Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH HUKUM

AGRARIA
DI INDONESIA
Materi Pembelajaran

E2
ID
SL

Sejarah Penyusunan
Hukum Agraria Nasional
E3
ID
SL

UUPA

Masa Sesudah
Kemerdekaan Ri
Masa Sebelum
Kemerdekaan
Masa Sebelum Kemerdekaan

E4
ID
SL
Sebelum VOC dan Zaman VOC

E5
ID
SL
Sebelu Zaman
m VOC VOC

e n Bo sc h ( 18 30)
1. Penguasaan tanah Van D
dapat secara -1 8 1 6 )
Raffle s (1 8 11 - Sistem
individu / kolektif.
2. Penguasaan / d e l (1 8 0 0 -1 8 11 tanam paksa
Da e n
pengawasan
- Kebijakan (Cultuur
landrent atau Stelsel)
diberikan ke tangan - Menjual tanah pajak tanah.
pejabat yang rakyat kepada - Rakyat wajib
ditunjuk oleh raja. orang-orang membayar
Cina, Arab, pajak kepada
Belanda. raja Inggris
- Tanah yang
dijual disebut
tanah
partikelir
Zaman VOC

E6
ID
SL
Herman William Daendles Thomas Stanford Rafles(1811-
(1800-1811) 1816) Johannes Van den Bosch
Awal dari perubahan struktur Semua tanah yang berada dibawah Pada tahun 1830 Gubernur Van den
penguasaan dan pemilikan tanah kekuasaan government dinyatakan Bosch menetapkan kebijakan
sebagai eigendom government. pertanahan yang dikenal dengan
dengan penjualan tanah, hingga Dengan dasar inilah setiap tanah
menimbulkan tanah partikelir. dikenakan pajak bumi. Beberapa system tanam paksa atau Cultuur
Kebijakannya itu adalah dengan ketentuan berkaitan dengan pajak Stelsel. Dalam system tanam paksa
menjual tanah-tanah rakyat Indonesia tanah adalah sebagai berikut : ini petani dipaksa untuk menanam
kepada orang-orang Cina, Arab , 1.Pajak tanah tidak langsung suatu jenis tanaman tertentu yang
maupun bangsa Belanda sendiri. Tanah dibebankan kepada petani pemilik secara langsung maupun tidak
tanah, tetapi ditugaskan kepada
partikelir adalah tanah eigendom yang kepala desa. langsung dibutuhkan oleh pasar
mempunyai sifat dan corak istimewa. 2.Kepala desa diberikan kekuasaan internasional pada waktu itu. Hasil
Yang membedakan dengan tanah penuh untuk mengadakan perubahan pertanian tersebut diserahkan
eigendom lainnya ialah adanya hak-hak pada pemilikan tanah oleh para petani. kepada pemerintah colonial tanpa
pada pemiliknya yang bersifat 3.Praktik pajak tanah mendapat imbalan apapun,
kenegaraan yang disebut landheerlijke menjungkirbalikan hukam yang sedangkan bagi rakyat yang tidak
rechten atau hak pertuanan. mengatur tentang pemilikan tanah mempunyai tanah pertanian wajib
rakyat sebagai besarnya kekuasaan
kepala desa menyerahkan tenaga kerjanya yaitu
seperlima bagian dari masa
kerjanya atau 66 hari untuk waktu
satu tahun
Agraris Wet Stb. 1870 No.55

E7
ID
SL

Ide awal Pribumi diberi hak


dikeluarkannya Agrarische memiliki tanah dan
Wet (AW) ini adalah menyewakan pada
Tahun1870 swasta
sebagai respon terhadap
lahirlah Agrarische Pengusaha dapat
keinginan perusahaan-
Wet yang merupakan pokok menyewa tanah dari
perusahaan asing yang
penting dari hukum agraria Pihak Belanda hanya gubernur dalam jangka
bergerak dalam bidang
dan semua peraturan mencari keuntungan 75 tahun
pertanian untuk
pelaksanaan yang sebesar-besarnya
berkembang di Indonesia.
dikeluarkan pemerintah
sehingga menimbulkan
masa Kolonial Belanda
pertentangan
sebagai permulaan hukum
agraria barat.
Agrarische Besluit Staatblad 1870 No. 118

E8
ID
SL
• Ketentuan-ketentuan
Agrarische Wet
pelaksanaannya diatur lebih
lanjutan dalam peraturan dan
keputusan. Pasal 1 AB
• Salah satu keputusan yang
paling penting adalah apa “Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan dalam
yang dimuat dalam Koninklijk Pasal 2 dan 3 AW, tetap dipertahankan asas, bahwa semua
tanah yang pihak lain tidak dapat membuktikkan sebagai hak
Besluit (KB), yang kemudian eigendomnya, adalah domein negara
dikenal dengan
nama Agrarische
Besluit (AB), S.1870-118.
• Pasal 1 agrarische besluit
memuat pernyataan penting
yaitu "domein verklaring".
Erfacht Ordonantie

E9
ID
SL
Untuk jawa dan Madura:

Agrarische Blesuit (S.1870-118) Pasal 9-17 Ordonasi yang dimuat S.1872-237a

Untuk luar Jawa dan Madura

kecuali daerah swapraja, semula ada ordonasi yang mengatur hak-hak erfacht yang berlaku di daerah
tertentu :
1. S.1874 untuk Sumatera
2. S.1877 untuk Karisidenan Manado
3. S.1888-58 untuk daerah Zuider-en Oosteradelling Borneo

Tahun 1914, diundangkan satu ordonasi untuk semua daerah pemerintahan langsung diluar Jawa dan dimuat
dalam S.1914-3670, disebut dengan “Erfacht Ordonantie Buitengewesten”
0
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

E1
ID
SL
Buku II KUHPERDATA
Hak Atas Tanah

1 2 3 4
Hak Eigendom, Hak Opstal, Hak Erfacht, hak untuk Tanah Hak, yaitu hak
pemilik mempunyai memberikan dapat pakai atas tanah orang
kekuatan mutlak wewenang kepada diusahakan/mengolah lain
pemegangnya tanah orang lain dan
memiliki sesuatu menarik hasil yang
diatas tanah sebanyak-banyaknya
eigendom dari tanah.
1
Agrarische Eigendom

E1
ID
SL

1 2 3 4

Adalah suatu Koninklijk Agrarische Eigendom Tujuan Agrarische Tetapi dalam


Blesuit tertanggal 16 adalah suatu hak yang Eigendom sebetulnya praktiknya kesempatan
April 1872, nomor 29 bertujuan untuk adalah untuk untuk menggantikan
mengenai hak memberikan kepada memberikan kepada hak miliknya dengan
Agrarische Eigendom orang-orang Indonesia orang-orang Indonesia menjadi Agrarische
asli dengan hak yang Eigendom tidak banyak
suatu hak yang kuat
kuat, yang pasti karena dipergunakan
atas sebidang tanah
terdaftar dan haknya
dapat dibebani dengan
hipotek.
Masa Sebelum Kemerdekaan

2
E1
(Penjajahan Belanda)
ID
SL

Politik Agraria Kolonial tercantum dalam Agrarische Wet tahun 1870, tujuannya adalah untuk
memberi kemungkinan dan jaminan kepada modal besar asing agar dapat berkembang di
Indonesia, dengan membuka kemungkinan untuk memperoleh tanah dengan hak erfapacht dengan
berjangka waktu lama (75 tahun), karena sebelum ada aturan ini pemilik modal swasta hanya
terbatas sekali kemungkinannya untuk berusaha dalam lapangan perkebunan besar, sebelumnya
hanya dapat melalui sewa tanah saja.

Pemberlakuan asas domein dalam hukum pertanahan, yang menyatakan bahwa semua tanah yang
tidak dapat dibuktikan pemiliknya adalah domein/milik negara.
3
Isi Pernyataan Domein :

E1
ID
SL

1. 2.

Semua tanah yang diatasnya tidak Larangan pengasingan tanah, bahwa :


bisa dibuktikan sehingga tanah Tanah-tanah orang pribumi tidak boleh
eigendom, berarti tanah itu dipindahtangankan kepada non pribumi
kepunyaan pemerintah Belanda. (tanah (misal dengan warisan, jual beli, sewa)
yang tidak bisa dibuktikan sebagai berati tidak ada tanah pribumi dijual
eigendom tersebut, dipakai oleh kepada orang asing, sehingga Belanda
pemerintah Belanda untuk disewakan masih bisa menggunakan politik tanam
kepada pengusaha) paksa. Larngan pengasingan tanah ini
mengatur / membedakan antara
pribumi dan non pribumi, sedangkan
dalam UUPA mengaturnya dengan
WNI dan WNA.
4
Masa Kemerdekaan

E1
ID
Penataan Tanah Pasca Proklamasi

SL
Untuk itu, maka dikeluarkanlah Undang-undang Nomor 8 Tahun
1954 Tentang Penyelesaian soal Pemakaian Tanah Perkebunan
oleh Rakyat.
Penyelesaian akan diusahakan bertingkat 2 (dua) sbg berikut :
1. Tahap pertama; terlebih dahulu akan diusahakan agar agenda
segala sesuatu dapat dicarikan penyelesaiannya atas dasar
kata sepakat antar pemilik perkebunan dengan
rakyat/penggarap;
2. Tahap kedua; apabila perundingan sebagaimana dimaksud
pada angka 1 (satu) tidak berhasil, maka dalam rangka
penyelesaian penggarapan tanah perkebunan tersbut akan
mengambil kebijakan sendiri dengan memperhatikan :
a.Kepentingan rakyat dan kepentingan penduduk, letak
perkebunan yangbersangkutan;
b.Kedudukan perusahaan perkebunan di dalam susunan
perekonomuian negara.
Peraturan Pertanahan

5
E1
Pasca Kemerdekaan - 1960
ID
SL

5
2
4 Untuk mencegah
1 Undang-undang Nomor : pendudukan kembali tanah
28 Tahun 1956 tentang : perkebunan oleh rakyat,
Pengawasan Terhadap 3 Ketentuan lain yang maka pemerintah
Undang-undang Nomor :
Pemindahan Hak Atas menyangkut pemakaian megeluarakan perarturan
19 Tahun 1956 tentang :
Tanah Perkebunan. tanah-tanah milik warga tentang larangan
Penentuan Perusahaan Undang-undang Nomor :
Pertanian/Perkebunan negara Belanda yang pendudukan tanah tanpa
29 Tahun 1956 tentang : kembali ke negerinya.  izin yang berhak yaitu
Milik Belanda yang Peraturan Pemerintah dan
Dikenakan Nasionalisasi. Undang-undang Nomor :
Tindakan-tindakan 51 Prp. Tahun 1960.
Mengenai Tanah
Perkebunan.
6
Kondisi Pasca Kemerdekaan

E1
ID
SL

Dualisme Hukum Agraria

Hukum Adat yang merupakan hukum perdata bagi golongan pribumi


Hukum Perdata barat bagi golongan penduduk penjajah Belanda (BW), yaitu dalam Buku II KUH Perdata.

Ciri-ciri Hukum Agraria pada masa lama

1. Hukum agraria lama itu sebagian tersusun berdasarkan tujuan dan sendi-sendi dari pemerintah
jajahan, dan bertentangan dengan kepentingan rakyat dalam melaksanakan pembangunan nasional
2. Bersifat dualistis, hal demikian akan menimbulkan pelbagai masalah antargolongan yang serba sulit
dan tidak sesuai dengan cita-cita persatuan bangsa.
3. Bagi rakyat asli hukum agraria penjajahan tidak menjamin kepastian hukum seluruh rakyat
Indonesia
Usaha Penyesuaian Hukum Agraria Kolonial Dengan

7
E1
Keadaan Dan Keperluan Sesudah Kemerdekaan

ID
SL

Panitia Agraria memutuskan :

1 2 3 4
Dilepaskannya asas Diadakannya peraturan Penetapan luas Perlu diadakannya
domein dan pengakuan yang memungkinkan maksimum dan minimum registrasi tanah milik dan
hak ulayat. adanya hak perorangan tanah. hak-hak menumpang yang
yang kuat, yaitu hak milik penting (annex kadaster).
yang dapat dibebani hak
tanggungan.
8
Penyusunan Hukum Agraria Nasional

E1
ID
SL
Panitia
Soewanjo Panitia
Panitia 1956 Sadjarwo
Yogyakarta 1960
1948 Panitia
Panitia • Melalui keputusan presiden
Jakarta tanggal 29 Maret 1955 No. Soemarjo • 14 September 1960 DPRGR
menerima RUUPA
• Dibentuk dengan Penetapan
1951
55/1955, dibentuk 1959 • 24 September 1960 DPRGR
Presiden Nomor : 16 Tahun kementerian Agraria yang
1948 tanggal 21 Mei 1948, salah satu tugasnya adalah menyetujui RUU dan
berkedudukan di untuk mempersiapkan disahkan oleh Presiden
• Panitia Yogyakarta • RUU Agraria diberikan Soekarno menjadi
Yogyakarta diketuai oleh pembentukan perundangan kpd DPR yang kemudian
Sarimin Reksodihardjo, dibubarkan dengan undangan Agraria Nasional. UU No. 5 Tahun 1960
ditunda oleh DPR (UUPA)
Kepala Bagian Agraria Keputusan Presiden
Nomor : 3 6 Tahun 1951 • Berdasarkan keputusan
Kementerian Agraria. presiden RI tanggal 14
tanggal 19 Maret 1951,
sekaligus dibentuk Panitia Januari 1956 No. 1/1956
Agraria Jakarta panitia Agraria Jakarta
yang  berkedudukan di dibubarkan dan dibentuk
Jakarta. panitia negara urusan
Agraria yang berkedudukan
di Jakarta diketuai oleh
soewahjo soemodilogo
9
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)

E1
ID
SL

Pada tanggal 24 September 1960 telah disahkan Undang-Undang Nomor 5


Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), diundangkan
dalam Lembaran Negara Nomor 2043, dan mulai berlaku pada tanggal 24
September 1960.

Konsekuensi hukum yang diperoleh, bahwa sejak itu setelah lima belas tahun
merdeka bangsa Indonesia untuk pertama kalinya mempunyai dasar
perundangan untuk menyusun lebih lanjut hukum agraria nasionalnya sebagai
perwujudan Pancasila dan berlandaskan UUD 1945.
0
Tujuan UU PA

E2
ID
SL
Meletakkan dasar-dasar :

1 2 3 4

Bagi penyusunan hukum Untuk mengadakan Untuk memberikan Dihapuskannya


agraria nasional. kesatuan dan kepastian hukum dualisme hukum,
kesederhanaan mengenai hak-hak dengan pencabutan
dalam hukum atas tanah bagi hukum kolonial
pertanahan rakyat seluruhnya. sepanjang mengenai
nasional. tanah serta
penetapan hukum
adat sebagai dasar
hukum agraria.

Anda mungkin juga menyukai