Anda di halaman 1dari 36

Analisis Hubungan Biaya,

Volume dan Laba

Ch. 4
By: Dandang Setyawanti, S.E., M.Si., Ak., CA
Analisis biaya volume biaya : salah satu
alat analisis yang digunakan untuk
mempelajari hubungan antara volume,
biaya total, pendapatan total dan laba.

Dasar analisis biaya volume dan laba :


memanfaatkan Laporan Laba – Rugi
dengan format Contribution Margin /
CM (format ini berguna bagi manajemen
dalam mempertimbangkan dampak
perubahan biaya dan volume kegiatan
terhadap laba)
Contoh : Laporan L – R Perusahaan Intan
tahun 2018 yang disusun dengan format CM
Perusahaan Intan
Laporan laba – Rugi tahun 2010
Total Per unit
Penjualan Rp 3.000.000 Rp 300
Biaya variabel 1.200.000 120
-------------------- -----------
Contribution Margin Rp 1.800.000 Rp 180
Biaya tetap 720.000
--------------------
Laba bersih Rp 1.080.000
Analisis terhadap laporan tersebut
dijelaskan dengan konsep:
1. Contribution margin
2. Struktur biaya
3. Operating laverage
CONTRIBUTION MARGIN (CM)
Merupakan selisih antara hasil penjualan
dan seluruh komponen biaya variabel
(produksi, administrasi dan penjualan)

CM positif menunjukkan bahwa hasil


penjualan dapat digunakan untuk
menutup biaya variabel dan
seluruh/sebagian biaya tetap.
 Bila CM melebihi jumlah biaya tetap total 
laba
Pada contoh diatas:
CM total Rp 1.800.000
Biaya tetap total Rp 720.000
Laba bersih total Rp 1.080.000

Perhatikan:
CM/unit Rp 180,- maka dapat dianalisis bahwa
setiap unit barang yang terjual mempunyai
kontribusi untuk menutup biaya tetap
sebesar Rp 180,- tersebut.
 Biaya tetap diatas jumlahnya Rp 720.000.
dengan memperhatikan makna CM/unit
maka dapat diketahui berapa unit barang
harus terjual agar seluruh biaya tetap tadi
tertutup ( dapat menentukan titik impas).
Agar seluruh biaya tetap tertutup tanpa
memperoleh laba, maka jumlah CM/unit
total harus sebesar Rp 720.000,- 
tercapai bila jumlah produk yang terjual
adalah Rp 720.000/Rp180 = 4.000 unit
Laporan yang menunjukkan titik impas
bila penjualan 4.000 unit.
Perusahaan Intan
Laporan laba – Rugi Tahun 2010
Total Per unit
Penjualan (4.000 unit) Rp 1.200.000 Rp 300
Biaya variabel 480.000 120
------------------- -----------
Contribution margin Rp 720.000 Rp 180
Biaya tetap 720.000
------------------
Laba bersih Rp 0
Dengan memperhatikan makna titik impas &
CM per unit  dapat dianalisis lebih lanjut
bahwa setiap penjualan satu unit diatas titik
impas akan memberi laba sebesar CM petr unit
tersebut.
Analisis seperti ini memudahkan manajer
untuk merencanakan jumlah unit yang harus
dijual diatas titik impas untuk mencapai
sejumlah laba tersebut.
Seandainya manajer merencanakan untuk
mencapai laba Rp 1.800, maka manajerakan
menargetkan penjualan 10 unit di atas titik
impas.
Dengan kata lain, target penjualan ditetapkan
4.010 unit, seperti di bawah ini.
Perusahaan Intan
Laporan Laba – Rugi Tahun 2018
Total Per unit
Penjualan (4.010 unit) Rp 1.203.000 Rp 200
Biaya variabel 481.200 120
---------------
------------
Contribution margin Rp 721.800 Rp 180
Biaya tetap 720.000
--------------------
Laba bersih Rp 1.800
STRUKTUR BIAYA

Beberapa perusahaan memiliki struktur


biaya dengan biaya tetap tinggi dan biaya
variabel rendah dan ada yang sebaliknya.
Mana yang terbaik ?
Jawaban: tidak ada jawaban yang pasti, tetapi
yang jelas bahwa keduanya memiliki keunggulan
pada kondisi-kondisi tertentu

Contoh : dua perusahaan berikut, yang


biaya totalnya sama tetapi struktur biaya
berbeda.
PT Intan PT Permata
Jumlah % Jumlah %
Penjualan Rp 3.000.000 100 Rp 3.000.000 100
Biaya Variabel 1.800.000 60 600.000 20
CM Rp 1.200.000 40 Rp 2.400.000 80
Biaya tetap 600.000 1.800.000
Laba bersih Rp 600.000 Rp 600.000
Struktur biaya yang paling baik tergantung pada
banyak faktor, al :
 Trend jangka panjang
 Fluktuasi tahunan dalam tingkat penjualan
 Sikap manajemen terhadap risiko
 Jika penjualan di masa yang akan
datangdiharapkan diatas Rp 3.000.000, maka
struktur biaya Biaya PT Berlian mungkin akan
lebih baik, karena CM ratio lebih tinggi dari
labanya.
Contribution Margin Ratio : perbandingan antara
CM dengan penjualan.
Jika masing-masing perusahaan memperoleh
peningkatan penjualan 10% dari semula, maka
labanya.
PT Intan PT Permata
Jumlah % Jumlah %
Penjualan Rp 3.300.000 100 Rp 3.300.000 100
Biaya variabel 1.980.000 60 660.000 20

CM Rp 1.320.000 40 Rp 2.640.000 80
Biaya tetap 600.000 1.800.000

Laba bersih Rp 720.000 Rp 840.000


Sebagaimana diharapkan untuk kenaikan
penjualan yang sama, PT Berlian memperoleh
laba bersih lebih tinggi karena Cm rationya lebih
tinggi.

Mana perusahaan yang struktur biayanya lebih


baik jika penjualan menurun 10% dari semula ?
Jika masing-masing perusahaan mengalami penurunan
penjualan sebesar 10% dari semula, maka labanya :

PT Intan PT Permata
Jumlah % Jumlah %

Penjualan Rp 2.700.000 100 Rp 2.700.000 100


Biaya variabel 1.620.000 60 540.000 20

CM Rp 1.080.000 40 Rp 2.160.000 80
Biaya tetap 600.000 1.800.000

Laba bersih Rp 480.000 Rp 360.000


 Dari angka-angka diatas tampak bahwa
dalam hal penurunan penjualan yang
sama maka PT Intan memiliki struktur
biaya terbaik.

 Perusahaan tersebut dalam keadaan


terdapat penurunan penjualan di masa
yang akan dating, stabilitasnya lebih baik
karena biaya tetapnya relative rendah.
OPERATING LAVERAGE (OL)

Adalah ukuran besarnya penggunaan biaya tetap


dalam sebuah perusahaan.

• Semakin tinggi biaya tetap, maka semakin tinggi


operating laverage-nya dan semakin besar pula
sensivitas laba bersih terhadap perubahan
penjualan.
• Jika sebuah perusahaan mempunyai OL tinggi,
maka sedikit saja peningkatan dalam penjualan
dapat menghasilkan peningkatan persentase yang
besar dalam laba dan sebaliknya OL rendah,
pengaruh peningkatan laba bersih rendah.
• Degree of operating laverage (DOL)
adalah ukuran, pada tingkat penjualan
tertentu, seberapa besar perubahan
persentase dalam volume penjualan akan
mempengaruhi laba.
CM
• DOL = ----------------
Laba Bersih
Contoh untuk menghitung DOL :

PT Intan PT Permata
Jumlah % Jumlah %

Penjualan Rp 3.000.000 100 Rp 3.000.000 100


Biaya variabel 1.800.000 60 600.000 20

CM Rp 1.200.000 40 Rp 2.400.000 80
Biaya tetap 600.000 1.800.000

Laba bersih Rp 600.000 Rp 600.000

DOL 2x 4x
• DOL untuk PT Intan 2x & PT Berlian 4x,
masing-masing pada tingkat penjualan Rp
3.000.000

• DOL 2X : menunjukkan bahwa setiap tambahan


1% penjualan akan menambah laba bersih 2%

• Jika penjualan semula naik 10%, maka laba


bersih PT Intan naik 20% dan laba bersih PT
Permata naik 40%, seperti berikut ini.
PT Intan PT Permata
Jumlah % Jumlah %
Penjualan Rp 3.300.000 100 Rp 3.300.000 100
Biaya variabel 1.980.000 60 660.000 20
CM Rp 1.320.000 40 Rp 2.640.000 80
Biaya tetap 600.000 1.800.000
Laba bersih Rp 720.000 Rp 840.000
Laba bersih semula (a) 600.000 600.000

Kenaikan laba bersih (b) Rp 120.000 Rp 240.000

% kenaikan L bersih dari 20% 40%


laba bersih semula (b:a)
x 100%
Menentukan Titik Impas
Analisis biaya volume laba dapat digunakan antara
lain untuk menentukan titik impas.
Oleh karena dapat digunakan untuk menentukan
titik impas, analisis ini sering disebut juga
analisis titik impas
Sebutan analisis titik impas sudah barang tentu
kurang tepat karena titik impas hanya
merupakan titik awal (starting point) untuk
analisis selanjutnya.

Beberapa pendekatan untuk menentukan titik


impas:
1. Persamaan Matematika
Hal yang pertama diperhatikan dalam analisis BVL
adalah biaya diklasifikasikan ke dalam biaya tetap
dan biaya variable

Laba ditentukan dengan persamaan :


Laba = Penjualan – BV – BT
Contoh : PT Berlian, data sbb:
Biaya tetap total selama satu periode Rp 20.000
Biaya variabel per unit produk ……..…… 600
Harga jual produk per unit …………………… 1.000

Jika x adalah jumlah unit produk yang dijual, berapa laba


yang diperoleh ?
Laba = 1.000 X – 600X – 20.000
Dalam kondisi impas laba adalah nol:
0 = 1,000X – 600X – 20,000
x = 50
Jadi impas tercapai pada volume penjualan 50 unit
produk.
Bukti:
Penjualan 50 unit @ Rp 1.000 = Rp 50.000
Biaya variabel50 unit @ Rp 600 = Rp 30.000
CM Rp 20.000
Biaya Tetap = Rp 20.000
Laba Bersih Rp 0
2. Contribution Margin per unit
Jika manajemen ingin mengetahui kuantitas
penjualan impas, maka harus disadari
bahwa CM total jumlahnya harus sama
dengan biaya tetap total
Keadaaan ini tercapai bila kuantitas
penjualan adalah sebanyak biaya total
dibagi CM/unit
Biaya tetap
Titik impas = ---------
CM per unit
Dengan contoh PT Berlian, penjualan pada titik impas adalah:
Rp 20.000
Titik impas = ------------- = 50 unit
Rp 400

Setiap tambahan 1 unit produk yang terjual diatas titik


impas, maka laba akan bertambah sebesar CM per unit
produk, yaitu Rp 400, sebagaimana perhitungan berikut ini.
Penjualan 51 unit @ Rp 1.000 Rp 51.000
Biaya variable 51 unit @ Rp 600 Rp 30.600
CM Rp 20.400
Biaya tetap Rp 20.000
Laba bersih Rp 400
3. Contribution Margin Ratio
Adalah perbandingan antara CM dengan
penjualan.
Ratio ini menunjukkan % tiap satu rupiah
penjualan yang dapat digunakan untuk
menutup biaya tetap dan kemudian
laba.
Biaya tetap total
Titik impas = -------------------
CM ratio
Contoh PT Berlian menunjukkan CM rationya
adalah 40% . Ratio 40% menunjukkan bahwa
dalam setiap Rp 1 penjualan tersedia Rp 0,4 yang
dapat digunakan untuk menutup Fixed Cost dan
laba.

Rp 20.000
Titik impas = ------------ = Rp 50.000
0,4
4. Pendekatan Grafik
Perhitungan impas dapat ditentukan pada
titik pertemuan antara grafik
penjualan dengan biaya total dalam
satu bidang antara sumbu tegak /
vertikal (menyatakan biaya/penjualan
dalam rupiah) dan sumbu datar /
horizontal (menyatakan volume
penjualan / produksi dalam unit)
Contoh :
Harga jual produk per unit ………Rp 1.000
Biaya variabel per unit ………….. Rp 600
Biaya tetap total ……………………. Rp 20.000
(jarak relevan 0 – 125)

Untuk dapat menjawab pertanyaan ini (membuat


grafik), maka soal tersebut harus diolah
terlebih dahulu
Volume Pendapat Biaya Biaya Total Laba
penjualan an variable tetap biaya (rugi)
penjualan
0 0 - 20.000 20.000 (20.000)

25 25.000 15.000 20.000 35.000 (10.000)

50 50.000 30.000 20.000 50.000 0

75 75.000 45.000 20.000 65.000 10.000

100 100.000 60.000 20.000 80.000 20.000

125 125.000 75.000 20.000 95.000 30.000


• Berdasarkan hasil olah data tersebut
buatlah grafiknnya !

• Silakan tugas dikumpulkan di kolom


tugas di GC !
Margin of Safety (MOS)

Adalah unit yang dijual / diharapkan akan dijual diatas


titik impas (selisih antara volume penjualan yang
dianggarkan dengan volume penjualan impas)

MOS memberikan informasi mengenai seberapa jauh


realisasi penjualan dapat turun dari rencana
penjualannya agar perusahaan tidak rugi

Penurunan realisasi penjualan dari rencana penjualan


harus sebesar MOS agar perusahaan tidak rugi.
MOS dapat dinyatakan dalam :
1. Unit
2. Rupiah
3. Persentase
Selamat Belajar …………

Anda mungkin juga menyukai