Pleno Pemicu 3 Blok Hematologi Kel 11
Pleno Pemicu 3 Blok Hematologi Kel 11
KELOMPOK 11
BLOK HEMATOLOGI
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Tutor : dr. Niko
Ketua : Alisa Melyani
Sekretaris : Suharlyn Putri Arnelia
Penulis : Nicholas Hugo
Anggota :
1. Syafiranoor
2. Elsiana Laurencia
3. Vonny Verania Khuangga
4. Sebastian Chendra
5. Citra Dewi
6. Gilda
7. Andika Ghifari
8. Dewi Rahayu
9. Mochammad Karuniawan
Unfamiliar Terms
1. G-6PD : suatu enzim yang berperan dalam
proses pembentukan & perombakan sel darah
merah serta mencegah hemolisis eritrosit.
2. Coomb’s test : tes antibodi untuk mendeteksi
adanya antibodi eritrosit & anti-antibodi
eritrosit dalam serum.
3. Bilirubin : pigmen kuning yang berasal dari
perombakan heme dari hemoglobin akibat
perombakan eritrosit oleh sel RE.
Perumusan masalah
1. Mengapa dokter menanyakan jenis obat tertentu yang dikonsumsi
oleh pasien?
2. Apakah ada hubungan pergi ke tempat tertentu dengan penyakit
yang dialaminya?
3. Apa hubungan golongan darah dengan penyakit kuning?
4. Apa bedanya penyakit kuning sewaktu bayi dengan penyakit kuning
pada kondisinya sekarang?
5. Apakah penyakit kuning herediter?
6. Apa yang menyebabkan anak ini pucat, ikterus dan urin berwarna
seperti teh?
7. Apa kegunaan pemeriksaan lab yang dilakukan?
8. Apa penyebab ikterus sewaktu lahir?
Curah pendapat
1. Kemungkinan pasien mengalami drug induced / AIHA
(contoh obat: sefalosporin, dapsone, levodopa,
metildopa, NSAID dll)
2. Ada, karena pasien pergi ke daerah endemis malaria.
3. Karena adanya gol. darah ABO & Rh sehingga terjadi
aktivitas antibodi-antigen yang menyebabkan hemolisis
eritrosit.
4. Tergantung etiologi seperti; ikterus dapat terjadi pada
bayi dengan anemia hemolitik, perbedaan gol darah dgn
ibu, penyakit hati (tidak bisa mengkonjugasi bilirubin)
Curah pendapat
5. Bisa
6. Pucat: kadar eritrosit menurun, ikterus: kadar
bilirubin dalam darah naik, urin berwarna teh:
hemolisis intravaskular tinggi.
7. Coomb’s test: mengetahui adanya antigen pada
eritrosit & plasma. G-6PD: mengetahui kadar enzim G-
6PD pada membran eritrosit. Bilirubin test:
mengetahui kadar bilirubin dalam darah.
8. Hati bayi kurang baik/belum berkembang eliminasi
bilirubin dalam darah kurang baik (>7 hari)
Mind Map
DEFINISI
DEFINISI
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI &
& ETIOLOGI
ETIOLOGI &
&
PREVALENSI
PREVALENSI MALARIA
MALARIA
ANEMIA
HEMOLITI
K
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS PATOGENESIS
PATOGENESIS
BANDING
BANDING
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN GEJALA
GEJALA KLINIK
KLINIK
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
(PENUNJANG &
(PENUNJANG &
LAB)
LAB)
Learning Objectives
1. MM definisi anemia hemolitik
2. MM klasifikasi anemia hemolitik
3. MM etiologi anemia hemolitik
4. MM patogenesis anemia hemolitik
5. MM gejala klinik anemia hemolitik
6. MM pemeriksaan anemia hemolitik
7. MM tatalaksana anemia hemolitik
8. MM diagnosis banding anemia hemolitik
9. MM epidemiologi & prevalensi anemia hemolitik
10. MM komplikasi anemia hemolitik
11. MM metabolisme bilirubin
12. MM malaria
LO 1
Metabolisme Aloimun
d. Defek pada jalur heksosemonofosfat - Hemolytic transfussion reactions
defisiensi G-6PD (glucose-6 posphate - Hemolytic disease of new born
dehydrogenase) - Allograft (khususnya transfusi sumsum
e. Defek pada jalur Embden-mayerhoff tulang)
defisiensi piruvat-kinase
f. Nucleotide enzyme defect Drug Assosiated
1. Sferositosis herediter
2. Hereditary elliptocytosis
3. Heredity stomatocytosis
Sferositosis herediter
• Disebabkan oleh mutasi spontan (25%)
• Diwariskan sebagai sifat dominan autosomal
• Defek selular primer berkurangnya luas permukaan
membran relatif terhadap volume intraselular sel eritrosit.
• Defek molekular terjadi pada → satu atau lebih protein
sitoskleletal sel darah merah yang terdiri dari spektrin,
ankirin, band 3 protein, dan protein 4
• Sel yang mengalami defek selular disebut sferosit→
kerapuhan osmotiknya meningkat dan kurang lentur →
pada akhirnya tidak mampu melalui mikrosirkulasi limpa
dan mati sblm waktunya
Sferositosis herediter
• Bentuk normal dari eritrosit adalah bikonkav
• Bentuk normal eritrosit mudah berubah bentuk untuk
memasuki pembuluh darah secara efektif
• Pada sferositosis, eritrosit sangat bulat dan sulit untuk
berubah bentuk
• Tidak mampunya eritrosit berubah bentuk membuat eritrosit
sulit untuk melewati pembuluh darah.
• Kekurangan spectrin, ankyrin, atau protein 3 tidak
menyatukan dalam interaksi vertikal dari kerangka lipid bilayer
dan hilangnya microvesicles membran
• Hilangnya luas permukaan membran tanpa kehilangan
proporsional sel vlume menyebabkan sphering dari sel darah
merah.
• Cacat pada stabilisasi vertikal lapisan ganda fosfolipid
pemisahan membran RBC dari spectrin yang -
bilayer fosfolipid
Hb (g/dL)
11-15 8-12 6-8
Retikulosit (%) 3-6 >6 >10
• Cephalosporins antibiotic
• Dapsone antibiotic
• Levodopa obat parkinson
• Levofloxacin used to treat certain infections such as pneumonia, chronic
bronchitis and sinus, urinary tract, kidney, prostate, and skin infections
• Methyldopa obat hipertensi
• Nitrofurantoin antibacterial agent specific for urinary tract infections
• Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) analgesik, antipiretik, antiinflamasi
• Penicillin and its derivatives antibiotic
• Phenazopyridine (pyridium) Relieving pain, burning, urgency, frequent urination,
and discomfort caused by irritation of the lower urinary tract
• Quinidine antiarrhythmic
– Autoimun yang tidak diketahui jelas peran obatnya (e.g
metildopa)
Hemolisis Intravaskuler
• Menyebabkan lepasnya hemoglobin bebas ke dalam plasma diikat
haptoglobin dibersihkan oleh hati dan RES. Hemoglobinemia terjadi jika
Hb lebih dari haptoglobin. Ada juga yang teroksidasi
Methmeglobinemia. Hb bebas akan diekskresikan melalui urin.
Hemosiderin di ginjal akan diekskresikan juga jika epitel mengalami
deskuamasi karena terlalu banyak Hb untuk diserap
Patofisiologi Anemia Hemolitik
Respon eritropoietik :
• Hiperplasia normoblastik
• Peningkatan normoblast (basofilik, polikromatofilik, asidofilik,
ortokromatik)
• Retikulositosis
• Polikromasia
• Leukositosis dan trombositosis ringan karena respon produksi ST
Patofisiologi AIHA
• Pasien dengan infeksi mononukleosis akut dan infeksi M.
pneumonia bisa menimbulkan agglutinin dingin IgM. IgM akan
mengikat antigen pada membrane eritrosit terbentuk kompleks
penyerang membran pada keadaan dingin lalu menimbulkan
kerusakan membrane eritrosit dan terjadi hemolysis
• Pada tipe panas, IgG akan menyelimuti eritrosit dengan antigen
sehingga terbentuk kompleks yang akan difagosit makrofag pada
RES yg menimbulkan ikterus
• Paroxysmal cold hemoglobinuria : antibodi Donath-Landsteiner,
suatu antibodi IgG dengan spesifitas terhadap antigen golongan
darah P, yang berikatan dengan eritrosit pada suhu dingin tetapi
menyebabkan lisis dengan komplemen pada keadaan hangat
Patofisiologi DIHA
• Drug-specific antibodies (penicillin) : Dalam dosis tinggi, akan terikat ke
membran eritrosit dan jika terbentuk antibody terhadap penicillin, eritrosit
akan dihancurkan makrofag monosit.
• Antibody-haptene (quinidine) : sebagai hapten untuk antibody anti-eritrosit
lalu menyebabkan hemolysis dan trombositopenia
• Autoantibodi-antigen Rh (α-methyldopa) : mengubah fungsi sel-T supresor
untuk menginduksi autoantibodi ke antigen Rh pada membran eritrosit
• Antigen-antibody complex (Stibophen) : membentuk kompleks antigen-
antibody yg terikat ke eritrosit dan menginduksi hemolysis
• Complement fixing antibody (streptomycin) : mengikat scr spesifik ke
antigen M/D pada membrane eritrosit jika terbentuk antibody akan
terjadi hemolysis
• T-cell immunomodulation (fludarabine) : mekanismenya masih tidak jelas
Patofisiologi Mikroangiopatik
• Anemia hemolitik mikroangiopatik biasa disebabkan
oleh thrombocytopenic thrombotic purpura (TTP).
Defisiensi ADAMTS12 metaloprotease sbg pengurai
factor von Willebrand karena infeksi, penyakit
autoimun, obat2 tertentu. Meningkatnya agregasi
trombosit ke benang multimer berpotensi
membentuk thrombus trombosit besar eritrosit
akan dipaksa melewati kapiler dengan thrombus
terjadi hemolysis intra atau kerusakan membrane
dan iskemi jaringan
Paroxysmal Nocturnal
Hemoglobinuria
Jangkar GPI tidak ada protein
DAF/CD55 dan MIRL/CF59
eritrosit peka terhadap lisis
hemolysis intravaskuler kronik
Patofisiologi Defisiensi Enzim
• Piruvat kinase : defek jalur glikolitik eritrosit
membrane menjadi kaku karena kurang ATP
dan meningkatnya 2,3 DPG
• G6PD : menyebabkan NADPH menurun
sintesis GSH juga menurun eritrosit mudah
terkena bahan oksidan membrane rusak
dan terbentuk Heinz’s bodies hemolisis
Patofisiologi AHH
• HS : Hilangnya protein membrane dlm interaksi vertical
karena terlepasnya bagian2 lipid lapis ganda. Eritrosit menjadi
makin sferis seiring dengan waktu sirkulasi tidak bisa
melewati mikrosirkulasi di RES hemolysis ekstravaskuler
• HE : secara klinis lebih ringan dan mungkin tidak ada tanda2
hemolitik. Karena kegagalan heterodimer spektrin untuk
berasosiasi dengan dirinya sendiri untuk menjadi
heterotetramer
• HO : Delesi 6 asam amino pada ikatan domain sitoplasma dan
trans membrane protein band 3 menyebabkan sel yang kaku,
sebagian besar kasus tidak anemic dan tidak bergejala
Patofisiologi Hemoglobinopati Struktural
Kelainan Tulang
• Bila terjadi hemolisis pada masa pertumbuhan : tower-shaped skull , penebalan
tulang frontalis dan parietalis
• Sering dijumpai pada thalassemia major : thalassemic face ,
• pada foto rontgen terlihat sebagai hair on-end appearance
A.H. akut - didapat
• Kelainan fisik:
– Pucat
– Ikhterus
– Takikardia
– Gejala anemia berat
Pemeriksaan lab :
• Hb <7g/dl
• Coomb’s tes positif (+)
Anemia Hemolitik Imun Tipe Dingin
Pemeriksaan Lab :
• Anemia ringan
• Sferositosis
• Polikromatosia
• Tes coombs positif (+)
• Anti-I ,anti-I, anti-Pr, anti-M, atau anti-P
Paroxysmal Cold Hemoglobinuri
Pemeriksaan Lab :
• Hemoglobinuria
• Sferositosis
• Eritrofagositos
• Tes Cooms positif (+)
• Antibodi Donath-Landsteiner terdisosiasi dari
sel darah merah
Anemia Hemolitik Imun diinduksi Obat
Pemeriksaan Lab :
• Anemia
• Retikulosis
• MCV tinggi
• Tes Cooms positif (+)
• Lekopenia
• Trombositopenia
• Hemoglobinemia
• Hemoglobinuria
Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH)
Pemeriksaan Lab :
• Anemia,retikulositosis, terkadang ada normoblast
• Leukopenia dan trombositopenia
• Hemoglobinemia, haptoglobin menurun dan
hemoglobinuria
• Hemosiderinuria karena hemolisis intravaskuler
kronik
• Acid hemolysis test (ham test) dan Sucrose/sugar
water test positif
LO 7
MM METABOLISME BILIRUBIN
metabolisme bilirubin
LO 12
MM MALARIA
Parasit malaria
• Termasuk genus Plasmodium
• Pada manusia terdapat 4 spesies :
– Plasmodium vivax
– Plasmodium falciparum
– Plasmodium malariae
– Plasmodium ovale
Plasmodium Plasmodium Plasmodium Plasmodium
falciparum vivax ovale malariae
Daur 5,5 hari 8 hari 9 hari 10 – 15 hari
praeritrosit
Hipnozoit - + + -
Jumlah 40.000 10.000 15.000 15.000
merozoit hati
Skizon hati 60 mikron 45 mikron 70 mikron 55 mikron
Daur eritrosit 48 jam 48 jam 50 jam 72 jam
Eritrosit yang Muda, tua dan Retikulosit dan Retikulosit dan Tua
dihinggapi normosit normosit normosit muda
Pembesaran - ++ + -
eritrosit
Titik-titik Maurer Schuffner Schuffner Ziemann
eritrosit (James)
Pigmen Hitam Kuning tengguli Tengguli tua Tengguli hitam
Jumlah 8 -24 12 - 18 8 - 10 8
merozoit
eritrosit
Plasmodium vivax
• Hospes definitif : Anopheles betina
• Hospes perantara: manusia
• Nama penyakit : malaria vivaks / malaria
tersiana
• Di Indonesia, tersebar di seluruh kepulauan
dan umumnya di daerah endemi.
Daur hidup Plasmodium vivax
Gejala klinis Plasmodium vivax
• Pada serangan pertama dimulai dengan sindrom prodromal :
– Sakit kepala
– Sakit punggung
– Mual
– Malaise
• Demam tidak teratur 2-4 hari pertama, kemudian menjadi intermiten
dengan perbedaan pada pagi dan sore hari
• Limpa pada serangan pertama mulai membesar dan mulai teraba pada
minggu kedua
• Satu minggu setelah serangan pertama, std. Gametosit tampak pada
darah
• Kira 60% kasus yg tidak diberi pengobatan/pengobatan tdk adekuat ,
relaps timbul sebagai rekrudesensi / short term relapse.
Diagnosis Plasmodium vivax
• Menemukan parasit P.vivax pada sediaan
darah yang dipulas dengan Giemsa
Plasmodium malariae
• Nama penyakit : malaria malariae / malaria
kuartana
• Meluas meliputi daerah tropik maupun daerah
subtropik
Daur hidup Plasmodium malariae
Gejala klinis Plasmodium malariae
• Gambaran klinis pada serangan pertama mirip malaria
vivax
• Serangan demam lebih teratur dan terjadi pada sore hari
• Kelainan ginjal dapat bersifat menahun dan progresif dgn
gejala lebih berat dan prognosisnya buruk
• Semua stadium parasit aseksual terdapat pd peredarah
darah tepi pd waktu yg bersamaan
• Dapat menyebabkan relaps
• Diagnosis: Menemukan parasit dalam darah yang dipulas
dengan Giemsa
Plasmodium ovale
• Nama penyakit : malaria ovale
• Di Indonesia, tdpt di Pulau Owi sebelah
selatan Biak di Irian Jaya dan di Pulau Timor
Daur hidup Plasmodium ovale
Gejala klinis Plasmodium ovale
• Mirip dengan malaria vivaks
• Infeksi campur sering terdapat pada orang
yang tinggal di daerah tropik Afrika dengan
endemi malaria
• Diagnosis: Menemukan parasit dalam darah
yang dipulas dengan Giemsa
Plasmodium falciparum
• Nama penyakit : malaria falciparum
• Di Indonesia tersebar di seluruh kepulauan
Daur hidup Plasmodium falciparum
4. Plasmodium falciparum
– Masa tunas intrinsik 9 – 14 hari
– Dimulai dengan sakit kepala, punggung dan ekstemitas,
perasaan dingin, mual, muntah, diare ringan. Penderita
tidak tampak sakit
– Jika terjadi terus menerus -> demam tidak teratur,
keringat keluar banyak walaupun demamnya tidak tinggi,
nadi dan napas cepat, limpa membesar dan lembek pada
perabaan, hati membesar dan tampak ikterus ringan ,
urin ditemukan albumin dan torak hialin atau torak
granular
– Malaria falsiparum berat -> ditemukan P. Falciparum
stadium asksual dalam darah
Gejala klinis Plasmodium falciparum
• Awal penyakit :
– Sakit kepala
– Sakit punggung
– Sakit ekstremitas
– Perasaan dingin
– Mual
– Muntah / diare ringan
– Demam mungkin tidak ada/ringan
Gejala klinis Berat Plasmodium falciparum
• Malaria otak dengan koma (unarousable coma)
– Gejala klinis : sakit kepala, ngantuk, gangguan kesadaran, kelainan
saraf, kejang-kejang (lokal atau menyeluruh)
– Gejala neurologis : meningitis, epilepsi, delerium akut, intoksikasi,
sengat panas (heat stroke)
• Anemia berat -> sering ditemukan pada anak-anak
– Ditandai dengan menurunnya Ht secara mendadak (<15%) kadar
hemoglobin < 5%
• Gagal ginjal
— Kelainan urine output pada orang dewasa : <400 ml/24 jam, pada
anak 12 ml/kg BB/24 jam
— Kreatin pada serum meningkat > 3 mg/dl
— Sering disertai edem paru
• Edema paru
– Terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan
– Frekuensi pernapasan meningkat
• Hipoglikemia
– Konsentrasi gula darah pada turun (<40 mg/dl)
– Sering terjadi pada wanita hamil
– Akibat dari penggunaan obat kina yang merukan life saving drug
untuk semua bentuk malaria yang berat terutama malaria otak
– Gejala klinisnya : gelisah, takikardia, nyeri kepala, merasa dingin
• Syok/ gangguan sirkulasi darah/ malaria algida
— Tekanan darah pada anak : < 50 mm Hg, pada dewasa : < 70
mm Hg
— Terdapat pada penyulit lain : edema paru, asidosis metabolik
dan bakterimia
• Kejang umum
― Kejang timbul sekurang-kurangnya 2 kali dalam 24 jam
• DIC (disseminated intravascular coagulation)
– Pendarahan abnormal dan spontan dari gusi, epiktasis, petekiae,
pendarahan subkonjungtiva
– Jarang ditemukan, hanya <10%, biasanya terjadi pada non-imun
• Hemoglobinuria
– Gejala : warna urin kehitam-hitaman karena hemolisis
intravaskulae masif + demam
– Terjadi pada penderita non imun yang pernah tinggal di daerah
endemi utnuk beberapa waktu, pernah mendapatkan serangan
malarian dan diobati dengan kina secara tidak teratur dengan
dosis tidak adekuat
– Hemoglobinuria + hemolisis intravaskular -> obat malaria (kina),
def G6PD, malaria berat dengan G6PD normal
Diagnosis Plasmodium falciparum
• Menemukan parasit stadium trofozoit muda
(bentuk cincin) tanpa atau dengan stadium
gametosit dalam sediaan darah tepi
• Pada autopsi dapat ditemukan pigmen dan
parasit dalam kapiler otak dan alat-alat dalam
Pengobatan dan pencegahan
– Skizontosida jaringan promer : proguanil, pirimetamin -> dapat
membasmi parasit praeritrosit sehingga mencegah masuknya
parasit ke dalam eritrosit -> profilaksis kausal
– Skizontosida jaringan sekunder : primakuin -> dapat membasmi
parasit daur eksoeritrosit atau bentuk-bentuk jaringan P. vivax,
dan P. Ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal infeksi
sebagai obat anti relaps
– Skizontosida darah : kina, klorokuin dan amodiakuin (ampuh),
proguanil dan pirimetamin (efeknya terbatas) -> membasmi
parasit stadium eritrosit yang berhubungan dengan penyakit akut
disertai gejala klinis -> tidak efektif terhadap gametosit P.
Falciparum yang matang
Pengobatan dan pencegahan
– Gametositosida : primakuin(gametisida semua spesies). Kina, klorokuin,
amodiakuin (gametositosida untuk P. vivax, P. malariae dan P. Ovale) ->
menghancurkan semua bentuk seksual termasuk stadium gametosid P.
falciparum, mempengaruhi stadium perkembangan parasit malaria
dalam nyamuk Anopheles betina.
– Sporontosida : primakuin dan proguanil -> mencegah atau menghambat
gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam
nyamuk Anopheles, mencegah transmisi penyakit malaria -> anti
sporogonik
Daftar Pustaka
1. Bakta IM. Hematologi klinik ringkas. Jakarta: EGC;
2006.
2. Hoffbrand AV, Moss PAH, Pettit JE. Essential
haematology. 5th ed. Massachusetts: Blackwell
publishing; 2006.
3. Parasitologi kedokteran. Edisi 3. Jakarta: FKUI; 2006.
4. http://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/anemia/basics/complications/con-
20026209
Kesimpulan
Pada Pemicu kami telah mempelajari :
• Anemia Hemolitik
• Mekanisme Bilirubin
• Malaria