ICU pertama kali diperkenalkan di Eropa tahun 1950 karena
epidemic polio. Di Indonesia baru dibuat di RSCM pada tahun 1971. Sifat Khas: • Pelayanan 24 jam nonstop • Staf ahli khusus • Prinsip terapi titration, karena kondisi pasien yang masuk ICU dapat berubah sewaktu- waktu sesuai dengan kondisi pasien saat itu. ICU berkembang hingga sekarang di Indonesia, yaitu : • NICU (Neonatal Intensive Care Unit) → 0 – 28 hari • PICU (Pediatric Intensive Care Unit) → 1- 12 bulan • ICCU • MICU (Mobile Intensive Care Unit) • TICU (Trauma Intensive Care Unit) Klasifikasi Intensive Care Unit (ICU)
1. ICU Primer (standar minimal)
Intensive Care Unit (ICU) yang mampu melakukan resusitasi dan ventilasi bantu < 24 jam serta pemantauan jantung. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe C atau B1. 2. ICU Sekunder (menengah) 3. ICU Tersier Kemampuan minimal Intensive Care Unit (ICU) : 1. Melakukan resusitasi jantung paru 2. Menanggulangi kegawatan nafas 3. Menanggulangi kegawatan sirkulasi 4. Menanggulangi kegawatan kesadaran 5. Menentukan kebijakan / kriteria penderita masuk atau keluar serta rujukan Kemampuan minimal Intensive Care Unit (ICU): 6. Memiliki dokter spesialis anestesi purna waktu 7. Mengkoordinasi satu tim untuk sebuah pendekatan bersama 8. Memiliki jumlah perawat terlatih yang cukup 9. Memiliki dokter jaga 24 jam 10. Memiliki konsulen yang siap panggil 24 jam 11. Siap melayani pemeriksaan laboratorium, sinar X, perubahan diagnosis dan fisioterapi Pasien pasien yang dirawat di ICU biasanya mengalami kegagalan 2 organ atau lebih, meskipun beberapa pasien hanya menderita kegagalan nafas akut yang membutuhkan bantuan mesin ventilator untuk beberapa jam beberapa hari. Syarat syarat ruangan ICU ideal antara lain : • Bed ratio 1 : (1-2) • Bed nurse 1 : (3-4) • Kapasitas ICU 4-12 tempat tidur, • ICU sebaiknya diletakkan 1 lantai dengan ruang bedah
Perlengkapan Alat Alat ICU :
• Monitoring • Radiologi • Alat terapi respirasi • Alat terapi kardiologi • Terapi dialysis • Laboratorium rutin Alat Alat yang terdapat di ICU antara lain : • Nebulizer • Sharing pump • Defibrillator • Ventilator • Pation monitor • Infuse pump • Slem suction • Suction thorax Prioritas secara prinsip : 1. Pasien yang perlu diterapi intensif 2. Pasien perlu pemantauan intensif 3. Pasien dengan perawatan khusus dan pengawasan ketat 4. Komplikasi akut 5. Keracunan obat- obatan/ zat kimia 6. Pasien post cardiac arrest yang berhasil di resusitasi tetapi belum ada tanda tanda kematian batang otak Indikasi Masuk ICU
• Pasien sakit berat, kritis, dan tidak stabil
(pasca operasi mayor) • Pasien yang memerlukan perawatan intensif • Pasien yang mengalami komplikasi akut seperti edema paru (kariogenik dan nonkardiogenik) TIDAK PERLU MASUK ICU
• Pasien mati batang otak (dipastikan secara klinis dan
laboratorium) tidak ada harapan untuk disembuhkan kecuali keberadaannya diperlukan sebagai donor organ • Pasien menolak terapi bantuan hidup • Pasien secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan lagi (contoh: karsinoma stadium akhir, kerusakan susunan saraf pusat dengan keadaan vegetatif) Indikasi Keluar ICU
• Pasien tidak memerlukan lagi terapi (membaik dan stabil)
• Terapi intensif tidak bermanfaat pada : 1. Pasien usia lanjut yang mengalami gagal 3 organ atau lebih setelah di ICU selama 72 jam 2. Pasien mati batang otak/ koma yang mengalami keadaan vegetative 3. Pasien dengan berbagai macam diagnosis seperti penyakit paru obstruktif menahun, karena dengan metastasis, gagal jantung terminal Kapan kita menghentikan tindakan resusitasi? Menurut IDI secara moral tidak salah bila sudah konsultasi keluarga dengan pertimbangan : 1. Terapi selanjutnya tidak ada perbaikan (status vegetatif) 2. Terapi menjadi beban keluarga & sudah akan menjurus pada mati batang otak Mati batang otak menurut IDI
1. Reflex cahaya pupil kanan dan kiri (-)
2. Reflex kornea kanan dan kiri (-) 3. Reflex batuk terhadap kateter yang masuk pada trakea (-) 4. Reflex vestibulookuler (-) INFEKSI NOSOKOMIAL ( IN ) • Masalah untuk pasie – RS • Data di AS 1985-1995, 80 juta yang masuk RS akan mendapat penyulit IN 5-10 % • Survey pasien IN : 1. Extra rawat inap 4 (empat) hari/ 1 (satu) hari Rawat inap 2x lipat lamanya 2. Data di RS th.1985 klaim asuransi 12 milyar dolar setara dengan 120 triliun rupiah. A. Faktor-faktor yanng mempengaruhi tumbuhnya IN : 1. Faktor penderita 2. Faktor kuman 3. Faktor lingkungan Interaksi 1,2,3 Tranmisi/penularan IN 1. FAKTOR PENDERITA a. Lokal Prosedur Tindakan di OK / bangsal / ICU infus line, drain. ETT untuk NU / RJPO ventilator (resiko Pneumonia lebih tinggi dari 21 x) Kateterisasi buli-buli (ISK lebih tinggi dari 5%) Antasida H2 Antagonis Simetidine (perubahan PH asam lambungperubahan kualitas flora normal di lambung). b. Umum Neonatus/geriatrik lebih rentan Pembedahan besar/trauma besar Malignancy, cirrhosis, uremia Atrogenik: steroidAntasida Sitostatik 2. FAKTOR KUMAN - Populasi kuman berbeda-beda di bangsal ICU lingkungan RS - ICU RSUD Dr.Sutomo Tahun 1990 : 1. Pseudomonas = 37,3% 2. Enterobakter = 19,3% 3. Staphylococcus = 14,5% 4. Citrobakter = 8,4% 5. E.colli = 7,2% TAHUN 2000 : 1. Bergeser gram positif dibanding gram negatifCandida. 2. Pemicu Antibiotik cefotaxime, ceftriazone. Penyebab : pemakaian antibiotik, antiseptik yang extensifperubahan mikroflora endogen-exogen. - Mikroba yang sensitif mati - mikroba yang resisten tetap hidup dan berkembang biak. - MikrobaTransfer plasmidmikroba sensitif berubah menjadi resistent. 3. FAKTOR LINGKUNGAN a. Kamar operasi / ICUHEPA (High Efficiancy Particulate Air Filter) Sistem pertukaran udara tertentu sehingga udara didalam ruang mengandung sedikit kuman. b. Kamar isolasi Pasien Infectius Tekanan udara negatifkuman tidak menyebabkan keluar. c. Kamar Isolasi AIDS-LA-Transplantasi kekebalan tubuh menuruntekanan positif. B. PENGENDALIAN IN 1. Standart peta kuman 2. Standart peta survaluance 3. Sistem koreksi. PENUTUP IN Masalah besar RS 1. Biaya 2. Morbilitas 3. Mortalitas 4. Kredibilitas Berbeda unsur kuman IN di bangsalKamar Bedah ICU Perlu pemeriksaan Lab Biakan Kuman Ahli mikrobiologi Infeksi Nasokomial di ICU Epidemic nasokomial bisa disebabkan oleh satu kuman pathogen atau khas (pseudomonas) atau bisa bermacam macam organisme.
Transisi kuman dari reservoir kepada pasien terbagi
atas 3 yaitu : 1. Kontak langsung 2. Udara 3. Alat alat Pencegahan infeksi nosokomial yang dapat dilakukan antara lain : 1. Pemakaian masker, sarung tangan, baju khusus 2. Sterilisasi alat atau ruangan 3. Antibiotic