibel yang akan
hilang, sedangkan biaya yang bersifat committed tidak otomatis langsung
hilang.
Dimensi Biaya
Dua Dimensi Activity
Based Management Dimensi  biaya  atau  dimensi  ABC  atau  dimensi  v
ertikal  atau  dimensi
pembebanan  biaya  adalah  dimensi  ABM. 
Tujuan  dimensi  biaya  adalah  memperbaiki  keakur
atan pembebanan  biaya dengan cara :
Penjelasan 1. Sumber – sumber. Tahap pertama ABC adalah
mengidentifikasi biaya sumber – sumber.
Activity Based Management 2. Aktivitas – aktivitas. Tahap kedua ABC adalah
meliputi  penghitungan  biaya  produk atau menelusuri biaya – biaya sumber – sumber
Activity  Based  Costing  (ABC) sebagai pada aktivitas – aktivitas.
dimensi biaya  dan  analisis nilai  proses atau 3. Objek biaya. Tahap ketiga ABC adalah
Process Value Analysis (PVA) sebagai dimensi membebankan biaya pada objek – objek biaya
proses. misalnya berbagai produk atau konsumen yang
mengkonsumsi aktivitas – aktivitas
Dimensi biaya memberikan informasi
biaya  mengenai  sumber  daya,  aktivitas,  pro
duk dan  pelanggan  (dan  objek  biaya
lainnya  yang  diperlukan). 
Dimensi Proses
Dimensi proses atau dimensi mendatar atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM yang
mengendalikan aktivitas – aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa dikerjakan, dan
seberapa baik dikerjakannya dengan cara :
1. Menganalisis driver – driver biaya. Analisis driver biaya adalah mengidentifikasi
faktor – faktor yang menyebabkan biaya atau menjelaskan mengapa biaya aktivitas
terjadi (analisis driver aktivitas).
2. Mengidentifikasikan aktivitas. Mengidentifikasikan aktivitas adalah menilai aktivitas
– aktivitas apa yang dilaksanakan.
3. Menganalisis kinerja. Menganalisis kinerja adalah mengevaluasi aktivitas – aktivitas
yang dilaksanakan untuk menilai seberapa baik kinerja.
Tujuan dan Manfaat Manfaat
Activity Based
Manfaat dari Activity Based Management yaitu:
Management 1. Mengukur kinerja keuangan dan pengoperasian (non
keuangan) organisasi dan aktivitas – aktivitasnya.
2. Menentukan biaya – biaya dan profitabilitas yang
Tujuan benar untuk setiap tipe produk dan jasa.
3. Mengidentifikasikan aktivitas – aktivitas bernilai
tambah dan tidak bernilai tambah.
Tujuan dari Activity Based Management adalah untuk
4. Mengelompokkan aktivitas – aktivitas (faktor – faktor yang
meningkatkan nilai produk atau jasa yang diserahkan ke
men-drive biaya – biaya) dan mengendalikannya.
konsumen. Oleh karena itu, dapat digunakan untuk
5. Mengefisiensikan aktivitas bernilai tambah dan
mencapai laba ekstra dengan menyediakan nilai tambah mengeliminasi aktivitas – aktivitas tak bernilai tambah.
bagi konsumennya. 6. Menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan,
dan pengendalian didasarkan pada isu – isu bisnis yang
Activity Based Management memusatkan pada luar dan tidak semata berdasarkan pada informasi
akuntabilitas aktivitas – aktivitas dan bukan pada biaya, keuangan.
ABM menekankan pada maksimalisasi kinerja secara luas 7. Menilai penciptaan rangkaian nilai tambah untuk
daripada kinerja individual. memenuhi kebutuhan dan kepuasaan konsumen.
Efisiensi Biaya dalam
Activity Based Management
Dalam konsep Activity Based Management,
efisiensi aktivitas dapat dilakukan dengan empat
cara, yaitu:
1. Penghilangan aktivitas (activity elimination)
2. Pengurangan aktivitas (activity reduction)
3. Pemilihan aktivitas (activity selection)
4. Pembagian aktivitas (activity sharing)
Efisiensi Biaya
dalam Activity Based
Management Pemilihan aktivitas
Penghilangan aktivitas (activity selection)
(activity elimination) Tujuan utama dari activity selection adalah perusahaan
Tujuan utama dari activity elimination adalah untuk akan memilih alternatif aktivitas yang lebih murah,
menghilangkan aktivitas, dengan harapan jika aktivitas seperti pemilihan apakah sebaiknya perusahaan
dihilangkan maka biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas itu memproduksi sendiri atau melakukan outsourcing.
juga dapat dihilangkan. Aktivitas- aktivitas yang menjadi tujuan
utama untuk dihilangkan adalah aktivitas-aktivitas yang tidak
menambah nilai , baik bagi pembeli/pelanggan maupun bagi
perusahaan.
Pembagian aktivitas
Pengurangan aktivitas (activity sharing)
Tujuan dari activity sharing adalah untuk mengurangi besarnya
(activity reduction) kapasitas menganggur perusahaan. Dalam konsep activity sharing
Tujuan utama dari activity reduction adalah menghasilkan tingkat disarankan agar perusahaan hanya mempekerjakan satu orang
output yang sama dengan mempergunakan aktivitas yang lebih untuk melakukan kedua aktivitas tersebut, sehingga jumlah
sedikit dan berlaku bagi aktivitas yang tidak dapat dihilangkan kapasitas menganggur dapat dikurangi.
sepenuhnya. activity reduction dilakukan dengan memperbanyak
unit produksi yang dibuat dalam satu batch
02

Biaya Kualitas
(Cost of Quality)
Biaya Kualitas
(Cost of Quality)
Salah satu konsep konkrit penerapan operating activity based management adalah konsep
biaya kualitas. Konsep biaya kualitas ini disarankan dipergunakan oleh perusahaan-
perusahaan yang mengaplikasikan program gusus kendali mutu (GKM). Tujuan dari
proses GKM adalah untuk menghasilkan barang yang berkualitas. Berkualitas dalam hal
ini berarti memproduksi barang yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan
perusahaan, Proses pembuatan barang yang berkualitas tersebut dilakukan dengan konsep
zero defect, yaitu proses produksi harus menghasilkan barang yang sesuai dengan
spesifikasi tersebut. Salah satu tujuan dari penerapan konsep GKM adalah untuk
meningkatkan laba perusahaan.
Biaya Kualitas
(Cost of Quality)
Jika perusahaan dapat memproduksi barang dengan konsep zero defect, maka banyak
biaya-biaya yang tidak memiliki nilai tambah akan dapat dihilangkan perusahaan. Hal ini
akan mengakibatkan penurunan biaya dan peningkatan laba perusahaan. Selain itu,
dengan memproduksi barang berkualitas, maka konsumen akan puas, yang pada akhirnya
akan meningkatkan pendapatan dan laba perusahaan. Biaya kualitas dipergunakan untuk
melakukan monitoring secara finansial terhadap program GKM perusahaan, apakah
sudah berjalan dengan baik atau tidak. Tanpa biaya kualitas, monitoring terhadap
keberhasilan GKM perusahaan hanya dilihat dari dua sisi, yaitu sisi perbaikkan waktu
dan sisi perbaikkan kualitas. Dengan adanya konsep biaya kualitas, maka seperti yang
telah diterangkan sebelumnya, konsep perbaikkan proses perusahaan dapat dilihat secara
lengkap dari tiga sisi, yaitu biaya, waktu, dan kualitas.
Biaya Kualitas
(Cost of Quality)
Biaya kualitas yang dikeluarkan perusahaan dapat dibagi menjadi empat bagian besar,
yaitu :
1. Biaya pencegahan (prevention costs)
2. Biaya pemeriksaaan (appraisal costs)
3. Biaya kegagalan internal (internal failure costs)
4. Biaya kegagalan eksternal (external failure costs)

Dari keempat biaya tersebut, biaya pencegahan dan biaya pemeriksaan dapat digolongkan
sebagai biaya pengendalian (control costs), sedangkan biaya kegagalan internal dan
eksternal akan digolongkan sebagai biaya kegagalan (failure costs).
Biaya Kualitas (Cost of Quality)
Biaya kegagalan internal
(internal failure costs)
Biaya kegagalan internal (internal failure costs) adalah biaya yang
terpaksa dikeluarkan oleh perusahaan, karena perusahaan
Biaya pencegahan memproduksi barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi, namun
kondisi barang yang tidak baik tersebut ditemukan sebelum barang
(prevention costs) tersebut sampai ke tangan konsumen akhir.
Contoh biaya dari golongan ini adalah biaya pengerjaan ulang
Biaya pencegahan (prevention costs) adalah biaya yang (rework). Pengerjaan ulang terpaksa dilakukan karena perusahaan
dikeluarkan perusahaan untuk mencegah agar pada awalnya memproduksi barang yang tidak sesuai dengan
perusahaan tidak memproduksi barang yang tidak spesifikasi, sehingga harus diperbaiki lagi sehingga menjadi
sesuai dengan spesifikasi. Biaya-biaya ini dikeluarkan sempurna, agar dapat dijual dengan harga normal. Contoh lainnya
misalnya untuk melakukan pelatihan terhadap orang- adalah biaya inspeksi ulang. Biaya inspeksi ulang tidak akan
orang, membeli mesin yang lebih handal, melakukan dimasukkan sebagai appraisal costs, karena biaya inspeksi ulang
perawatan berkala yang konsisten, dan sebagainya. terjadi disebabkan perusahaan pada awalnya tidak memproduksi
barang sesuai dengan spesifikasi.

Biaya pemeriksaaan
(appraisal costs)
Biaya pemeriksaan (appraisal costs) adalah biaya yang dikeluarkan
Biaya kegagalan eksternal
untuk mencegah agara barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi (external failure costs)
yang sudah terlanjur diproduksi oleh perusahaan agar jangan
Biaya kegagalan eksternal (external failure costs) pada dasarnya
sampai diproses lebih lanjut. Contoh dari biaya ini adalah biaya
memiliki konsep yang sama dengan biaya kegagalan internal.
untuk melakukan aktivitas pemeriksaan bahan mentah. Pemeriksaan
Bedanya, barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi tersebut
bahan mentah dilakukan agar jangan sampai bahan mentah yang
baru ditemukan setelah sampai ketangan konsumen akhir.
tidak sesuai dengan spesifikasi dipakai untuk produksi, karena jika
Contoh dari biaya dalam kategori ini adalah biaya untuk
sampai bahan mentah tersebut dipakai, pasti akan menghasilkan
menangani keluhan pelanggan, biaya garansi, dan sebagainya.
output yang buruk juga. Hampir segala bentuk pemeriksaan atau
inspeksi akan dimasukkan dalam kategori biaya ini.
Biaya Kualitas
(Cost of Quality)
Monitoring terhadap pergerakan biaya kualitas dapat dilakukan melalui
perbandingan rasio dari satu periode ke periode lainnya. Rasio-rasio
yang akan dibuat adalah:
1. Total biaya kualitas/penjualan
2. Biaya pencegahan/penjualan
3. Biaya pemeriksaan/penjualan
4. Biaya kegagalan internal/penjualan
5. Biaya kegagalan eksternal/penjualan
Biaya Kualitas
(Cost of Quality)
Dari ke semua rasio tersebut, prioritas jangka pendek dari program GKM
adalah untuk menurunkan rasio biaya kegagalan eksternal/penjualan. Rasio
ini tidak boleh meningkat, namun dari periode-ke periode harus selalu turun.
Hal ini penting, karena jika sampai barang yang tidak sesuai dengan
spesifikasi itu sampai ketangan konsumen akhir, maka konsumen akan
menjadi tidak puas. Jika konsumen tidak puas, maka akan berdampak buruk
terhadap penjualan masa depan perusahaan, karena bukan hanya konsumen
saja yang tidak akan membeli produk-produk perusahaan, namun juga pada
pihak-pihak lain yang mendapat cerita ketidakpuasan dari konsumen tersebut.
Biaya Kualitas
(Cost of Quality)
Rasio biaya pencegahan/penjualan biasanya diawal-awal program GKM akan
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan perusahaan harus melakukan
investasi awal yang cukup besar untuk membangun sistem GKM tersebut
Namun setelah beberapa periode, rasio ini akan menurun dan mencapai
tingkatan yang stabil. Dalam tahap awal GKM biasanya rasio biaya
pemeriksaan/penjualan juga akan meningkat. Hal ini disebabkan karena
program GKM membutuhkan waktu untuk berjalan dengan baik, sehingga
untuk memastikan bahwa barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi
tersebut agar jangan sampai ke tangan konsumen, maka persentase barang
yang diinspeksi akan ditingkatkan.
Biaya Kualitas
(Cost of Quality)

Hal ini juga akan mengakibatkan rasio biaya kegagalan internal/penjualan


juga akan meningkat diawal-awal. Jika sistem GKM perusahaan belum
berjalan, maka peningkatan inspeksi akan menyebabkan pergeseran biaya dari
kegagalan eksternal menjadi kegagalan internal. Secara keseluruhan total
biaya kegagalan belum berubah banyak.
Biaya Kualitas
(Cost of Quality)

Jika sistem GKM sudah berjalan dengan baik, dan jumlah barang tidak sesuai spesifikasi
yang dihasilkan perusahaan makin lama makin berkurang, hak ini diindikasikan dari
biaya kegagalan internal dan eksternal yang terus menurun. Jika demikian adanya, maka
biaya pemeriksaan kemudian juga dapat diturunkan. Dalam kondisi zero defect yang
sempurna, maka perusahaan sama sekali tidak akan mengeluarkan biaya pemeriksaan,
biaya kegagalan internal, mapupun biaya kegagalan eksternal, karena ketiga kategori
biaya- biaya tersebut berasal dari aktivitas-aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah.
Pada akhirnya, biaya kualitas yang dikeluarkan perusahaan hanya merupakan biaya
pencegahan.
Biaya Kualitas Tersembunyi
(Hidden Quality Cost)
Penerapan konsep biaya kualitas ini akan semakin mudah dilakukan apabila perusahaan sudah
memiliki sistem activity based costing. Hal ini disebabkan penggolongan berdasarkan charts of
accounts perusahaan akan menyulitkan penggolongan biaya menjadi keempat biaya kualitas
tersebut. Contohnya, dalam charts of accounts perusahaan yang ada adalah biaya gaji, namun untuk
analisis biaya kualitas maka biaya gaji tersebut harus dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan. Jika sudah diketahui biaya masing-masing aktivitas, baru dapat
digolongkan mana yang masuk dalam golongan biaya pencegahan, pemeriksaan, kegagalan internal
ataupun kegagalan eksternal. Dengan demikian, salah satu konsep penerapan konkrit dari operating
activity based management adalah model biaya kualitas ini.
Biaya Kualitas Tersembunyi
(Hidden Quality Cost)
Metode Pengukuran
Metode Riset Pasar
Metode Multipler
diasumsikan bahwa total biaya kualitas merupakan Riset pasar melalui survei pelanggan,
multiplikasi dari beberapa ukuran biaya kegagalan
dapat diperoleh informasi penting
sehingga untuk mengestimasikan biaya kegagalan total
dapat dilakukan dengan mengalikan dengan mengenai dampak produk yang tidak
menggunakan suatu angka pengali yang ditentukan berkualitas terhadap kerugian
dengan biaya kegagalan total terobservasi perusahaan. Berapa peluang penjualan
Biaya kegagalan eksternal total = k x biaya kegagalan
yang hilang, berapa biaya yang harus
eksternal terobservasi dikeluarkan perusahaan karena
Contoh : penanganan pengaduan dari pelanggan
perusahaan Trigold berhasil menghitung biaya kegagalan
yang tidak puas, dan sebagainya. Hasil
eksternal terobservasi tahun 2012 sebesar Rp2.000.000.
Bedasarkan data tahun-tahun sebelumnya k ditentukan riset pasar ini selanjutnya dijadikan
sebesar 4, maka tahun 2012 biaya kegagalan eksternal dasar untuk estimasi external failure
total ditentukan sebesar Rp8.000.000 (4 x Rp2.000.000). costs.
Biaya Kualitas Tersembunyi
(Hidden Quality Cost)
Metode Taguchi Quality Loss Function
Rumus-rumus yang akan dipakai untuk menghitung hidden quality loss dalam konsep ini adalah:

dimana:
k = besaran konstanta yang tergantung dari struktur biaya kegagalan eksternal perusahaan
y = nilai aktual dari karakteristik yang diobservasi
T = target nilai dari karakteristik yang diobservasi
L = kerugian karena kualitas
●  
Sedangkan konstanta k dapat diperoleh dengan rumus berikut:

dimana:
c = merupakan kerugian yang dialami perusahaan pada lower atau upper specification limit
d = jarak dari batasan (limit) terhadap target nilai
03
JUST IN TIME
Just In Time
Elemen – elemen
Just In Time
Pengertian  Tingkat Persediaan Minimal
 Pembenahan Tata Letak
JIT (just-in-time) adalah suatu sistem
yang memusatkan pada eliminasi aktivitas  Pabrik
pemborosan dengan cara memproduksi  Arus Lini
produk sesuai dengan permintaan  Pengurangan Setup Time
konsumen dan hanya membeli bahan  Kendali Mutu Terpadu
sesuai dengan kebutuhan produksi. Tujuan  Tenaga Kerja Terpadu
strategis JIT adalah :
 Meningkatkan laba
 Memperbaiki posisi persaingan
perusahaan.
Just In Time Keuntungan
● Seluruh system yang ada dalam
perusahaan dapat berjalan lebih efisien
Kelemahan ● Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih
sedikit untuk memperkerjakan para
Satu kelemahan sistem JIT adalah, staffnya
tingkatan order ditentukan oleh data ● Barang produksi tidak harus selalu di
permintaan historis. Jika permintaan cek, disimpan atau diretur kembali.
naik melebihi dari rata-rata ● kertas kerja dapat lebih simple.
● Penghematan yang telah di lakukan
perencanaan historis maka inventori
dapat digunakan untuk mendapat profit
akan habis dan akan mempengaruhi
yang lebih tinggi misalnya, dengan
tingkat pelayanan konsumen. mengadakan promosi tambahan.
Just In Time

Pembelian Just In Time Produksi Just In Time


Pembelian JIT adalah system pembelian barang
berdasar tarikan permintaan sehingga barang Produksi JIT adalah system produksi
yang dibeli dapat diterima tepat waktu, tepat berdasar tarikan permintaan sehingga
jumlah, bermutu tinggi dan berharga murah. JIT produk dapat diproduksi tepat waktu,
pembelian dapat mengurangi waktu dan biaya jumlah, dan bermutu tinggi dengan biaya
yang berhubungan dengan aktifitas pembelian rendah. Produksi JIT dapat mengurangi
dengan cara : waktu dan biaya produksi dengan cara :
1. Mengurangi jumlah pemasok 1. Mengurangi atau meniadakan barang
2. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan dalam proses
biaya negosiasi dengan pemasok 2. Mengurangi atau meniadakan “LEAD
3. Memiliki konsumen dengan program TIME” (waktu tunggu)
pembelian yang mapan 3. Mengurangi atau meniadakan “setup”
4. Menyederhanakan pengolahan produk
04

Lean Production
Lean Production

Konsep Lean Production


Produksi ramping (bahasa Inggris : lean production, lean manufacturing) adalah praktik produksi
yang mempertimbangkan segala pengeluaran sumber daya yang ada untuk mendapatkan nilai
ekonomis terhadap pelanggan tanpa adanya pemborosan, dan pemborosan inilah yang menjadi
target untuk dikurangi. Lean selalu melihat nilai produk dari sudut pandang pelanggan, dimana nilai
sebuah produk didefinisikan sebagai sesuatu yang mau dibayar oleh pelanggan. Konsep ini juga
sering disebut dengan Toyota Production System (TPS), karena perusahaan tersebut yang
mempelopori penggunaan sistem ini. Berdasarkan model lean production inilah kemudian
berkembang sebuah konsep baru yang disebut dengan lean accounting. Konsep lean production
bertujuan untuk membuat perusahaan menjadi “kurus” (lean) dengan cara membuang segala
aktivitas-aktivitas dan juga biaya yang tidak memiliki nilai tambah bagi perusahaan.
Lean Production

Dalam konsep lean, terdapat tujuh pemborosan yang harus dihilangkan


perusahaan, yaitu:
1. Kelebihan Produksi (Over production)
2. Persediaan (Inventory)
3. Motion
4. Material movement
5. Correction, termasuk didalamnya pengerjaan ulang (rework)
6. Over processing
7. Waiting
Lean Production

Perusahaan yang menerapkan konsep lean, biasanya mengorganisir perusahaan


mereka berdasarkan value stream. Satu value stream terdiri dari keseluruhan
aktivitas, baik itu yang menambah nilai maupun yang tidak menambah nilai,
yang terkait dengan suatu produk atau kelompok produk, baik dari proses
pengadaan bahan mentah, proses produksi, sampai dengan produk tersebut
sampai ketangan konsumen akhir. Biasanya rangkaian aktivitas dalam satu
value stream hanya diperuntukkan untuk satu produk saja.
Lean Production
Tujuan Lean
Production
Elemen Lean Beberapa tujuan lean production menurut
Production : Geogre (2002 :35)
Elemen Utama Lean Production : ● Mengeliminasi pemborosan yang
1. Produksi Just In Time terjadi dalam bentuk waktu, usaha dan
2. Pengawasan yang ketat material pada saat melakukan proses
3. Penyerahan beulang kali dan dapat produksi.
diandalkan ● Memproduksi produk sesuai pesanan
4. Lokasi yang lebih dekat
dari konsumen
5. Telekomunikasi
● Mengurangi biaya seiring dengan
6. Jadwal produksi yang stabil
meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan.
Lean Production

Pelaporan Lean Production


Penggunaan konsep value stream juga diharapkan dapat mempercepat proses pelaporan. Seperti
yang telah dibahas dalam modul pertama, bahwa salah satu persyaratan sistem informasi akuntansi
manajemen yang baik adalah pelaporan yang cepat. Untuk menjembatani hal terebut, maka dalam
konsep lean accounting disarankan agar pelaporan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Untuk sel-sel produksi, maka laporan hasil kegiatan mereka akan dilaporkan setiap hari.
Pelaporan ini terutaman menyangkut pada informasi yang bersifat non keuangan
2. Untuk laporan keuangan masing-masing value stream, akan dilakukan per minggu. Hal ini
dimungkinkan untuk dilakukan, karena hanya terfokus pada produk atau kegiatan yang
terdapat pada value stream tersebut
3. Untuk laporan keuangan pabrik secara keseluruhan akan dilakukan setiap bulan.
Terima
Kasih!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai