Anda di halaman 1dari 33

PENUAAN PADA SISTEM PULMONAL

Penuaan Normal
• Perubahan anatomis dan gangguan fungsi
pulmonal
Perubaan Hasil Perubaan
Kalsifikasi Peningkatan diameter Penurunan PaO2
kartilago kosta anteroposterior
Peningkatan pernapasan
abdomen dan diafragma
Peningkatan kerja
pernafasan
Atrofi otot Peningkatan resiko untuk Penurunan
pernafasan terjadinya kelelahan kecepatan aliran
inspirasi ekspirasi
maksimal
Penuaan Normal
• Perubahan anatomis dan gangguan fungsi
pulmonal
Perubaan Hasil Perubaan
Penurunan dalam Peningkatan volume penutupan Peningkatan volume
rekolil elastis Peningkatan udara yang residu
terjebak Menurunya
Ketidakcocokan ventilasi-perfusi kekuatan kapasitas
vital
Menurunnya
Pembesaran duktus kapasitas vital
alveolar Menurunya area permukaan
Peningkatan ukuran alveolar
dan kekakuan trakea Menurunya kapasitas difusi
dan jalan napas pusat
Penuaan Normal
• Penyebab perubahan cadangan fisiologis dan
mekanisme perlindungan pulmonal

Perubaan Hasil Perubaan


Hilangnya silia Kurang efektifnya peningkatan Peningkatan resiko
mukosasilia gangguan respirasi
Penurunan refleks Jalan nafas yang tidak Peningkatan resiko
muntah dan batuk terlindungi cedera pulmonal
Penumpukan respon Penurunan saturasi oksigen Penurunan cadangan
terhadap hipoksemia fisiologis
dan hiperkapnia

Penurunan fungsi Penurunan respon antibodi Peningkatan kerentanan


limfosit T dan terhadap antigen spesifik terhadap infeksi
imunitas humoral Berkurangnya respon
hipersensitivitas
Penuaan Normal
Perubaan Hasil Perubaan

Berkurangnya respon
hipersensitivitas
lambat
Penurunan fungsi Penurunan respon terhadap
reseptor β agonis β yang dihirup Penurunan efisiensi
Penurunan motilitas Peningakatan resiko refluks terhadap vaksinasi
esofagus dan gaster ke esofagus Peningkatan kesulitasn
dalam menangani
dan hilangnya tonus asma
sfingter kardiak Peningakatan resiko
terjadinya aspirasi
Perubahan normal pada sistem pulmonal
Perubaan Implikasi Klinis

Paru-paru kecil dan kendur Penurunan daerah permukaan untuk difusi


Hilangnya rekoil elastis gas
Pembesaran alveoli

Penurunan kapasitas vital Penurunan saturasi O2 dan peningkatan


penurunan PaO2 residu volume

Pergeseran bronkus dengan Dispnea pada saat aktivitas


peningkatan resistensi

Klasifikasi kartilago kosta Emfisema senilis


kekakuan tulang iga pada Pernapasan abdominal
kondisi pengembangan Hilangnya suara paru pada bagian dasa
Perubahan normal pada sistem pulmonal
Perubaan Implikasi Klinis

Hilangnya tonus otot toraks, Atelektasis


klemahan kenaikan dasar paru Akumulasi cairan

Kelenjar mukus kurang Sekresi kental,sulit untuk dikeluarkan


produktif
Penurunan sensitivitas sfingter Hilangnya sensasi haus
Esofagus Silia kurang aktif
Aspirasi

Penurunan sensitivitas Tidak ada perubahan dalam PaCo2


kemoreseptr Kurang aktifnya paru-paru pada gangguan
asam basa
Perubahan Anatomis
 Dinding dada :
 tulang mengalami osteoporosis
 tulang rawan mengalami osifikasi
 terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada.
 Otot pernafasan : kelemahan akibat atrofi
 Jaringan parenkim paru :
 Bronkiolus
 Duktus alveolaris dan alvelus membesar
 Struktur kolagen dan elastisitas mengalami penurunan
Perubahan Fisiologis
 Gerak pernafasan :
 Amplitudo pernafasan menjadi dangkal
 Timbul keluhan sesak nafas
 Penurunan jejuatan gerak nafas
 Distribusi gas
 Penumpukan udara dalam alveolus (air trapping)
 Gangguan pendistribusian udara nafas
 Volume dan kapasitas paru menurun
 Pengurangna ventilasi paru
Perubahan Fisiologis
 Gangguan transport gas
 Penurunan PaO2
 Pengambilan O2 oleh darah dari alveoli(difusi) dan
transpor ke jaringan berkurang
 Gangguan perubahan ventilasi paru akibat :
 Penurunan kepekaan kemoreseptor perifer dan
sentral
 Ataupun pusat pernafasan di oblongata dan pons
terhadap rangsangan penurunan dan peninggian
PaO2, perubahan pH darah arteri
Patofisiologi
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN BAWAH
 Pneumonia merupakan penyebab kematian pertama
lansia
 Pembersihan jalan yang tidak efektif
 Peningkatan kolonisasi
 Gangguan respon sistem imune
 Pneumonia menyerang jalan nafas
Terminal
• Organisme yang menyerang bertam
bah banyak dan melepaskan toksin yg
Memicu respon inflamasi dan respon
imune
• Mediator biokimia dilepaskan yang merusak
membran mukosa bronkus dan membran
alveokapiler, menyebabkan edema
• Acini (bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris
dan alveolus) dan bronkiolus terminalis dipenuhi
dengan debris infeksi dan eksudat
• Lansia dengan perubahan kesadaran (stroke dan
sedasi)
• Infeksi virus meningkatkan penempelan mukosa
pada infeksi bakteri dan virus, juga dapat
mengganggu transpor mukosa silia
• Tuberkulosis (TB), disebabkan oleh
Mycrobacterium tuberculosis, dan basil tahan
asam
• Penularannya melaui droplet yang terhirup
• Mengambil tempat pada apeks paru
• Mikroorganisme bertambah banyak dan
menyebabkan pneumonitis yang memicu respon
imun
• Neutrofil dan makrofag yang menutupi dan
meliputi basil mencegah penyebaran, penutupan
menyebabkan pembentukan tuberkel granuloma
Patofisiologi
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
• Penyebab kematian ke lima
• Asma adalah obstruksi jalan nafas yang dapat diperbaiki,
yang dipicu oleh respon berlebiha jalan nafas yang
dihubungkan dengan inflamasii
• Pemicu dapat berupa virus, bakteri, alergi
• Pelepasan mediator inflamasi menyebabkan otot polos
bronkus mengalami spasme, kongesti vaskular, peningkatan
permeabilitas dan kebocoran vaskular dan pembentukan
edema
• Sering mengalami penurunan parameter fungsi pulmonal
yang lebih besar dan disfungsi reseptor beta adrenergik
• Bronkitis kronis adalah batuk kronis yang terjadi
minimal 3 bulan dalam satu tahun atau setidaknya 2
tahun
• Disebabkan oleh hipersekresi bronkus
• Hiperplasia dan hipertropi kelenjar mukus dan
hipertropi kelenjar mukus dan hipertropi kelenjar
mukus dan hipertropi otot polos bronkus menyumbat
jalan nafas menyebabkan jalan nafas kolaps selama
ekspirasi
• Empisema dapat berkembang sebagai respon
terhadap kondisi- kondisi tersebut atau terjadi secara
independent
• Emfisema dapat berkembang sebagai respon
independent
• Obstruksi terjadi akibat perubahan pada jaringan
paru, khususnya pembesaran acini yang disertai
dengan kerusakan dinding alveoli
• Terjadilah udara yang terjebak dan hilangnya
rekoil elastis
• Terajadi karean hilangnya alpha1 antitrispin
• Dimana enzim tersebut menghambat kerja enzim
proteolitik, yang dapat menghancurkan jaingan
paru
• Hilangnya dikarenakan oleh merokok
Patofisiologi
Emboli Paru
• Faktor predisposisinya meliputi kondisi hiperkoagulasi, gagal
jantung, disritmia, kanker, imobilitas dan prosedur ortopedik
• Patogenesisnya adalah statis vena dan pembentukan
trombus dan embolus
• Ketika embolus memasuki sirkulasi pulmonal dan
menyumbat sebuah pembuluh darah, vasokontriksi hipoksisk
terjadi yang menyebabkan hipertensi pumonal dan hipotensi
sistemik
• Akhirnya penurunan surfaktant, edema paru, antelektasis
terjadi
Manifestasi Klinis
Pneumonia
 Tiga hal klasik seperti batuk, dema dan nyeri tidak
terdapat
 Peningkatan kecepatan RR > 25 X/menit
 Peningkatan produksi sputum
 Konfusi pada lansia
 Hilangnya nafsu makan
 Hipotensi (sistolik < 100mmHg)
 Pemeriksaan fisik : suar ronki krepitasi saat inspirasi,
suara peka saat perkusi, peningkatan fremitus taktil
 Hitung darah
Manifestasi
Tuberkulosis Klinis
 Diagnosis definitifnya adalah spesimen sputum segar
pada pagi hari selama 3 kali utnuk apus sptum dan kultur
basil tahan asam, M tuberculosis
 Sesak nafas, penurunan BB, gangguan mental
 Ronki basah pada lobus kanan bawah

Penyakit paru obstruktif kronis


 Batuk, dispnea, nafas pendek dan penurunan toleransi
terhadap aktivitas
 Emfisema menyebabkan peningkatan diameter antero-
posterior dada, diagframa normal dan suara napas
termasuk ronki
 Suara mengi----asma
Manifestasi Klinis
Emboli paru
 Awitan trakipneu, dispnea, nyeri pleuritik, batuk dengan
hemoptisis, demam derajat rendah (37,7 – 38,3˚C)
 Tes dianostik : pemeriksaan gas darah arteri (hipoksemia),
radiografi (bentuk khas inflitrasi perifer seperti kapak)
 Penapisan ventilasi perfusi pulmonal (penurnan perfusi
dengan ketidaksesuaian ventilasi-perfusi) dan arteriografi
pulmonal
Penatalaksanaan
1. Pencegahan Primer
Bahaya Interpersonal
 Efek merokok pada sistem respirasi
 Karbonmonoksida bersaing dengan oksigen untuk
mendapatkan molekul hemoglobin, sehingga
mengurangi kapasitas pengangkutan oksigen
 Faktor resiko lain untk penyakit pulmonal termasuk
gangguan mobilitas, obesitas dan pembedahan
 Kelebihan berat badan---penimbunan lemak pada
leher, dada dan dinding perut
1. Pencegahan Primer
Bahaya Interpersonal
 Imobilitas akan menimbulakan kekakuan atau
keterbatasan gerak saat otot2 berkontraksi
 Operasi dapat mempengaruhi faal paru (pembedahan
toraks, pebedahan abdomen bagian atas, anastesi)
1. Pencegahan Primer
Bahaya Lingkungan
 Lansia cenderung untuk mengalami konsekuensi dari
polusi karena adanya kelemahan pada sistem
pulmonalnya dan karena zat yang berbahaya di tempat
kerja dan lingkungan belum diatur oleh pemerintah
sebelum tahun 1970an
 Perokok pasif, dalam asap rokok ditemukan kandungan
yang terdiri atas sekitar dua klai tar dan nikotin, tiga kli
benzipiren, lima karbonmonoksida dan lima puluh kali
amonia
2. Pencegahan Sekunder
Pengkajian fisik
 Informasi :batuk, nafas pendek, nyeri dada ketika bernafas,
riwayat masalah respirasi, merokok dan terpajan
lingkungan
 Setiap gejala dieksplorasi awitas terjadinya, durasi,
frekuensi, karakter gejalanya, fakor prepitasi, faktor yang
mengurangi gejala, pengobatan masa lalu dan saat ini,
rangkaian gejala dan efek terhadap aktivitas kehiduan
sehari-hari
 Inspeksi melipui kulit dan warna membran mukosa, kontur
dasar kuku, bentuk toraks,dan konfigurasi
 Kifosis yang turut berperan dalam peningkatan diameter
anterio-posterior
2. Pencegahan Sekunder
Gangguan pertukaran gas
Hasil yang diharapkan Tindakan keperawatan

Klien mengalami pertukaran O2 dan •Berikan O2 aliran rendah dengan


CO2 yang adekuat, ditandai dengan: kecepatan sesuai yang dianjurkan (1-
PaO2>60mmHg 2L/menit)
PaCO2 35-45 mmHg •Kaji dan catat status respirasi
Tidak ada sianosis minimal setiap 8 jam
Tidak ada konfusi •Minta klien mengubah posisi, batuk
dan melakukan nafas dalam
•Pantau kadar gas arteri
•Tinggikan kepala tempat tidur
minimal 30˚
•Bantu klien dengan aktivitas
perawatan diri sesuai
2. Pencegahan Sekunder
Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas
Hasil yang diharapkan Tindakan keperawatan

Mempertahankan jalan nafas •Tingkatkan asupan cairan (air, jus


ditandai dengan : buah) sampai minimal 2000ml/24
•Tidak ada sianosis jam
•Respirasi seimbang •Pertahankan kelembaban udara
•Tidak memerlukan usaha terlalu ruangan 30-50 %
keras dan berada dalam batas normal •Kaji dan cata karakteristik batuk
(berdahak/kering, frekuensi, durasi
dan waktu dala sehari)
•Kaji dan catat karakteristik sputum
yang dikeluarkan
•Berikan perawatan mulut yang
sering dengan ½ saline ½ peroksida
•Lakukan drainase postural
•Pantau efek bronkodilator dan
ekspetorant
2. Pencegahan Sekunder
Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas
Hasil yang diharapkan Tindakan keperawatan

•Pantau efek bronkodilator dan


ekspetorant
•Anjurkan klien utnuk melakukan
nafas dalam dan batuk
•Ajarkan batuk efektif dengan
melakukan demonstrasi
•Hindari memberikan cairan yang
sangat panas atau sangat dingin
•Kaji dan catat bunyi nafas alami
minimal setiap 8 jam
•Ubah posisi klien setiap 2 jam
•Tinggikan bagian kepala tempat
tidur
2. Pencegahan Sekunder
Ketidakefektifan pola nafas
Hasil yang diharapkan Tindakan keperawatan

Klein menggunakan pola pernafasan •Anjurkan klien mengunakan


yang efektif ditandai : pernafasan abdomen dan pused-lip
•Tidak adanya penggunaan cuping •Berikan dorongan teknik relaksasi
hidung dan penggunaan otot2 dan meditasi
pernafasan •Tinggikan bagian kepala tempat
•Respirasi seimbang tidur
•Tidak berusaha terlalu keras •Kaji dan catat pola nafas setiap 8
•Berada dalam batas normal jam
2. Pencegahan Tersier
Pedoman pegajaran untuk lansia
Tanda-tanda masalah pernapasan Perubahan pada sputum
Napas yang semakin pendek
Demam
Perubahan toleransi terhadap
aktivitas

Pengobatan Gunakan sesuai perunjuk


Hindarai obat-obatan yg dijual bebas
Vaksin pnemokokus
3. Pencegahan Tertier
Pedoman pegajaran untuk lansia

Diet Berikan makanan porsi kecil tapi


sering
Berikan diet seimbang yang baik
(hindari diet tinggi KH)
Pertahankan hidrasi adekuat, 1 L/hari
(hindari kafein dan produk susu)

Latihan teratur sesuai toleransi


Latihan Kurangi aktivitas jika terjadi
keletihan
Hentikan aktivitas sementara dengan
periode istirahat
2. Pencegahan Tertier
Pedoman pegajaran untuk lansia

Bahaya lingkungan Hindari merokok/merokok pasif


Hindari pemicu untuk masalah
respirasi
Hindari aktivitas di luar rumah ketika
kadar polusi tinggi
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai