Anda di halaman 1dari 62

HUKUM

KONTRAK
Landasan
Hukum
Kontrak
Pengertian
Kontrak/Perjanjian
Menurut Pasal 1313 KUHPerdata :

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan


mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih.”
Pertanyaan
 Apakah pengertian perjanjian
sebagaimana diatur pada
KUHPerdata tersebut di atas
telah tepat?
Akta
• Akta adalah surat yang diberi tanda tangan, yang memuat
peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar dari suatu hak atau
perikatan yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk
pembuktian. (Sudikno Mertokusumo)
• Tidak semua surat dapat disebut akta. Surat yang dapat disebut
akta adalah surat yang :
1. surat yang ditandatangani
2. surat yang memuat peristiwa yang menjadi dasar suatu hak
atau perikatan
3. surat tersebut sengaja digunakan sebagai alat bukti
Fungsi Akta Otentik
 Pasal 1870 KUHPerdata :

“Suatu akta otentik memberikan diantara para


pihak beserta para ahli warisnya atau orang-
orang yang mendapat hak ini dari mereka,
suatu bukti yang sempurna tentang apa
yang dimuat di dalamnya.”
Akta di Bawah Tangan
 Surat yang sengaja dibuat dan ditandatangani oleh
pihak-pihak yang dimaksudkan sebagai alat bukti atau
dalam pengertian lain adalah akta yang dibuat tidak
oleh atau tanpa perantaraan pejabat umum, melainkan
dibuat dan ditandatangani sendiri oleh para pihak yang
berkepentingan mengadakan perjanjian.
 Akta ini merupakan bukti yang sempurna jika diakui
oleh kedua pihak atau dikuatkan oleh alat bukti lainnya.
 Bentuknya bebas dan dapat dibuat di mana saja.
Dasar Hukum Kontrak
Indonesia

 Buku III KUHPerdata;


 Buku III KUHPerdata
bersifat pelengkap
 Buku III KUHPerdata
bersifat terbuka

10
 Essensialia: Unsur-unsur yang selalu harus
ada dalam suatu kontrak
 Naturalia: Unsur-unsur yang oleh undang-
undang diatur, tetapi para pihak dapat
menyingkirkan atau menggantinya
 Accidentalia: Unsur-unsur yang ditambahkan
oleh para pihak

11
Asas-Asas Hukum Kontrak
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yg dimaksud dgn asas adalah
hukum dasar atau dasar dari sesuatu yg menjadi tumpuan berpikir dan
berpendpt atau cita-cita.
 Pada bagian lain disebutkan bahwa pengertian asas sama dgn pengertian
Principle dlm bahasa Inggris, atau pengertian Leer dlm bahasa Belanda
dimana keduanya mempunyai arti sebagai teori atau ajaran pokok.
 Menurut Prof. Sudikno Mertokusumo, yg dimaksud dgn asas hukum adalah
suatu pikiran dasar yg bersifat umum yg melatarbelakangi pembentukan
hukum positif.
 dgn demikian asas hukum tsb pada umumnya tidak tertuang di dlm peraturan
yg kongkrit. Hal ini disebabkan sifat dari asas tsb adalah abstrak dan umum.

13
 Bellefroid

Norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak
diperasalkan dari aturan-aturan yang lebih umum
 Van Eikema Hommes

Bahwa Asas-asas hukum itu tidak dapat dianggap sebagai norma-norma hukum
yang konkrit, akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk
yang berlaku
 Prof. Sudikno Mertokusumo

Asas-asas hukum bukanlah kaidah hukum yang konkrit, melainkan merupakan


latar belakang peraturan hukum konkrit dan bersifat umum/abstrak.

14
 Asas ini berhubungan dengan saat lahirnya perjanjian

 Terjadinya perjanjian adalah dengan kata sepakat.

 Konsensus itu harus dinyatakan, tidak boleh diperkirakan


saja oleh pihak lawan.

 Dinyatakan dapat secara tegas, secara diam-diam, atau


dengan tanda-tanda.

15
 Prof. Eggens :
Perkataan sudah mengikat itu adalah tuntutan kesusilaan.
Kalau perkataan itu dipercaya, maka manusia itu diangkat
martabatnya setinggi-tingginya
 Prof. Subekti :

Kalau orang ingin dihargai sebagai manusia, maka harus bisa


dipegang kata-katanya. Bahwa dalam masyarakat yang tertib
dan teratur, haruslah dapat dipegang perkataannya. Itulah
sendi mutlak/baik bagi masyarakat yang teratur.

16
 Perjanjian perdamaian = harus tertulis

 Perjanjian perburuhan = harus tertulis

 Perjanjian penghibahan = harus tertulis

 Perjanjian hak tanggungan = harus dengan Akta PPAT

 Perjanjian pinjam mengganti = harus ada penyerahan riil

17
 Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata :

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai


undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

 Ditekankan pada kata “SEMUA”

18
1. Bebas untuk membuat atau tidak membuat perjanjian

2. Bebas untuk mengadakan perjanjian dengan siapapun

3. Bebas untuk menentukan isi & syarat-syarat perjanjian

4. Bebas untuk memilih bentuk perjanjian

5. Bebas untuk memilih jenis perjanjian

6. Bebas untuk memilih atau menentukan hukum yang


berlaku dalam perjanjian yang akan dibuat.

19
 dgn adanya asas kebebasan berkontrak menyebabkan
timbulnya berbagai macam perjanjian dlm masyarakat
sesuai dgn apa yg dibutuhkan oleh masyarakat.

 Bahkan perjanjian yg timbul dlm masyarakat (perjanjian


tidak bernama) lebih banyak daripada perjanjian bernama
yg ada dlm Buku III KUH Pdt.

20
 Pasal 1337 KUHPerdata

“Suatu sebab adalah terlarang apabila


dilarang oleh Undang-undang, atau apabila
berlawanan dengan kesusilaan baik atau
ketertiban umum.”

21
 Asas ini berkaitan dengan akibat perjanjian.
 Diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) dan (2)
 Konsekuensinya :
 Pihak ke 3 dilarang mencampuri isi perjanjian itu termasuk
hakim
 Asas ini juga disebut Asas kepastian hukum, karena mereka
yang membuat perjanjian itu mempunyai keyakinan bahwa
apa yang diperjanjikan itu dijamin pelaksanaannya.

22
 dgn adanya asas pacta sunt servanda berarti para pihak
harus mentaati perjanjian yg telah mereka buat seperti
halnya mentaati UU, maksudnya apabila diantara para
pihak ada yg melanggar perjanjian tsb, maka pihak tsb
dianggap melanggar UU, yg tentunya akan dikenai sanksi
hukum.

23
 Asas ini berhubungan dengan pelaksanaan perjanjian.
 Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata “perjanjian harus
dilaksanakan dengan iktikad baik.”
 Berarti : para pihak tidak hanya terikat pada kata-kata
dalam perjanjian itu dan tidak hanya terikat pada ketentuan
undang-undang tetapi juga harus memperhatikan norma
kepatutan dan keadilan dalam pelaksanaannya agar dalam
perjanjian tidak ada kesewenang-wenangan.

24
 Kepatutan di dlm perjanjian dimaksudkan agar jangan sampai
pemenuhan kepentingan salah satu pihak terdesak, tetapi harus
ada keseimbangan antara berbagai kepentingan pihak-pihak yg
bersangkutan.

 Keadilan maksudnya bahwa kepastian untuk mendptkan apa


yg sudah diperjanjikan namun untuk pemenuhan janji tsb
harus memperhatikan norma-norma yg berlaku.

25
Iktikad baik mempunyai dua pengertian yaitu:

a) Iktikad baik dlm arti subyektif


 Iktikad baik dlm arti subyektif dpt diketemukan dlm lapangan
hukum benda dan dlm hukum perikatan . Hal ini dpt dilihat
dlm pasal 1977 KUH Pdt mengenai kedudukan berkuasa dan
dlm pasal 531 KUH Pdt.
 Iktikad baik disini dpt diartikan sebagai kejujuran seseorang
dlm melakukan suatu perbuatan hukum yaitu yg terletak pada
sikap batin seseorang pada waktu diadakan perbuatan hukum.

26
b) Itikad baik dlm arti Obyektif

 Itikad baik dlm arti obyektif yaitu bahwa pelaksanaan suatu


perjanjian harus didasarkan pada norma kepatutan atau apa-
apa yg dirasakan sesuai dgn yg patut dlm masyarakat.

 dlm pelaksanaan perjanjian tsb harus tetap berjalan dgn


mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan serta
harus berjalan diatas rel yg benar.

27
 Pasal 1338 ayat (3) KUH Pdt memberikan suatu kekuasaan
pada hakim untuk mengawasi pelaksanaan perjanjian agar
jangan sampai pelaksanaannya tsb melanggar norma-
norma kepatutan dan keadilan, namun, tentu saja ada batas
– batasnya.

28
 Penafsiran kontrak harus didasarkan pada iktikad baik

 Fungsi Iktikad Baik yang menambah apabila ada hak dan


kewajiban yang timbul diantara para pihak tidak secara
tegas dinyatakan dalam kontrak

 Fungsi Iktikad Baik yang membatasi atau meniadakan.

29
 Diatur dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata
 Pasal 1315 KUHPerdata :

“Pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri atas namanya


sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya
sendiri.”
 Pasal 1340 KUHPerdata :
“Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya.
Suatu perjanjian tidak dapat membawa tugi kepada pihak-pihak ketiga;
tidak dapat pihak-pihak ketiga mendapat manfaat karenanya, selain
dalam hal yang diatur dalam Pasal 1317.”

30
 Pasal 1317 KUHPerdata

“Lagipun diperbolehkan juga untuk meminta ditetapkannya


suatu janji guna kepentingan seorang pihak ketiga, apabila
suatu penetapan janji, yang dibuat oleh seorang untuk
dirinya sendiri, atau suatu pemberian yang dilakukannya
kepada seorang lain, memuat suatu janji yang seperti itu.”

31
Syarat Sahnya Perjanjian
1. Kesepakatan

SYARAT SUBJEKTIF

2. Kecakapan

3. Suatu Hal Tertentu

SYARAT OBJEKTIF

4. Suatu Sebab Yang Halal

33
34
Akibat Hukum Perjanjian
yang Sah
Kekuatan Mengikatnya
Perjanjian
 Suatu perjanjian tidak dapat
ditarik kembali selain dengan
sepakat kedua belah pihak, atau
karena alasan-alasan yang oleh
undang-undang dinyatakan
cukup untuk itu.
Kesepakatan
Yaitu adanya pertemuan dua kehendak atau
persesuaian dua kehendak atas adanya offerte
(penawaran) dan acceptasie (penerimaan).

Adanya persesuaian kehendak itu HARUS


DINYATAKAN, tidak boleh hanya dipersangkakan.
Kecakapan
 “Setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan,
kecuali jika ia oleh Undang Undang tidak dinyatakan
cakap.” (Pasal 1329 KUHPer)

 Tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian adl :


1. Orang yang belum dewasa
2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan
3. Istri
Suatu Hal Tertentu
 Adapun maksud suatu hal tertentu dlm suatu
perjanjian adalah obyek dari perjanjian, suatu pokok
dimana perjanjian diadakan.

 Di dalam suatu perjanjian obyek perjanjian harus


tertentu dan setidak tidaknya dapat ditentukan.
Kausa Yang Halal
 Pasal 1335 jo. 1337 KUHPerdata menyatakan bahwa
suatu kausa dinyatakan terlarang jika bertentangan
dengan :

- undang-undang,

- kesusilaan, dan

- ketertiban umum.
TAK TERPENUHINYA
SYARAT…
Tiada Sepakat Jika Ada Cacad
Kehendak
Pasal 1324 ayat (1) KUHPer menjelaskan
bahwa yang dimaksud dgn paksaan ialah
apabila perbuatan tersebut dapat menimbulkan
rasa takut bagi orang yang berfikiran sehat, juga
menimbulkan rasa takut dan ancaman bagi
dirinya maupun harta kekayaannya.

43
Pasal 1322 KUHPer menyatakan bahwa kekhilafan tidak
mengakibatkan batalnya suatu perjanjian selain apabila kekhilafan itu
terjadi mengenai hakikat barang yang menjadi pokok perjanjian.

Berdasar Pasal tsb, ada 2 macam jenis kekhilafan, yaitu:


 error in persona
yaitu kekhilafan mengenai orang dengan siapa seseorang mengikatkan
dirinya.

 error in substantia
yaitu kekeliruan yang berkaitan dengan hakikat karakteristik suatu
benda

44
 Penipuan ini terjadi apabila salah satu pihak dgn sengaja
memberikan keterangan yg palsu atau tidak benar disertai dgn
tipu muslihat untuk membujuk pihal lawan agar memberikan
perijinannya. Apabila tidak dilakukan tipu muslihat tsb maka
pihak yg lain tidak akan membuat perjanjian tsb.

 Hal ini diterangkan dlm pasal 1328 KUH Pdt.

45
Terjadi bila salah satu pihak dalam perjanjian berdasarkan
keunggulannya di bidang ekonomi atau status sosialnya
melakukan tekanan pada pihak lain sedemikian rupa, sehingga
pihak lain terpaksa menutup perjanjian yang memberatkan atau
merugikan.
Putusan Tentang Penyalahgunaan Keadaan
1.Putusan M.A.R.I No. 3421/K/PDT/1985 Tanggal 4 Maret 1987
Tentang Kasus Buku Pensiunan
2.Arrest HR 25 Mei 1964 Nederland Jurisprudentie (NJ) Tahun
1965 No. 104

Sejak 1950an, Undue Influence telah berkembang di


Belanda & dimasukan ke New BW sebagai salah satu alasan
dapat dibatalkannya perjanjian, yaitu di Pasal 3.2.10 ayat (1)
NBW.
46
47

Hal-Hal Yang Perlu


Diperhatikan
48
Para Pihak Tidak Hanya Terikat Pada
Kata-Kata Dalam Kontrak
 “Suatu perjanjian tidak hanya
mengikat untuk hal-hal yang dengan
tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi
juga untuk segala sesuatu yang
menurut sifat perjanjian, diharuskan
oleh kepatutan, kebiasaan, atau
undang-undang.” (Pasal 1339
KUHPerdata)
Apakah Kontrak Tanpa Materai
Mengikat?
 Materai bukanlah syarat sahnya
kontrak
 Materai digunakan sebagai cara
pelunasan pengenaan pajak atas
dokumen sebagaimana diatur dalam
UU No 13 Tahun 1985 tentang Bea
Materai dan PP No 7 Tahun 1995
sebagaimana diubah dalam PP No 24
Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif
Bea Materai dan Besarnya Batas
Pengenaan Harga Nominal yang
Dikenakan Bea Materai
51
wanprestasi
Pengertian Wanprestasi
Syarat Wanprestasi
Peringatan / Teguran
 Sejak Kapan Debitor
Wanprestasi?
Keadaan Tanpa Perlu Adanya
Teguran
Pembelaan Debitor Atas
Tuduhan Wanprestasi
Hak Kreditor Atas Wanprestasi
Debitor
1. Meminta pemenuhan prestasi
2. Meminta pemenuhan prestasi disertai ganti
rugi
3. Membatalkan perjanjian
4. Membatalkan perjanjian disertai
permintaan ganti rugi
 Suatu keadaan D tidak dapat berprestasi bukan karena kesalahannya
(D):

- karena terjadi peristiwa yg menghalangi D

untuk berprestasi;

- peristiwa tsb tidak dapat diketahui/diduga

akan terjadi pada waktu membuat perjanjian.


 Sifat Overmacht:

- Objektif/Absolut → ada ketidakmungkinan

- Subjektif/Relatif → ada kesulitan

61
 Overmacht → Risiko (beban menanggung kerugian)

Risiko: kewajiban untuk memikul jika terjadi suatu peristiwa diluar kesalahan salah
satu pihak yg

menimpa objek perjanjian.

 Hanya diatur secara khusus pd perjanjian2 tertentu:

- Psl.1237 → perj sepihak – hibah : Risiko pd K;

- Psl.1460 → perj jual beli: R pd kedua belah pihak

(SEMA No. 3 th 1963);

- Psl.1545 → perj tukar menukar: R pd pemilik;

- Psl.1553 → perj sewa menyewa: R pd pemilik.


62

Anda mungkin juga menyukai