Menyangkut keilmuan Linguistik, beberapa pakar merumuskan ciri-
ciri keilmuan Linguistik, antara lain: R.H. Robin, dalam bukunya General Linguistics, menyebutkan adanya tiga ciri keilmuan Linguistik, yaitu: (1) terperas (exhaustiveness) (2) mantap, tiada pertentangan (consistency) (3) ekonomis (economy) W. Nelson menyebutkan ciri-ciri keilmuan Linguistik adalah: (1) simpel (simplicity) (2) mantap, tiada pertentangan (concistency), (3) lengkap dan berguna (completeness and Usefullness) Adapun David Crystal dalam bukunya Linguistics, menyebutkan ciri keilmuan Linguistik: (1) Eksplisit (explicitness), (2) Sistematik (systematicness), (3) Objektif (objectivity). Eksplisit maksudnya suatu ilmu harus mempunyai kaidah-kaidah yang mantap, tidak kabur, tidak ada makna ganda, yang disusun dan dirumuskan secara penuh dan menyeluruh, serta tidak ada tabrakan antara kaidah yang satu dengan yang lain. Sistematis, berarti mempunyai kaidah-kaidah tertentu, terdapat pola-pola yang teratur, ada generalisasi yang utuh, merupakan satu kesatuan yang bagian-bagiannya sejalan dan senada, semuanya mendukung secara keseluruhan. Sedangkan objektif maksudnya suatu ilmu harus dapat memaparkan segala permasalahan yang ada di dalamnya, baik sifat, hakikat, dan keadaannya, dengan apa adanya, bebas dari perasaan, dan pertimbangan yang bersifat pribadi, tidak apriori di dalam menganalisis permasalahan yang ada. DIKOTOMI LINGUISTIK Dalam bukunya “Cours de Linguistique Generall”, (1916) Ferdinand de Saussure memberikan beberapa gagasan dan teori linguistik yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan studi linguistik dunia. Beberapa gagasannya itu antara lain: a) dikotomi La Langue dan La parole b) dikotomi studi sinkronis dan studi diakronis c) dikotomi hubungan sintagmatik dan paradigmatik d) dikotomi signifiant dan signifie DIKOTOMI LINGUISTIK La langage mengacu pada pengertian bahasa pada umumnya, yaitu kemampuan bahasa secara umum yang dimiliki oleh setiap manusia yang bersifat pembawaan La langue merupakan istilah yang digunakan untuk mengacu pada pengertian kode bahasa tertentu. Misalnya: bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Cina, dsb. Langue ini merupakan kemampuan bahasa seseorang yang bersifat abstrak, yang terdiri dari seperangkat kaidah, pola-pola pemaikaian bahasa dan kebiasaan- kebiasaan dalam bahasa tertentu Sebagai objek sekunder. La parole merupakan istilah yang digunakan untuk mengacu pada pengertian bahasa dalam arti kongkret, yaitu pemakaian bahasa didalam kenyataan, atau bentuk pemakaian bahasa yang dapat didengar dalam tuturan atau dapat dibaca didalam tulisan. objek penelitian yang primer. DIKOTOMI LINGUISTIK Studi linguistik diakronis merupakan studi linguistik yang mempelajari bahasa dalam beberapa kurun waktu, untuk mendapatkan gambaran mengenai perkembangan suatu bahasa. Jadi studi linguistik ini bersifat historis. Studi linguistik sinkronis merupakan studi linguistik yang mempelajari bahasa pada kurun waktu tertentu. Studi linguistik ini bersifat deskriptif, yaitu studi mengenai bahasa yang dipakai pada masa tertentu. D I K O TO M I L I N G U IS T I K Rangkaian tanda-tanda dalam pemakaian bahasa membentuk hubungan yang bersifat sintagmatik, yaitu hubungan tanda-tanda yang bersifat linier, atau horisontal dan membentuk suatu struktur. Misalnya, kalimat Silvia sedang menjahit baju. Masing-masing tanda dalam kalimat itu juga mempunyai hubungan dengan tanda-tanda lain di luar kalimat itu dalam keseluruhan sistem bahasa. Misalnya, Silvia berhubungan dengan Ani, dia, ibu, nenek, dsb. yang mempunyai kelas kategori yang sama. Unsur mwnjahit berhubungan dengan membuat, mencuci, menjual, menyeterika, dsb. Demikian juga unsur baju berhubungan dengan kebaya, celana, sapu tangan, pakaian, dsb. Hubungan tanda-tanda yang bersifat sistemik, atau bersifat substitusi atau vertikal itu disebut hubungan paradigmatik. DIKOTOMI LINGUISTIK Dikotomi linguistik yang lain adalah signifiant dan signifie. Bahasa pada hakikatnya merupakan sistem tanda, dan tanda-tanda bahasa itu merupakan kombinasi antara bentuk dan arti. Bentuk linguistik yang merupakan tanda bahasa itu merupakan apa yang disebut signifiant, sedangkan arti atau sesuatu yang ditandai, disebut sebagai signifie.