Liliani Labitta 405120026 LO1: METABOLISME BILIRUBIN & PROSES TERJADINYA IKTERUS Metabolisme Bilirubin • Setiap molekul heme akan memproduksi 1 molekul bilirubi n • Molekul bilirubin dpt ditemukan di hemoglobin, myoglobin, dan juga enzim sitokrom • Pembentukan bilirubin terutama terjadi di limpa (makrofag ) dan di hati (sel Kupffer), tetapi juga terjadi di seluruh tubu h oleh sel-sel makrofag dan di sel tubular ginjal. Sel-sel yan g melaksanakan tugas pemecahan heme menjadi bilirubin i ni secara keseluruhan dikenal sebagai sistem retikuloendot elial (reticuloendothelial system) Produksi Bilirubin FISIOLOGIS
1. Molekul pembentuk bilirubin (heme) diambil oleh makrofa
g 2. Dalam sel ini, enzim heme-oksigenase memecah heme den gan mengeluarkan Fe yg di simpan utk digunakan kembali dan CO dan meninggalkan biliverdin. (kadar CO dlm napas yg dikeluarkan dpt mjd penentu byknya heme yg dipecah mjd biliverdin). Biliverdin larut air, sdgkn bilirubin tidak. 3. Masih di dalam sel RES, biliverdin kemudian diubah menja di bilirubin oleh biliverdin reductase. (Bilirubin dpt menjadi antioksidan dan mengambil radikal bebas) Produksi Bilirubin PATOLOGIS
eritrosit (hemolisis). Hal ini dpt tjd pd: 1) kelainan bawaan sel darah merah (sel sabit, talasemia, sferositosis); 2) hemolisis imun (eritroblastosis fetalis); 3) pykt SDM didapat (dyserythropoiesis), dll. • Pada orang dewasa , bahkan hemolisis tidak selalu mybkn peningkatan yg signifikan dari bilirubin serum apabila fungsi klirens bilirubin hepatik normal. • Pada bayi baru lahir, hemolisis dpt mjd sgt berbahaya. Jika serum bilirubin mencapai 20mg/dL bayi akan sangat kuning dan bs mnderita kernikterus (nuclear jaundice). Transpor Bilirubin dlm Darah FISIOLOGIS
4. Setelah dilepas dari hati, bilirubin masuk ke p
eredaran darah, terikat dg albumin. Hal ini m emastikan tidak ada bilirubin yg dibuang ke u rin. Pada konsentrasi sgt tgi, bilirubin dpt ber difusi ke jaringan perifer dan menyebabkan i ntoksikasi. Transpor Bilirubin dlm Darah PATOLOGIS
• Jika ada kenaikan fraksi bebas, bilirubin akan menyerang dan
merusak jaringan. Bilirubin akan melintasi sawar darah-otak dan menyebabkan kernikterus pada neonatus. Bilirubin plasma bebas dapat meningkat dalam kondisi patologis berikut: – Overproduksi – Kelainan konjugasi dalam hepatosit – Adanya zat yg mengganggu ikatan bilirubin-albumin : sulfonamid, asam lemak rantai panjang dari ASI, salisilat, media kontras, dll yg bersaing untuk berikatan dg albumin. Penyerapan Bilirubin Hepatoselular FISIOLOGIS
5. Ikatan bilirubin-albumin terlepas dan
bilirubin kemudian di keluarkan dari sirkulasi dan masuk ke dalam hepatosit melalui permukaan sinusoidal. • Perpindahan ini terjadi menuruni konsentrasi gradien dan terjadi sangat cepat Penyerapan Bilirubin Hepatoselular PATOLOGIS
• Penurunan penyerapan akan mengakibatkan
hiperbilirubinemia tak terkonjugasi. • Dapat terjadi pd keadaan: – Ikterus akibat minyak pakis yg digunakan untuk mengobati cacing pita (Aspidium) Transpor Intraseluler dlm Hepatosit FISIOLOGIS 6. Dalam hepatosit bilirubin terikat pada protein sitoplasma: ligandins dan Z protein. Ligandins adalah kelompok enzim yang mewakili 2% dari protein sitosol. Z protein mengikat asam lemak. Fungsi utama dari protein ini adalah untuk menghindari refluks bilirubin bebas ke dalam darah krn selang waktu antara pengambilan bilirubin dan konjugasi relatif panjang. • Belum ada hiperbilirubinemia dan penyakit kuning akibat kekurangan ligandins. Konjugasi dg Asam Glukoronat FISIOLOGIS
7. Salah satu cara bagi sel untuk menetralisir senyawa yang
tidak diinginkan adalah dengan konjugasi mereka dengan asam glukuronat. Unconjugated bilirubinin bersifat lipofilik. Konjugasi dengan asam glukuronat menjadikannya hidrofilik shg dpt dieliminasi di kandung empedu. • Glukoronisasi empedu memerlukan 2 enzim penting yaitu glucose dehydrogenase dan glucoronyl transferase. Kekurangan slh satu dr kedua enzim ini dpt mengganggu konjugasi & eliminasi bilirubin. Konjugasi dg Asam Glukoronat PATOLOGIS
• Gilbert Syndrome: akibat kekurangan glucoronyl
transferase. Ikterus berfluktuasi ringan akibat hiperbilirubinemia non-hemolitik dalam kisaran 5 sampai 7mg/dl atau lebih tinggi (jarang). • Crygler Najjar syndrome: tipe I krn kekurangan glucoronyl transferase parah, tipe II krn kekurangan glucoronyl transferase ringan. Keduanya mybkn kernikterus. • Ikterus fisiologis pd bayi baru lahir: krn kekurangan glucoronyl transferase sementara, kelebihan produksi bilirubin dg hati yg belum matur. Metabolisme Intestinal FISIOLOGIS
8. Bilirubin dalam usus direduksi menjadi urobilin sesuai
kaskade berikut: – Bilirubin glukuronida + bakteri atau beta-glukuronidase usus = bilirubin bebas – Bilirubin bebas + dehidrogenase bakteri = urobilinogen (berwarna) – Urobilinogen + dehidrogenase = urobilin (oranye-kuning). • Sebagian besar bilirubin, urobilinogen dan urobilin diekskresikan dalam tinja. Sejumlah kecil bilirubin dan urobilinogen diserap oleh usus dan kembali ke hati: – bilirubin direkonjugasi di hati dan kembali diekskresikan dalam feses – urobilinogen diekskresikan dalam urin, sekitar 4 mg / hari Metabolisme Intestinal PATOLOGIS
• Complete biliary obstruction: Empedu tidak mencapai usus
feses alkoholik. Ada hiperbilirubinemia terkonjugasi dan bilirubinuria. Urobilinogen tidak terbentuk dalam usus dan tidak ada urobilinogen dalam urin. • Partial biliary obstruction: Lebih sedikit empedu yg mencapai usus urobilinogen terbentuk dlm jumlah kecil, tidak ada bilirubinuria, urobilinogen dlm urin sedikit • Hemolysis: menyebabkan hiperbilirubinemia tak terkonjugasi. Tidak ada bilirubinuria karena bilirubin tak terkonjugasi tidak hidrofilik dan tidak dapat diekskresikan dalam urin. Ada peningkatan urobilinogen dalam urin karena byk bilirubin mencapai usus dan byk urobilinogen yg dibentuk & diserap. Ekskresi Bilirubin melalui Ginjal • Hanya bilirubin terkonjugasi yg diekskresikan dalam urin ketika kadar plasma meningkat di atas normal. • Hanya sebagian kecil dr bilirubin bebas dlm plasma dikeluarkan lewat urin. (normalnya tdk ada di urin) • Beberapa obat-obatan dan garam empedu yg bersaing utk mengikat protein (salisilat, sofosoxazole) meningkatkan batas ambang eliminasi tergantung pd derajat pengikatan protein yg bervariasi. Ekskresi Urobilinogen melalui Ginjal • Urobilinogen dibentuk oleh bakteri di usus kecil dan usus besar. • Kemudian diserap kemabli oleh usus kecil dan usus besar dan ekskresikan oleh hati ke dalam usus hampir semuanya. • Hanya jumlah yang sangat kecil diekskresikan ke dalam urin: 0-4 mg / hari. Meningkat ketika urobilinogen terbentuk meningkat atau ketika hati sedang sakit dan tidak dapat kembali mengekskresikannya. Menurun ketika pembentukannya dalam usus menurun seperti dalam kasus complete biliary obstruction (empedu tidak dapat mengalir ke usus di mana urobilinogen akn dibentuk). LO2: ANEMIA HEMOLITIK Anemia hemolitik • Suatu kondisi di mana eritrosit yang hancur dan dihapus dari aliran darah sebelum hidup normal mereka berakhir. • Ketika sel-sel darah mati, sumsum tulang membentuk sel-sel darah untuk menggantikan mereka. Pada anemia hemolitik, sumsum tulang tidak dapat membuat eritrosit cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan tubuh . • Dapat menyebabkan lemah, nyeri, aritmia, pembesaran jantung, dan gagal jantung. Patofisiologi • Ada dua mekanisme hemolisis: – Intravaskular: penghancuran eritrosit dlm sirkulasi dg melepas isi sel ke dalam plasma. Trauma mekanis akbt endotelium rusak, aktivasi permukaan sel, dan agen infeksius dapat menyebabkan degradasi membran langsung dan kerusakan sel. – Ekstravaskuler: (lebih umum) penghancuran eritrosit krn perubahan membran oleh makrofag dari limpa & hati. Sirkulasi darah disaring terus menerus melalui pulpa merah limpa yg berdinding tipis ke sinusoid. Eritrosit normal berukuran 8 mikron dpt melewati tali limpa yg berdiameter 3 mikron. Eritrosit yg mengalami perubahan struktural permukaan membran (termasuk antibodi) tidak dapat melintasi jaringan ini, shg difagosit dan dihancurkan oleh makrofag. Riwayat & Pemeriksaan Fisik • Anemia paling sering ditemukan melalui tes laboratorium, namun riwayat dan pemeriksaan fisik dapat memberikan petunjuk penting tentang adanya hemolisis dan penyebab yang mendasarinya. • Pasien mungkin mengeluhkan dispnea atau kelelahan (disebabkan oleh anemia). Urin gelap, takikardi, nyeri punggung dapat dikeluhkan oleh pasien dengan hemolisis intravaskular. Kulit mungkin tampak kuning atau pucat. Limfadenopati atau hepatosplenomegali menunjukkan adanya gangguan limfoproliferatif atau kanker. Pembesaran limpa mungkin mencerminkan hipersplenisme yg menyebabkan hemolisis. Ulkus kaki terjadi di beberapa tahap hemolitik kronis, seperti sickle cell anemia. Uji kimiawi • Penghancuran eritrosit ditandai dengan peningkatan bilirubin tak terkonjugasi, peningkatan laktat dehidrogenase, dan penurunan tingkat haptoglobin. • Laktat dehidrogenase dan hemoglobin yang dilepaskan ke dalam sirkulasi ketika eritrosit yang hancur. Hemoglobin bebas diubah menjadi bilirubin unconjugated di limpa atau dapat terikat dalam plasma oleh haptoglobin. • Hemoglobin-haptoglobin kompleks dibersihkan dengan cepat oleh hati, yang menyebabkan rendah atau tidak terdeteksi haptoglobin levels. Tabel Anemia Hemolitik Diagnosis Anemia Hemolitik Tes Urin • Dalam kasus hemolisis intravaskular yang parah, kapasitas pengikatan haptoglobin terlampau cepat, dan hemoglobin bebas disaring oleh glomerulus. Sel-sel tubulus ginjal dapat menyerap hemoglobin dan menyimpan besi hemosiderin, hemosiderinuria terdeteksi oleh Prusia biru pewarnaan sel tubular sloughed dalam sedimen urin sekitar satu minggu setelah onset hemolysis. Hemoglobinuria, yang menyebabkan urin merah-coklat, yang ditunjukkan dengan hasil positif dari dipstick urin yang beraksi dengan heme ketika tidak ada eritrosit. Anemia Hemolitik Didapat • Immune-mediated – Anemia hemolitik jenis ini dimediasi oleh antibodi terhadap antigen pada permukaan eritrosit. – Dicirikan dengan penemuan mikrosferosit pada apusan darah tepi dan tes antiglobulin langsung positif. – Diklasifikasikan sebagai autoimun, aloimun, atau terinduksi obat, berdasarkan antigen yang merangsang antibodi dan merusak eritrosit. Anemia Hemolitik Didapat • Immune-mediated – Autoimun: • AIHA dimediasi oleh autoantibodi dan dibagi lagi berdasarkan suhu maksimal mengikat mereka. Hemolisis hangat mengacu pada autoantibodi IgG, yang mengikat sel-sel darah merah maksimal pada suhu tubuh, 37 ° C. Pada hemolisis dingin, autoantibodi IgM (agglutinins dingin) mengikat sel darah merah pada suhu rendah 0 ° sampai 4 ° C. • Ketika IgG menempel pada sel antigen permukaan darah merah, sel-sel darah merah yg dilapisi IgG ini sebagian ditelan oleh makrofag limpa, meninggalkan microspherocytes, sel-sel karakteristik AIHA. Anemia Hemolitik Didapat • Immune-mediated – Autoimun: • Sferosit mengalami penurunan deformabilitas dibandingkan dengan sel darah merah normal, yang terjebak dalam sinusoid limpa dan dihapus dari peredaran. Anemia Hemolitik Didapat • Immune-mediated – Drug-induced: diklasifikasikan menurut 3 mekanisme • Penyerapan obat (hapten-induced) • Immune complex • Autoantibody – Hemolisis akibat terapi penisilin dosis tinggi adalah contoh dari mekanisme penyerapan obat, dimana obat melekat pada membran darah merah merangsang produksi antibodi IgG. Ketika sejumlah besar obat menutupi permukaan sel, antibodi mengikat membran sel dan menyebabkan hemolisis ekstravaskuler. Kesimpulan • Tampak sebagai anemia akut atau kronis, retikulositosis, atau jaundice. • Diagnosis ditegakkan dg retikulositosis, peningkatan bilirubin tak terkonjugasi dan dehidrogenase laktat, penurunan haptoglobin, dan temuan preparat perifer. • Penghancuran eritrosit prematur terjadi intravaskular atau extravaskular. • Etiologi hemolisis ada yang diperoleh atau keturunan. • Penyebab umum dari anemia hemolitik yang diperoleh adalah autoimunitas, microangiopathy, dan infeksi – Hemolisis krn sistem imun, disebabkan oleh antibodi anti-eritrosit, bisa saja merupakan dampak keganasan, penyakit autoimun, obat-obatan, dan reaksi transfusi. – Anemia hemolitik mikroangiopati terjadi ketika membran sel darah merah rusak dalam sirkulasi , menyebabkan hemolisis intravaskular dan munculnya skistosit (burr cell). Agen infeksius seperti malaria dan Babesiosis menyerang eritrosit. Gangguan enzim, membran, dan hemoglobin eritrosit menyebabkan anemia hemolitik herediter. – Defisiensi dehidrogenase glukosa-6-fosfat menyebabkan hemolisis dengan adanya stres oksidatif. Sferositosis herediter ditandai dengan spherocytes, riwayat keluarga, dan tes antiglobulin langsung (direct Coombs’ test) negatif. – Sickle cell anemia dan talasemia adalah hemoglobinopati yang ditandai dengan hemolisis kronis. LO3: MALARIA APA ITU MALARIA? • Malaria adalah penyakit serius dan fatal yang disebabkan oleh parasit di nyamuk. Orang dengan malaria biasanya memiliki gejala demam tinggi, menggigil, dan seperti flu. Meskipun malaria bisa menjadi penyakit yang mematikan, penyakit dan kematian akibat malaria biasanya dapat dicegah. APA ITU MALARIA? • Sekitar 1.500 kasus malaria didiagnosis di Amerika Serikat setiap tahun. Sebagian besar kasus di Amerika Serikat berada pada wisatawan dan imigran dari negara-negara di mana transmisi terjadi, kebanyakan dari sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan.
• Secara global, WHO memperkirakan bahwa pada
tahun 2010, 219 juta kasus klinis malaria terjadi, dan 660.000 orang meninggal karena malaria, sebagian besar dari mereka anak-anak di Afrika. BAGAIMANA DITULARKAN? • Gigitan nyamuk Anopheles betina infektif adalah vektor dari penularan Malaria. Ketika nyamuk menggigit orang yang terinfeksi, sejumlah kecil darah yang dihisap berisi parasit malaria mikroskopis. Sekitar 1 minggu kemudian, ketika nyamuk menghisap darah pada orang lain, parasit ini bercampur dengan air liur nyamuk dan dapat masuk ke orang tersebut. • Karena parasit malaria ditemukan dalam sel-sel darah merah dari orang yang terinfeksi, malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah, transplantasi organ, atau penggunaan bersama jarum suntik terkontaminasi dengan darah. Malaria juga dapat ditularkan dari ibu ke bayi yang belum lahir sebelum atau selama persalinan (malaria "bawaan"). Gejala Malaria • Gejala malaria termasuk demam dan flu seperti penyakit, termasuk menggigil, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Mual, muntah, dan diare juga dapat terjadi. Malaria dapat menyebabkan anemia dan penyakit kuning (warna kuning pada kulit dan mata) karena hilangnya sel darah merah. Jika tidak segera diobati, infeksi dapat menjadi parah dan dapat menyebabkan gagal ginjal, kejang, kebingungan mental, koma, dan kematian. Gejala Malaria • Bagi kebanyakan orang, gejala mulai dari 10 hari sampai 4 minggu setelah infeksi, meskipun seseorang mungkin merasa sakit sedini 7 hari atau setelat 1 tahun kemudian. Dua jenis malaria, P. vivax dan P. ovale, dapat terjadi lagi (kambuh). Pada infeksi P. vivax dan P. ovale, beberapa parasit bisa tetap tertidur (dormant) di dalam hati selama beberapa bulan sampai sekitar 4 tahun setelah seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi. Ketika parasit ini keluar dari hibernasi dan mulai menyerang sel- sel darah merah (relapse), orang akan menjadi sakit. Diagnosis Malaria • Secara klinis: dilihat melalui gejala • Secara mikroskopis: merupakan ‘gold standard’ utk konfirmasi pyk malaria • Deteksi antigen: immunochromatographic & Rapid Diagnostic Test (RDT) • Secara molekuler: Polymerase Chain Reaction (PCR) • Serologi: indirect immunofluorescence (IFA) atau enzyme- linked immunosorbent assay (ELISA) (mendeteksi keterpaparan yg sudah lalu) • Uji resistensi obat: in vitro (kultur parasit), molekular (PCR atau DNA sequencing) Diagnosis Malaria mikroskopis (teknik)
• Spesimen darah yang dikumpulkan dari pasien tersebar
sebagai preparat tebal atau tipis, diwarnai scr Romanovsky (paling sering Giemsa), dan diperiksa dengan tujuan minyak imersi & perbesaran 100x. • Kriteria Visual digunakan untuk mendeteksi parasit malaria dan untuk membedakan (bila memungkinkan) berbagai spesies. • Pewarnaan Wright, yang umum digunakan di laboratorium rumah sakit untuk memeriksa darah, dapat digunakan jika Giemsa stain tidak tersedia. Namun, akan lebih sulit menentukan spesies. Diagnosis Malaria kelebihan
• Merupakan cara yg paling pasti dan sederhana utk
mendiagnosis malaria • Cara ini dpt menentukan ada tidaknya parasit malaria dlm darah pasien. Setelah diagnosis ditegakkan - biasanya dengan mendeteksi parasit dalam sediaan tebal - pegawai laboratorium dapat memeriksa sediaan tipis untuk menentukan spesies malaria dan parasitemia, atau persentase sel darah merah pasien yang terinfeksi parasit malaria. • Hasilnya mampu menyediakan ketiga informasi penting ke dokter untuk memandu keputusan pengobatan awal yang perlu dilakukan segera. Gambaran Parasit Malaria P. falciparum
Sediaan darah tebal
Gambaran Parasit Malaria P. vivax
Sediaan darah tebal
Gambaran Parasit Malaria P. ovale
Sediaan darah tebal
Gambaran Parasit Malaria P. malariae
Sediaan darah tebal
Gambaran Parasit Malaria P. knowlesi Manifestasi Malaria • Cacat neurologis mengikuti malaria serebral, terutama pada anak-anak , termasuk kesulitan dlm gerakan (ataksia) & berbicara, ketulian, dan kebutaan. • Infeksi berulang dengan P. falciparum dapat mengakibatkan anemia berat. Hal ini terjadi terutama pada anak-anak di Afrika tropis dengan sering infeksi yang tidak diobati. • Malaria selama kehamilan (terutama P. falciparum) dapat menyebabkan penyakit parah pada ibu, dan dapat menyebabkan kelahiran prematur atau melahirkan bayi berat lahir rendah. Manifestasi Malaria • Pada kesempatan langka, P. vivax dapat menyebabkan pecahnya limpa . • Sindrom nefrotik (penyakit ginjal berat kronis) akibat infeksi kronis atau berulang-ulang dengan P. malariae . • Hyperreactive malaria splenomegali ( juga disebut “tropic splenomegali sindrom”) jarang terjadi dan dikaitkan dengan respon imun yang abnormal terhadap infeksi malaria berulang. Penyakit ini ditandai dengan limpa & hati yang sangat membesar, temuan imunologi yang abnormal, anemia, dan kerentanan lain terhadap infeksi (seperti infeksi kulit atau infeksi saluran pernapasan). Dimana Malaria Terjadi? • Di daerah tropis dan subtropis, dimana: nyamuk Anopheles dapat bertahan hidup dan berkembang biak dan parasit malaria dapat menyelesaikan siklus pertumbuhan mereka di nyamuk ("masa inkubasi ekstrinsik"). – Sebagai contoh, pada suhu di bawah 20 ° C (68 ° F), Plasmodium falciparum (yang menyebabkan malaria berat) tidak dapat menyelesaikan siklus pertumbuhan dalam nyamuk Anopheles, dan dengan demikian tidak dapat ditransmisikan. Dimana Malaria Terjadi? • Di daerah tropis dan subtropis, dimana: nyamuk Anopheles dapat bertahan hidup dan berkembang biak dan parasit malaria dapat menyelesaikan siklus pertumbuhan mereka di nyamuk ("masa inkubasi ekstrinsik"). – Sebagai contoh, pada suhu di bawah 20 ° C (68 ° F), Plasmodium falciparum (yang menyebabkan malaria berat) tidak dapat menyelesaikan siklus pertumbuhan dalam nyamuk Anopheles, dan dengan demikian tidak dapat ditransmisikan. Dimana Malaria Terjadi? • Di banyak negara endemik malaria, penularan tidak terjadi di seluruh bagian negara. Bahkan di dalam daerah tropis dan subtropis, transmisi tidak akan terjadi apabila altitud sangat tinggi dan selama musim dingin. • Umumnya, di daerah lebih hangat dekat ke khatulistiwa transmisi akan lebih intens dan malaria ditularkan sepanjang tahun. Dimana Malaria Terjadi? Penatalaksanaan Malaria • Tergantung pada banyak faktor termasuk tingkat keparahan penyakit, spesies parasit malaria menyebabkan infeksi dan bagian dari dunia di mana infeksi didapat. • Penting utk menentukan kemungkinan bahwa organisme resisten terhadap obat antimalaria tertentu. • Faktor tambahan seperti usia, berat badan, dan status kehamilan dapat membatasi pilihan yang tersedia untuk pengobatan malaria. Penatalaksanaan Malaria • Pada pedoman penatalaksanaan kasus Malaria di Indonesia (Depkes RI, 2008), dilaksanakan kemoprofilaksis (doksisiklin 1 hr sblm berangkat 2mg/bb) yg bertujuan utk mengurangi risiko terinfeksi (terutama oleh spesies P. Falciparum krn virulensi tinggi) yg ditujukan kpd org yg berpergian k daerah endemis dlm wkt yf tdk tll lama (turis, peneliti) • Utk yg akn berpergian lama sbaiknya menggunakan personal protection (kelambu, repellent, kawat kassa, dll) Vaksinasi Malaria • Saat ini blm ada vaksin malaria disetujui utk digunakan manusia. Parasit malaria adalah organisme kompleks dg siklus hidup yg rumit, memiliki kemampuan utk menghindari sistem kekebalan tubuh dg terus mengubah permukaannya, shg mengembangkan vaksin dari permukaan bervariasi ini sangat sulit. • Selain itu, para ilmuwan belum benar-benar memahami respon imun kompleks yang melindungi manusia terhadap malaria. Vaksinasi Malaria • Namun, banyak ilmuwan di seluruh dunia bekerja pada pengembangan vaksin yang efektif. • RTS, S/A01, kini dalam uji coba klinis Fase III. Karena metode lain memerangi malaria, termasuk obat, insektisida, dan kelambu berinsektisida, belum berhasil menghilangkan penyakit, pencarian vaksin dianggap salah satu proyek penelitian yang paling penting dalam kesehatan masyarakat.