Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS PENGGUNAAN PESTISIDA PADA

AIR SAWAH TERHADAP BIOELEKTROSINTESIS


MFC (MICROBIAL FUEL CELL)

Naufal Sebastian A / 4411416052


Latar belakang
Kebutuhan energi listrik Indonesia diperkirakan terus
bertambah sebesar 4,6% setiap tahunnya, dan akan
mengalami tiga kali lipat pada tahun 2030 (Sutrisna, 2011).
Apabila hal ini tidak diiringi oleh usaha peningkatan produksi
energi, dikhawatirkan Indonesia mengalami krisis energi.
Faktanya, pemanfaatan minyak bumi sebagai bahan bakar
fosil penghasil energi masih mendominasi, yaitu sebesar
50,66% (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,
2010). Sedangkan cadangan minyak bumi di Indonesia
diperkirakan habis dalam waktu 24 tahun (Handbook of
Energy and Economy Statistic of Indonesian, 2008). Sehingga
diperlukan usaha untuk menghasilkan energi listrik alternatif
berkelanjutan (sustainable technology).
Latar belakang
Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan teknologi yang
prospektif untuk dikembangkan. MFC merupakan sistem yang
dapat menghasilkan energi listrik melalui metabolisme
mikroorganisme. Tetapi dalam penggunaannya, MFC memiliki
kelemahan pada kompartemen katoda yang masih
menggunakan bahan kimia yaitu kalium ferisianida (Novitasari,
2011). Sehingga perlu sebuah solusi agar teknologi ini
menjadi benar-benar organik. Yaitu dengan menggunakan
organisme fotosintetik seperti Anabaena sebagai biokatoda.
Biokatoda adalah penggunaan makhluk hidup sebagai subtrat
aseptor elektron pada kompartemen katoda (ITB News, 2011).
Latar belakang
Pada penelitian ini, menggunakan air sawah normal dan
air sawah yang diberi pestisida sebagai subtrat pertumbuhan
mikroba.
Rumusan masalah
Bagaimana pengaruh variasi pestisida terhadap MFE?
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi
kadar pestisida air sawah terhadap tegangan dan kuat arus
yang dihasilkan. Variasi tersebut dilakukan untuk menentukan
daerah kerja maksimum MFC sehingga dapat menghasilkan
daya listrik terbesar.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi
kepada masyarakat mengenai penggunaan MFC sebagai
alternatif baru sumber energi listrik.
Tinjauan pustaka
Microbial Electrosynthesis (MES) adalah pengembangan
dari konsep sistem bioelektrokimia atau yang kerap disebut
sebagai Bioelectrochemical System (BESs). BESs biasanya
terdiri atas ruang anoda dan ruang katoda yang di pisahkan
oleh membran. Elektroda dicelupkan kedalam larutan
elektrolit. Larutan elektrolit yang digunakan bisa berupa air
limbah (Logan & Rabaey 2012) atau air biasa. BESs bisa
dioperasikan dalam bentuk Microbial Fuel Cell (MFC), dimana
dihasilkan energi listrik, atau bisa juga dioperasikan dalam
bentuk Microbial Electrosynthesis Cell (MES) dimana energi
listrik diperlukan untuk mendorong laju reaksi yang secara
termodinamika tidak spontan (Hamelers et al., 2010, Rabaey
and Rozendal, 2010). Berbagai macam mikroorganisme
(Logan, 2009) dan enzim (Jia et al. 2005) dapat dipakai
sebagai katalis untuk reaksi elektrokimia yang terjadi.
Metode penelitian
Tempat :
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan
Alat :
toples plastic ukuran 1000 ml, elektroda, pipa pvc diameter
5 cm, beker glass 1000 ml, cawan, tabung reaksi,
thermometer, lem tembak, multimeter, stopwatch, penjepit
buaya.
Bahan :
serat kapas, akuades, lumpur atau air sawah, pestisida,
NaCl, lem plastik.
Metode penelitian
Variabel bebas :
kadar pestisida
Variabel terikat :
daya listrik
Variabel kontrol :
air sawah
Desain eksperimen

A C B
Perlakuan
Pada kelompok 1 diberi pestisida kadar 1
1a tanpa garam
1b garam kadar 1
Pada kelompok 2 diberi pestisida kadar 1.5
2a tanpa garam
2b garam kadar 1
Pada kelompok 3 diberu pestisida kadar 2
3a tanpa garam
3b garam kadar 1
Pada kelompok 0 diberu pestisida kadar 0
0a tanpa garam
0b garam kadar 1
Masing-masing kelompok perlakuan dihitung daya listriknya
setiap 4 jam hingga daya listrik menunjukkan angka 0 pada
multimeter.
Hasil dan pembahasan Dari hasil pengukuran selama 72
jam yang terdapat di Tabel 1
diperoleh besar potensial energi
listrik terbesar terdapat pada
sample A yaitu pada titik 2 meter
dari sumber air limbah,
pengamatan dilakukan setiap 8 jam
menghasilkan pertambahan
potensial listrik dari jam ke 8
hingga ke 40 pada setiap
sampel,dan mengalami penurunan
potensial pada jam ke 48 hingga
mencapai titik 0 pada jam ke 64
untuk sampel B dan C, dan jam ke
72 untuk sampel A.
Hasil

Isolasi Bakteri MFC pada Lumpur sawah

Berdasarkan hasil pengenceran dan isolasi bakteri Microbial Fuel Cell pada sampel air
lumpur sawah di pabrik tahu Kecamatan Payung Sekaki. Medium yang telah diberi
lumpur sawah selama 2x24 jam didapatkan tiga puluh satu koloni bakteri dari proses
pengenceran pada pengenceran 104. Keempat koloni bakteri tersebut memiliki
perbedaan pada bentuk, tepi, warna dan elevasi koloni. Pada sampel A didapatkan 13
koloni bakteri (diberi kode A), pada sampel B didapatkan 10 koloni bakteri (diberi kode
B), pada sampel C diperoleh 8 koloni (diberi kode C) koloni bakteri yang didapatkan.
Hasil
Identifikasi Morfologi dan Sifat Biokimia Bakteri MFC pada Lumpur sawah

Koloni bakteri yang telah didapatkan selanjutnya di reinokulasi pada media padat untuk
mendapatkan isolat murni. Isolat murni hasil reinokulasi selama 24 jam. Seletah
didapatkan isolat murni, selanjutnya dilakukan pewarnaan gram dan uji biokimia untuk
mengetahui jenis bakteri Pengujian sifat biokimia bakteri dilakukan untuk mengetahui
sifat dari bakteri tersebut. Pengujian sifat biokimia yang dilakukan adalah Triple Sugar
Iron Agar (TSIA), Simon Citrate Agar (SCA) dan Sulphite Indole Motility (SIM). Ketiga
isolat bakteri yang telah didapat dilakukan identifikasi secara morfologi dan uji biokimia
yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Dari hasil uji maka didapat bakteri Genus Entrobacter dengan gram negatif dan bakteri
Genus Desulfomaculum dan Fusobacterium dengan gram positif. dengan sel bakteri
berbentuk basil untuk genus Entrobacter dan Fusobacterium dan streptobasilus untuk
genus Desulfomaculum.
Pembahasan
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa rerata nilai pada aspek isi adalah 4,2, sehingga unit
modul pembelajaran ini dapat dikatakan sangat valid. Pada aspek isi terdapat beberapa
komponen yaitu kesesuaian dengan KI, KD, indikator, dan indikator pencapaian
kompetensi; kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik; kesesuaian dengan kebutuhan
bahan ajar; kebenaran substansi konsep materi dari aspek keilmuan; materi yang
disampaikan jelas dan sistematis; materi yang disajikan membantu peserta didik dalam
memahami konsep; keterkaitan contoh materi dengan kondisi yang ada di lingkungan
sekitar; kebenaran kunci jawaban yang disajikan; manfaat untuk penambahan wawasan
pengetahuan; kesesuaian dengan nilai-nilai moralitas, sosial.
Kesimpulan dan saran
Genus bakteri yang ditemukan pada rangkaian microbial fuel cell pada lumpur sawah di
pabrik tahu Kecamatan Payung Sekaki adalah genus Enterobacter, Desulfomaculum dan
Fusobacterium.Bakteri pada sistem microbial fuel cell dapat menghasilkan listrik, listrik
tertinggi diamati pada jam ke 40 sebesar 67,2 mV.Hasil penelitian ini dapat digunakan
untuk memperkaya bahan ajar dalam bentuk Modul Pembelajaran konsep dampak
mikrobiologi air limbah pada lingkungan pada Mata Kuliah Mikrobiologi Dasar di
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas
Negeri Semarang.
Daftar pustaka
Anderson A, McCormack S, Helden A, Sheridan H, Kinsella A, Purvis G. 2011. The
potential of parasitoid Hymenoptera as bioindicators of arthropod diversity in
agricultural grasslands. Journal of applaied Ecology, 48 : 382390.
Burghelea CI, Zaharescu DG, Hooda PS, Palanca-Soler A. 2011. Predatory Aquatic
Beetles, Suitable Trace Elements Bioindicators. J Environ Monit, 13 (5) : 1308-
1315.
Chang X, Zhai B, Wang M, Wang B. 2007. Relationship between exposure to an
insecticide and fluctuating asymmetry in a damselfly (Odonata, Coenagriidae). J.
Hidrobiologia 586 (1) :213-220.
Cheng, S. & Hamelers, H.V.M., 2008. Critical Review Microbial Electrolysis Cells for
High Yield Hydrogen Gas Production from Organic Matter. , 42(23).
ITB News. (2011). Microbial Fuel Cell, Energi Listrik Alternatif dari Bakteri. Bandung.
ITB.
Jia, N. et al., 2005. Bioelectrochemistry and enzymatic activity of glucose oxidase
immobilized onto the bamboo-shaped CNx nanotubes. Electrochimica Acta, 51(4),
pp.611–618.
Logan, B.E. & Rabaey, K., 2012. Conversion of wastes into bioelectricity and chemicals
by using microbial electrochemical technologies. Science (New York, N.Y.),
337(6095), pp.686–90. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22879507 [Accessed July 9, 2014].
Daftar pustaka
Meidalima D dan Meihana. 2013. Artropoda sebagai Bioindikator Kesehatan Lahan
Pertanian. Prosiding Seminar Nasional VII Masyarakat Konservasi Tanah dan Air
Indonesia, Palembang 6-8 November 2013.
Meidalima D. 2014. Sistem Pertanian Organik: Upaya Reklamasi Lahan Pertanian.
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Masyarakat Konservasi Tanah dan Air
Indonesia, Palembang 16 April 2014.
Meidalima D, Kawaty RR, dan Gunawan EB. 2017. The Diversity of Arthropods
Predator on Wild Plant in the Rice Field with Pesticides and without Pesticides
Application. Biosaintifika Journal of Biology & Biology Education, 9(1): 89-94.
Novitasari, Deni. (2011). Optimasi Kinerja Microbial Fuel Cell (MFC) Untuk Produksi
Energi Listrik Menggunakan Bakteri Lactobacillus bulgaricus. Skripsi. Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.
Sutrisna, Kadek Fendy. (2016). Indonesia Alami Lonjakan dalam Konsumsi Energi.
http://www.alpensteel.com/article. Diakses 15 Agustus 2016.
Tanaka, K., Tamamushi, R. , Ogawa. (1985). Bio electrochemical fuel cells operated by
the cyanobacterium. Anabaena variabilis. Journal Chem. Tech. Biotechnology. 35:
191–197.
Wanger TC, Rauf A, Schwarze S. 2010. Pesticides and tropical biodiversity. Frontiers in
Ecology and the Environment, 8(4): 178-179.

Anda mungkin juga menyukai