Anda di halaman 1dari 34

Akuntansi Keuangan Lanjutan

Persekutuan:
Pembentukan dan
Pembagian Laba Rugi

╸ Oleh: Sarita Vania Clarissa, S.E.,M.Si


Pengertian
Persekutuan (Partnership) adalah suatu
penggabungan diantara dua orang (badan)
atau lebih untuk memiliki bersama-sama
dan menjalankan suatu perusahaan guna
mendapatkan keuntungan atau laba.
Karakteristik
persekutuan

╸ Bersama-sama (Mutual Agency)


╸ Jangka waktu terbatas (Limited Life)
╸ Tanggung jawab tidak terbatas (Unlimited Liability)
╸ Memiliki suatu bagian / hak di dalam persekutuan
╸ Pengambilan bagian keuntungan persekutuan
Macam-macam Bentuk
Persekutuan
(Partnership)
A.Menurut Jenisnya
╸ Persekutuan Perdagangan (Trading
Partnership)
╸ Persekutuan Jasa-jasa (Non Trading
Partnership)
B.Menurut Sifatnya
╸ Persekutuan Umum (General Partnership)
╸ Persekutuan Terbatas (Limited Partnership)
╸ Joint Stock Companies
Isi Perjanjian
Persekutuan

╸ Besarnya investasi dari masing-masing anggota


╸ Hak dan kewajiban anggota
╸ Buku-buku catatan dan laporan-laporan keuangan
╸ Pembagian keuntungan
╸ Asuransi jiwa,kematian salah satu anggota
╸ Hal-hal khusus yang menyangkut masalah pembebanan
dan penerimaan imbalan jasa tertentu diantara para
anggota,penarikan kembali modal yang disetor
╸ Penyelesaian apabila ada perselisihan diantara anggota
dan lain-lain
Akuntansi terhadap
penyertaan modal
dalam persekutuan

╸ Pengukuran milik atau penyertaan hak masing-


masing anggota dalam perusahaan
╸ Pencatatan pembukuan
╸ Perubahan atau penilaian terttentu terhadap
posisi aktiva,hutang dan modal dari masing-
masing perusahaan yang akan digabungkan
 Tuan D dan Tuan E masing-masing bersepakat
untuk membentuk sebuah persekutuan.Tuan D
telah memiliki sebuah perusahaan yang sudah
berjalan,Tuan E bermaksud menanamkan
modalnya dalam persekutuan sebanyak
Rp.100.000,-.
Tuan D dan E bersepakat bahwa dalam
pembentukan persekutuan ini,tuan D meminta
beberapa syarat untuk merubah posisi keuangan
yang dilaporkan pada Neraca per 31 Desember
1979,sebagai berikut :
a. Uang kas yang ada diambil seluruhnya oleh tuan D
b. Piutang Dagang
Piutang sebesar Rp.4.000,- dianggap tidak tertagih dan
harus dihapus.Cadangan kerugian piutang ditetapkan 4% dari
saldo piutang yang baru.
c. Persediaan barang dagangan
Barang-barang yang telah dinilai atas dasar”Harga
Pokok”yang dihitung dengan metode LIFO dinilai kembali
berdasar harga pasar sehingga nilainya menjadi Rp.106.400,-
d.Meubel dan alat-alat kantor
Nilai pengganti sebesar Rp.60.000,- terhadap aktiva ini
telah disusut sebesar 50%,dan dicatat berdasar nilai sehat
sebesar Rp.30.000,-
e.Goodwill
Kepada tuan D diberikan goodwill atas reputasi
perusahaannya yang dinilai sebesar Rp.40.000,-
Adapun neraca perusahaan tuan D sebelum bergabung
adalah sbb :
Prosedur pembukuan dalam persekutuan D & E yang baru
dibentuk dapat dipakai salah satu dari kedua cara berikut
ini :
1.Persekutuan yang baru dibentuk melanjutkan buku-
buku perusahaan terdahulu(Tuan D)
a. Mencatat penilaian kembali berbagai macam aktiva
perusahaan Tn.
Cadangan kerugian piutang Rp. 1.760,-
Persediaan barang dagangan Rp.20.800,-
Akumulasi penyusutan meubel dan
alat-alat kantor Rp.22.400,-
Goodwill Rp.40.000,-
Piutang dagang Rp. 4.000,-
Meubel dan alat2 kantor Rp.18.000,-
Modal Tuan D Rp.62.960,-
b.Mencatat setoran modal tuan E
Kas Rp.100.000,-
Modal tuan E Rp.100.000,-
c.Mencatat pengambilan uang kas oleh tuan D
Modal Tuan D Rp.64.800,-
Kas Rp.64.800,-
2. Persekutuan yang baru dibentuk membuka buku baru tersendiri
a. Mencatat kekayaan bersih perussahaan Tn. D sebagai setoran
modal
Piutang dagang Rp 76.000,00
Persediaan barang dagangan Rp 106.000,00
Supplies kantor Rp 6.400,00
Meubel & alat-alat kantor Rp 30.000,00
Goodwill Rp 40.000,00
Cadangan kerugian piutang Rp 3.040,00
Hutang dagang Rp 96.000,00
Modal, Tuan D Rp 159.760,00
b. Mencatat setoran modal Tn. E
Kas Rp.100.000,-
Modal tuan E Rp.100.000,-
Para angota persekutuan dapat membuat persetujuan pembagian laba (rugi) yang
dianggap sesuai dengan kontribusi masing-masing anggota di dalam persekutuan. Terdapat
berbagai cara yang dapat dipakai sebagai dasar pembagian laba (rugi) di dalam
persekutuan. Dasar pembagian laba (rugi) yang dipilih harus dinyatakan di dalam
perjanjian persekutuan. Adapun berbagai cara pembagian laba (rugi) yang akan
dikemukakan disini adalah:

1.Dibagisama.
2.Dengan perbandingan atas dasar perjanjian.
3.Dengan perbandingan penyertaan modal.
4.Mula-mula ditentukan bunga modal dari masing-masing anggota, selebihnya dibagi atas
dasar perjanjian.
5.Mula-mula diberikan gaji sebagai pemilik dan bonus kepada anggota yang aktif bekerja,
sisanya dibagi atas dasar perjanjian.
6.Mula-mula diterapkan bunga untuk modal dari anggota, kemudian gaji sebagai pemilik
dan bonus untuk anggota-anggota yang dianggap berjasa dan sisanya dibagi atas dasar
perjanjian bersama.
Contoh :
Tuan F, G dan H telah mendirikan sebuah persekutuan dan
pada tahun 1980 mendapatkan keuntungan sebesar Rp
150.000,00. Pada akhir tahun1980, diketahui posisi rekening
pribadi (prive/personal/current account) dan rekening “modal”
masing-masing anggota adalah sebagai berikut :
•Apabila disetujui laba (rugi) yang diperoleh dibagi sama :
Rugi & Laba Rp 150.000,00
Pribadi, F Rp 50.000,00
Pribadi, G Rp 50.000,00
Pribadi, H Rp 50.000,00
Apabila pembagian laba/rugi dengan
perbandingan Tuan F : G : H = 3 : 5 :7
 
Rugi & Laba Rp 150.000,00
Pribadi, F Rp 30.000,00
Pribadi, G Rp 50.000,00
Pribadi, H Rp 70.000,00
 
Perhitungan:
Bagian laba Tuan F = 3/15 x 150.000 = Rp 30.000,00
Bagian laba Tuan G = 5/15 x 150.00 = Rp 50.000,00
Bagian laba Tuan H = 7/15 x 150.000 = Rp 70.000,00
Total Rp 150.000,00
•Apabila pembagian laba (rugi) sesuai perbandingan penyertaan
modal dari masing-masing anggota
Dalam hal ini ada 3 kemungkinan yang bias ditempuh, yaitu :
•Sesuai dengan perbandingan modal awal.
Rugi & Laba Rp 150.000,00
Pribadi, F Rp 37.500,00
Pribadi, G Rp 50.000,00
Pribadi, H Rp 62.500,00
•Sesuai dengan perbandingan modal akhir.
Rugi & Laba Rp 150.000,00
Pribadi, F Rp 40.000,00
Pribadi, G Rp 50.000,00
Pribadi, H Rp 60.000,00

•Sesuai dengan perbandingan modal rata-rata tahunan


Rugi & Laba Rp 150.000,00
Pribadi, F Rp 33.750,00
Pribadi, G Rp 41.250,00
Pribadi, H Rp 75.000,00
Masalah Gaji
Pemilik, dan Bunga
Modal.

Di dalam akuntansi gaji pemilik dan bunga modal (sendiri)


tidak diakui sebagai biaya (usaha) bagi perusahaan, karena
pada umumnya ditentukan sepihak (oleh pemilik sendiri) dan
bukan atas transaksi yang obyektif. Namun jika dapat
diidentifikasikan dengan jasa dan bunga modal maka harus
diperlukan sebagai biaya yang sebenarnya.
Bagi manajemen lebih bermanfaat untuk
memperlakukan gaji pemilik dan bunga modal (sendiri) sama
halnya dengan biaya usaha. Untuk itu informasi laba (rugi)
periodiknya lebih menggambarkan kemampuan perusahaan
memperoleh laba yang sebenarnya.
Contoh:
A dan B adalah anggota-anggota persekutuan yang membagi laba
(rugi) dengan perbandingan yang sama. Kepada mereka sebagai
pemilik diberi gaji masing-masing sebesar Rp. 75.000,00 per bulan
untuk A dan Rp. 100.000,00 per bulan untuk B. menurut Laporan
Perhitungan Rugi-laba dalm periode tahun buku 1980, perusahaan
memperoleh laba sebesar Rp. 2.500.000,00.
Apabila gaji yang diberikan kepada A dan B diperlakukan sebagai
faktor pembagian laba, maka laba sebesar Rp. 2.500.000,00 menurut
laporan Perhitungan Rugi-Laba tersebut, akan mamberikan hak atas
laba kepada masing-masing anggota sebagai berikut :
Akan tetapi apabila gaji yang dibayarkan kepada A
dan B diperlakukan sebagai biaya usaha, maka
pembagian laba sebesar Rp. 2.500.000 akan
memberikan hak atas laba kepada masing-masing
anggota sebesar Rp. 1.250.000
Dengan demikian jerlas B akan memilih untuk
memperlakukan gaji yang telah diterimanya itu
sebagai pembagian laba. Sedang bagi A lebih
untung apabila gaji pemilik diperlakukan sabagai
biaya usaha bagi perusahaan.
Gaji Pemilik dan atau Bunga Modal di atas jumlah laba bersih
Contohnya :
A dan B adalah anggota persekutuan mempunyai saldo modal masing-masing

sebesar Rp. 100.000,00 untuk A. dan Rp. 200.000,00 untuk B. pembagian


laba diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
Mula –mula di perhitungkan bunga modal sebesar 6% per tahun, sedang di
bagi dengan perbandingan yang sama.
Apabila dalam tahun 1980, perusahaan memperoleh laba sebesar Rp.
50.000,00 maka pembagian laba tersebut adalah :
Apabila laba dalam tahun 1980 sebesar Rp. 10.000 atau
Rp. 8.000 (lebih kecil dari bunga modal) maka
pembagian laba tersebut adalah :

Apabila perusahaan rugi sebesar Rp. 4.000,00 dalam


tahun 1980, maka bunga modal harus diperhitungkan
terlebih dahulu sehingga diperoleh pembagian laba
sebagai berikut :
Karena perusahaan mengalami kerugian dan barang tidak
membagikan laba kepada anggotanya, kecuali untuk bunga modal
yang telah dibayarkan. Perhitungan pembagian laba(rugi) dalam
tahun yang bersangkutan di bebankan langsung kepada saldo modal
masing-masing anggota. Meskipun B masih berhak menerima
pembagian laba Rp. 1.000 menurut perhitungan pembagian laba
(rugi), tetapi tidak mungkin ia menagihnya kepada A. penurunan
perhitungan kekayaan bersih persekutuan sebesar Rp. 22.000 (rugi
usaha Rp. 4.000 di tambah bunga modal Rp. 18.000 akan diikuti
dengan berkurangnya saldo modal masing-masing anggota sebesar
Rp. 11.000 seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Dengan demikian ada sebagian modal A sebesar Rp.
1.000 (yaitu selisih lebih rugi usaha dengan jumlah
kerugian yang ditanggung oleh A = Rp. 4.000 – Rp.
5.000 ) terserap dan berpindah menjadi haknya B
sebagai partnernya. Hal ini juga terbukti dari jumlah
uang yang telah diterima B sebesar Rp. 12.000 dari
perusahaan, akan tatapi saldo modalnya hanya
berkurang sebesar Rp. 11.000 dalam tahun buku 1980
Untuk menghindari keadaan sperti itu, maka biasanya di dalam
perjanjian pembagian laba ditegaskan adanay pembatasan terhadap
jumlah minimum laba yang di dapat. Berdasarkan ketentuan jumlah
minimum laba tersebut biasanya di tentukan jumlah gaji pemilik dan
bunga modal yang diperhitungkan sebagai faktor pembagian laba.
Apabila diadakan batasan, berarti laba di bawah jumlah minimum yang
ditetapkan atau jumlah kerugian harus dibagi berdasar ketentuan lain
yang di tetapkan dalam perjanjian.
Misalnya dalam perjanjian pembagian laba(rugi) persekutuan A&B
pada contoh di atas ditambah ketentuan sbb :

•>laba di bawah jumlah bunga modal yang diperhitungkan dibagi


sesuai
dengan perbandingan modal, sedang kerugian yang dibagi dengan
perbandingan yang sama.
•>Kerugian yang diderita Rp. 4.000,00 dalam tahun 1980. dibagi rata
jadi Rp. 2.000.
•>Penurunan kekayaan sebesar Rp. 22.000 diikuti berkurangnya saldo
masing-masing anggota.
Koreksi atas L / R tahun-tahun yang lalu
Di dalam persekutuan, masalah yang dihadapi dalam koreksi
laba (rugi) ialah pengaruhnya terhadap hak pemilikan dan bagian
atas laba (rugi) kepada masing-masing pribadi anggota (pemilik).
Hal ini menyangkut masalah koreksi dan penyesuaian terhadap
alokasi laba (rugi) kepada msing-masing anggota pemilik.
Pada umumnya tiga alternatif berikut ini dapat dipakai untuk
menyelesaikan penyesuaian alokasi atas laba (rugi) tahun-thaun yang
lalu :

1. Jumlah koreksi laba (rugi) yang relatif kecil, cukup ditutup atau
dibebebankan kepada laba (rugi) tahun yang berjalan, asal tidak
mempengaruhi secara material terhadap hak-hak pemilikan (saldo
modal) dari masing-masing anggota pemilik.

2. Apabila jumlah koreksi cukup besar,dan sulit diidentifikasikan,dapat


dibebankan kepada laba (rugi) tahun yang berjalan atau dialokasikan
sebagian kepada laba (rugi) tahun-tahun yang lalu sesuai dengan
kehendak para anggota pemilik.

3. Apabila koreksi laba (rugi) cukup besar,dan dapat


diidentifikasikan.Misalnya ada kesalahan perhitungan beban
penyusutan aktiva tetap, maka perhitungan dan alokasi kembali laba
(rugi) kepada masing-masing pemilik harus dilakukan.
•Neraca
Sebagian besar ketentuan di dalam penyusunan neraca
pesekutuan tidak berbeda dengan neraca perusahaan pada umumnya.
Kecuali penyajian pada sisi passive di dalam neraca persekutuan
menggunakan dasar “konsep pemilik (proprietary concept)”, dengan
menonjolkan hak pemilikan tiap-tiap anggota melalui rekening modalnya
secara terpisah.

Perubahan Ratio Pembagian Laba (rugi)


Apabila para anggota pemilik bersepakat untuk mengadakan perubahan
ketentuan pembagian laba (rugi) perusahaan, maka terlebih dahulu harus
diadakan penilaian kembali terhadap aktiva perusahaan sebelum
ketentuan yang baru mulai berlaku. Hal ini dianggap penting agar
perimbangan hak-hak pemlikan setelah berlakunya ketentuan yang baru
tetap dapat dipertahankan. Peubahan ketentuan pembagian laba (rugi)
tanpa diikuti penilaian kembali aktiva, kemungkinan akan mengakibatkan
keuntungan pada sebagian pemilik dan kerugian bagi sebagian pemilik
lainya dari posisi aktiva sebelum ketentuan baru itu mulai berlaku.
Dengan kata lain perubahan ketentuan pembagian laba, kemungkinan
berlaku surut

Anda mungkin juga menyukai