MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN
SISTEM KARDIOVASKULAR
Disusun Oleh :
Kelompok II
MK : Manajemen Kegawatdaruratan
Dosen : Ns. Yanerith Purba, S.Kep., M.Kep
Sistem kardiovaskular pada prinsipnya terdiri
dari jantung, pembuluh darah, dan saluran
limfe. System ini berfungsi mengangkut
oksigen, nutrisi dan zat-zat lain untuk
didistribusikan ke seluruh tubuh serta
membawa bahan-bahan hasil akhir
metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh.
.
A NG
ELAK
A R B
LAT
ETIOLOGI
PENGERTIAN • Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya
penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah koroner. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah
tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung
suatu kelainan yang disebabkan oleh
yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang
penyempitan atau penghambatan parah, kemampuan jantung memompa darah dapat hilang.
pembuluh arteri yang mengalirkan darah Hal ini dapat merusak sistem pengontrol irama jantung dan
ke otot jantung dan merupakan kelainan berakhir dan berakhir dengan kematian (Hermawatirisa,
mikroardium yang disebabkan oleh 2014).
insufisiensi aliran darah koroner. • Dari faktor risiko tersebut ada yang dikenal dengan faktor
Penyebab paling utama PJK adalah risiko mayor dan minor. Faktor risiko mayor meliputi
dislipidemia. Dislipidemia merupakan hipertensi, hiperlipidemia, merokok, dan obesitas
faktor resiko yang utama penyakit sedangkan faktor risko minor meliputi DM, stress, kurang
jantung. Perubahan gaya hidup olahraga, riwayat keluarga, usia dan seks. Menurut D.wang
masyarakat erat hubungannya dengan (2005) faktor risiko SKA pada wanita meliputi : Obesitas,
riwayat keluarga, diabetes mellitus, penggunaan kontrasepsi
peningkatan kadar lipid (Irmalita, 2015).
oral yang disertai dengan riwayat merokok, kolesterol,
merokok.
KLASIFIKASI
1. Tirah baring, posisi setengan duduk dengan bantal tinggi (tubuh bagian atas lebih
tinggi 20 – 30 derajat) untuk persiapan segera membawa ke IGD-RS terdekat.
2. Hindari dari penderita dari gerakan mendadak dan aktifitas apapun seperti
berbicara banyak, mengejan ( mengedan)
3. Jika penderita mengeluh nyeri hebat, dapat dibantu menguranyi dengan
pemberian obat-obatan golongan nitrat ( isosorbide dinitrate, cedocard, nitral
atau fasorbid) diberikan dibawah lidah, dapat diberikan beberapa kali hingga
penderita mendapat pertolongan di RS
4. segera telpon ke layanan Kesehatan terdekat agar penderita segera mendapat
pertolongan
Terapi Farmakologis
PENGERTIAN ETIOLOGI
• Adanya jejas di jantung karena serangan jantung
• Henti jantung terjadi ketika jantung terdahulu
mendadak berhenti berdenyut, • Penebalan otot jantung (cardiomyopathy)
mengakibatkan penurunan sirkulasi • Seseorang sedang menggunakan obat-obatan
efektif. Semua kerja jantung dapat untuk jantung
terhenti, atau dapat terjadi kedutan • Kelistrikan yang tidak normal
otot jantung yang tidak sinkron • Pembuluh darah yang tidak normal
(fibrilasi ventrikel). (Hackley, • Penyalahgunaan obat
Baughman, 2009).
Judul : Emergency Medical Service (Ems) Pada Out-of Hospital Cardiac Arrest
(OHCA) Berbasis Aplikasi Internet
Penulis : Ismail Fahmi dan Tuti Afriani
Pembahasan : Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem
layanan emergency medical system berbasis aplikasi internet ini digunakan dan
seberapa besar manfaat layanan ini bagi pasien dengan Out-of Hospital Cardiac
Arrest melalui pendekatan studi literature.
Hasil penelitian :
Lanjutan… • Rantai keselamatan dalam melakukan CPR pada kasus henti OHCA adalah
penolong harus mampu mengidentifikasi tanda klinis henti jantung, atau
secara sederhananya penolong mampu mengenali bahwa korban membutuhkan
bantuan dari Emergency Medical Services (EMS) dan segera meminta
bantuan dengan mengkases nomor EMS setempat.
• Keuntungan dari sistem aplikasi EMS ini dari sistem lain adalah sistem ini
sepenuhnya terkomputerisasi dari awal sampai akhir dan sangat
komprehensif melibatkan semua komponen, juga sistem ini mampu
mengidentifikasi dan memilah rumah sakit yang sesuai dengan kondisi pasien,
serta memungkinkannya komunikasi tentang kondisi pasien antara ambulans
dan rumah sakit yang dituju.6
• Kemungkinan Penerapan di Indonesia.
• Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI NO.19 Tahun 2016 tentang
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu bahwa untuk mewujudkan
peningkatan mutu pelayanan dalam penanganan korban/pasien gawat darurat
diperlukan suatu sistem penanganan korban/pasien yang dilakukan secara
terpadu dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai pihak. Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu yang selanjutnya disingkat SPGDT
adalah suatu mekanisme pelayanan Korban/Pasien Gawat Darurat yang
terintegrasi dan berbasis call center dengan menggunakan kode akses
telekomunikasi 119 dengan melibatkan masyarakat Berdasarkan SK Menteri
Kesehatan tersebut, kemungkinan penerapan sistem EMS berbasis internet
ini sangat mungkin dilakukan di Indonesia.
Kesimpulan