Scholten:
HTN adalah hukum yang mengatur organisasi daripada negara.
1. Ditinjau dari tradisi hukum yang berlaku, sistem hukum Indonesia termasuk pada tradisi
hukum kontinental. Tradisi hukum ini lebih mengutamakan peraturan perundang-undangan
(peraturan tertulis) sebagai dasar sistem hukumnya.
2. Pada saat ini, ada kecenderungan yang umum (baik pada tradisi hukum Kontinental
maupun Anglo Saxon) makin pentingnya peranan peraturan perundang-undangan.
3. Keadaan-keadaan khusus, seperti:
a. Keanekaragaman hukum yang berlaku (pluralistik). Khusus dalam hukum keperdataan,
masih terdapat keanekaragaman hukum.
b. Berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku dibuat pada masa pemerintahan
Hindia Belanda (BW, WvK, WvS, dsb)
c. Politik hukum nasional menghendaki hukum berperan sebagai sarana pembaharuan,
menunjang pembangunan dan pemersatu bangsa.
Asas-asas Dalam HTN Indonesia
Pengertian Konstitusi
Menurut C.F. Strong:
“Constitution is a collection of principles according to which the power of the government,
the rights of the governed, and the relations between the two are adjusted” (Konstitusi adalah
suatu kumpulan asas-asas yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan, hak-hak dari
yang diperintah, dan hubungan antara pemerintah dan yang diperintah).
KONSTITUSI
Pengertian Konstitusi
Menurut C.F. Strong:
“Constitution is a collection of principles according to which the power of the government,
the rights of the governed, and the relations between the two are adjusted” (Konstitusi
adalah suatu kumpulan asas-asas yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan, hak-hak
dari yang diperintah, dan hubungan antara pemerintah dan yang diperintah).
Hakikat Konstitusi
Menurut Bagir Manan,
hakikat konstitusi tidak lain dari perwujudan paham tentang konstitusi atau
konstitusionalisme yaitu: pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak dan
jaminan terhadap hak-hak warganegara maupun setiap penduduk di pihak lain. Hak-hak ini
mencakup hak-hak dasar seperti hak untuk hidup, mempunyai milik, kesejahteraan (health)
dan kebebasan.
1. Parlementer
Dalam sistem parlementer murni, ada kekuasaan eksekutif dan legislatif.
Eksekutif bertanggung jawab kepada legislatif atau parlemen dan parlemen
inilah yang membentuk eksekutif.
Anggota legislatif atau parlemen dipilih oleh rakyat melalui pemilihan
umum.
Jadi, ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer sebagai berikut:
o Kabinet dibentuk berdasarkan kekuatan yang menguasai parlemen dipilih
oleh Perdana Menteri.
o Anggota kabinet mungkin seluruhnya atau sebagian adalah anggota
parlemen.
o Perdana Menteri bersama kabinet bertanggung jawab kepada parlemen.
o Kepala negara dengan saran Perdana Menteri dapat membubarkan
Parlemen.
Macam-macam Sistem Pemerintahan
2. Presidensial
Dalam sistem pemerintahan presidensial murni, eksekutif (presiden) tidak
bertanggung jawab kepada legislatif atau parlemen.
Dengan demikian presiden tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif dan
demikian pula presiden tidak dapat membubarkan parlemen.
Keanggotaan parlemen dipilih oleh rakyat.
Ciri-ciri sistem pemerintahan presidential sebagai berikut:
o Di samping mempunyai kekuasaan “nominal” sebagai Kepala Negara,
Presiden juga sebagai Kepala Pemerintahan.
o Presiden tidak dipilih oleh pemegang kekuasaan legislatif tapi langsung
oleh rakyat.
o Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif.
o Presiden tidak dapat membubarkan pemegang kekuasaan legislatif.
Macam-macam Sistem Pemerintahan
2. Kuasi
Terbagi dua yaitu
o kuasi parlementer dan
o kuasi presidensial
Dalam sistem ini, presiden mempunyai kekuasaan untuk membubarkan legislatif jika
bertentangan dengan konstitusi. Sebaliknya bila presiden melanggar UUD, legislatif pun
dapat menjatuhkan presiden.
Menurut Prof. Padmo Wahyono, sebelum amandemen UUD 1945 sistem pemerintahan negara
Indonesia adalah sistem MPR karena alasan-alasan sebagai berikut.
1) Penyelenggara negara berdasarkan kedaulatan rakyat adalah MPR.
2) Penyelenggara pemerintahan negara adalah kepala negara selaku mandataris MPR.
3) Penyelenggara negara pembentuk peraturan perundangan ialah mandataris MPR bersama-
sama dengan DPR sebagai bagian dari MPR.
4) Penentu terakhir dalam hal pengawasan jalannya pemerintahan ialah MPR.
5) Setelah dilakukan amandemen UUD 1945 maka sistem pemerintahan NKRI sekarang ini
lebih banyak memiliki ciri-ciri sistem pemerintahan presidensil seperti yang telah
dijelaskan di atas.
Perubahan Konstitusi
Arti Amandemen
Dalam bahasa Inggris perkataan to amend berarti mengubah. Dari kata to amend
dapat ditimbulkan istilah amendment yang berarti perubahan atau amandemen.
Dalam bahasa Belanda terdapat istilah wyzigen, veranderen, herzien, yang
merupakan kata kerja.
Dalam kaitannya “mengubah konstitusi (UUD)” ditemukan bagian kalimat yang
menyatakan “to amend the constitution”, sedangkan perubahan undang-undang
dasar adalah “constitutional amendment”.
Yang dimaksud dengan “mengubah UUD” adalah sebagai berikut:
a. menjadikan lain bunyi atau rumusan yang terdapat dalam konstitusi (UUD);
b. menambahkan sesuatu yang tidak (belum) terdapat dalam konstitusi (UUD);
c. yang tercantum dalam konstitusi; karena faktor-faktor tertentu dilaksanakan
berbeda (dengan yang tercantum di dalamnya)
Dengan demikian “mengamandemen UUD,” sama dengan “mengubah UUD.”
Permasalahan yang berkaitan dengan perubahan
Konstitusi
Ada tiga hal yang berkenaan dengan perubahan Konstitusi, yakni:
1) Prosedur dan mekanismenya;
2) Sistem perubahan; dan
3) Substansi yang akan diubah.
Menurut C.F. Strong, prosedur perubahan konstitusi ada empat macam, yakni:
a. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif,
akan tetapi menurut pembatasan-pembatasan tertentu;
b. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui suatu referendum;
c. Perubahan konstitusi yang berlaku dalam negara serikat yang dilakukan oleh
sejumlah negara-negara bagian;
d. Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan
oleh suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan
perubahan.
Permasalahan yang berkaitan dengan perubahan
Konstitusi
Menurut K.C. Wheare, terdapat empat sasaran yang hendak dituju dalam usaha
mempertahankan konstitusi dengan jalan mempersulit perubahannya :
1) Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak.
2) Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya.
3) Untuk negara serikat agar kekuasaan negara serikat dan kekuasaan negara
negara bagian tidak diubah semata-mata oleh perbuatan-perbuatan masing-
masing pihak secara tersebndiri.
4) Agar hak-hak perseorangan atau kelompok minoritas (bahasan, agama atau
kebudayaan) mendapat jaminan.
Menurut George Jellinek, ada dua cara perubahan UUD atau konstitusi yaitu:
1) Verfaasungsanderung, yaitu cara perubahan konstitusi (UUD) yang dilakukan dengan
sengaja menurut cara yang disebutkan dalam UUD itu sendiri.
2) Verfaasungswandlung, yaitu perubahan konstitusi (UUD) yang dilakukan tidak
berdasarkan cara yang terdapat dalam UUD tersebut melainkan melalui cara-cara
istimewa, seperti revolusi, coup d’etat, convention, dan sebagainya.
KONSTITUSI
Arief Hidayat menyatakan bahwa dalam khasanah ketatanegaraan dikenal dua bagian besar
mengenai keberadaan suatu organ/lembaga negara, yaitu:
(1) Organ/lembaga negara yang langsung disebut oleh konstitusi (UN MITTEBARE
ORGAN), dan
(2) Organ/lembaga negara yang tidak langsung disebut oleh konstitusi (MITTEBARE
ORGAN).
Adapun yang menjadi kriteria dua macam organ ini yaitu berkenaan dengan apakah organ itu
pembentukannya langsung disebut secara eksplisit didalam konstitusi atau tidak:
o Untuk organ yang disebut pertama, konstitusi secara tegas menyebutnya, sebagai misal
Undang-Undang Dasar 1945 pasca amandemen menyebut MPR, DPR, DPD, Presiden,
MA, MK, BPK, Kementerian Negara, Bank Sentral, Komisi Yudisial, KPU, Pemda, TNI,
POLRI dan Dewan Pertimbangan Presiden.
o organ yang disebut kedua adalah organ yang pembentukannya dibentuk tergantung pada
organ yang disebut pertama, misalnya Komnas HAM, Komnas Anak, Dewan Pers, Komisi
Penyiaran Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi, dan sebagainya
KELEMBAGAAN NEGARA