Anda di halaman 1dari 34

DESENTRALISASI DAN OTDA

1
POKOK BAHASAN
POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAN
VIII.Dimensi Wilayah & Kerjasama • Pembinaan Wilayah Dalam Otda
Otda • Pengembangan Kerjasama Penyelenggaraan Pemda

IX. Hubungan Dalam Kebijakan Otda • Hubungan Pusat-Daerah


• Hubungan Legislatif-Eksekutif
• Hubungan Penguasa-Rakyat
X. Otonomi Desa • Kebijakan dan Regulasi Pemda
• Pemerintahan Desa dan Otonomi Desa
• Pemberdayaan Pemerintahan dan Masyarakat Desa

• Perencanaan, Penganggaran, dan Pertanggungjawaban Desa

XI. Manajemen Kinerja Otonomi • Pengawasan dan Pengendalian Pemerintah Daerah


Daerah
• Reformasi Pemda: Manajemen Kinerja
• Konsep Pengukuran Kinerja Pemda
XII. Permasalahan Otonomi Daerah • Kasus 1: Perencanaan Pembangunan
• Kasus 2: Kewenangan/ Urusan dan Pelayanan

• Kasus 3: Kelembagaan dan Kepegawaian


• Kasus 4: Keuangan dan Aset
• Kasus 5: Wilayah dan Kerjasama
• Kasus 6: Demokrasi dan Partisipasi
• Kasus 7: Pengawasan dan Pengendalian
Ujian Akhir Semester

2
Wilayah dan Kerjasama
3
Latar Belakang
 Dengan otonomi daerah, semangat
desentralisasi semakin mengemuka
 Sebagian besar urusan pemerintahan dan
pelayanan kepada masyarakat diserahkan
kepada daerah
 Untuk melaksanakannya memerlukan
dukungan pembiayaan

4
Permasalahan Umum Otda
Pembiayaan:
 DAU dan transfer lain dari Pemerintah Pusat
tidak mencukupi.
 Potensi SDA Daerah secara individual kecil.
 PAD Kecil.
 Investasi dari luar (luar negeri dan swasta
domestik) tidak masuk.

5
Basis Kerjasama Daerah
 Geografis antar daerah yang berbatasan,
misalnya kerja sama pengelolaan hutan, kawasan
wisata, pengelolaan air baku.
 Sumber daya alam, potensi atau komoditas
unggulan sejenis
 Kepentingan bersama, misalnya kerja sama
dalam pemetaan komoditas, kerja sama dalam
sistem informasi, kerja sama promosi dan
pemasaran.

6
Tujuan Kerjasama
 Meningkatkan kapasitas masing-masing Daerah
yang bekerjasama melalui sinergi
 Meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan
potensi daerah
 Meningkatkan hubungan baik dan persahabatan
antar daerah.
 Meningkatkan kemampuan pelayanan publik
Daerah masing-masing.
 Membantu Pemerintah Daerah untuk
mempercepat peningkatan kesejahteraan
masyarakatnya.
 Mendorong timbulnya bentuk kerjasama yang
baru pada bidang kegiatan lainnya.
7
Kerjasama Strategis
Tidak
Tidak
Memakai
Memakai fasilitas
fasilitas secara
secara
Ya
Ya bersama
bersama
Tidak
Tidak Membentuk
Membentuk
organisasi Tidak
Tidak Kewenangan
Kewenangan Ya
organisasi dialihkan Ya
pelaksana
pelaksana dialihkan Mendelegasikan
Mendelegasikan
secara kepada
kepada Kab/Kota
Kab/Kota pekerjaan
pekerjaan
secara yang
bersama
bersama yang lain
lain
Tidak
Tidak Membentuk
Membentuk organisasi
organisasi
secara
secara bersama
bersama dalam
dalam
bentuk
bentuk BADAN
BADAN
KERJASAMA
KERJASAMA
Perlu Ya
Ya
Kerjasama
Kerjasama Ya
Ya Perlu
lebih pelaku
pelaku
lebih pelaksana Dewan
Dewan
menguntungkan
menguntungkan pelaksana Tidak
Tidak
independen
independen
Ya
Ya
Ya
Ya Kerjasama
Kerjasama pemerintahan
pemerintahan
Perlu
Perlu status
status
hukum
hukum sbg
sbg
pemegang
pemegang hak hak Ya
Ya Ada
Ada alasan
alasan Tidak
Tidak
Tidak
Tidak dan
dan kewajiban
kewajiban khusus
khusus harus
harus Asosiasi
Asosiasi Lintas
Lintas Wilayah,
Wilayah,
seperti
seperti pemilikan
pemilikan kerjasama
kerjasama Asosiasi
Asosiasi Kerjasama
Kerjasama
kekayaan
kekayaan Regional,
Regional, Forum
Forum Lintas
Lintas
organisasi
organisasi Batas
Batas

Pelaksanaan
Pelaksanaan secara
secara
mandiri
mandiri
8
Konsep Kerjasama Daerah
 Kerjasama Daerah adalah suatu
kesepakatan tertulis yang dibuat oleh
dan antar Pemerintah Daerah yang
melakukan kerjasama dalam bentuk dan
bidang-bidang tertentu dengan
Pemerintah Daerah dan atau Badan Usaha
Swasta/Badan Lain, yang
pelaksanaannya dijamin oleh hukum,
mengikat para pihak dan menimbulkan
akibat hukum.

9
Pola Kerjasama Daerah
 Kerjasama Daerah terdiri atas 3 Pola:
 Kerjasama Antar Daerah: KAD dalam dan
luar Provinsi, dalam bentuk dan bidang
tertentu sesuai dengan kewenangannya.
 Kerjasama Daerah dengan Swasta: KD
dengan Badan Usaha Swasta / Badan Lain
dalam bentuk penyertaan modal daerah dan
atau bentuk dan bidang tertentu lainnya sesuai
dengan kewenangannya.
 Kerjasama Antar Daerah dengan Swasta:
KAD beberapa Daerah dengan Swasta, dalam
bentuk penyertaan modal daerah dan atau
bentuk dan bidang tertentu lainnya yang
sesuai kewenangannya.
10
Permasalahan Kerjasama
 Kurangnya pemahaman stakeholders dan
penentu kebijakan akan arti pentingnya
Kerjasama Antar Daerah.
 Terbatasnya perangkat peraturan dan
kelembagaan untuk terciptanya “link and match”.
 Belum siapnya kerangka kerja kerjasama
daerah dalam bentuk master plan (rencana
induk) dan data base kerjasama antar daerah.
 Kebutuhan untuk investasi Kerjasama Antar
Daerah relatif besar. Misal: lahan, fasum dan
fasos, pemeliharaan, dll

11
Format Kerjasama
 Kerjasama Dalam Negeri:
 Pemda-Pemda
 Pemda-Swasta/badan Lain
 Beberapa Pemda-Swasta

 Kerjasama Luar Negeri:


 Pemda-Pemda LN
 Pemda-Swasta Internasional
 Pemda-NGO
 Pemda-Lainnya (Donor)

12
Kerja Sama Daerah
 Kerja sama daerah adalah kesepakatan
antara gubernur dengan gubernur atau
gubernur dengan bupati/wali kota atau
antara bupati/wali kota dengan bupati/wali
kota yang lain, dan atau gubernur,
bupati/wali kota dengan pihak ketiga, yang
dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak
dan kewajiban.

13
Pihak Ketiga dan Badan Kerjasama

 Pihak ketiga adalah Departemen/Lembaga


Pemerintah Non Departemen atau sebutan lain,
perusahaan swasta yang berbadan hukum, Badan
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
Koperasi, Yayasan, dan lembaga di dalam negeri
lainnya yang berbadan hukum.
 Badan kerja sama adalah suatu forum untuk
melaksanakan kerja sama yang keanggotaannya
merupakan wakil yang ditunjuk dari daerah yang
melakukan kerja sama.

14
Prinsip Kerjasama
7. Mengutamakan
1. Efisiensi kepentingan nasional dan
2. keutuhan
Efektivitaswilayah NKRI
8.
3. Persamaan
Sinergi kedudukan
9.
4. Transparansi
Saling menguntungkan
10.Keadilan
5. Kesepakatan bersama
11.Kepastian
6. Itikad baikhukum

15
Objek Subjek Kerja Sama
Subjek Objek
 Gubernur Seluruh urusan
 Bupati pemerintahan yang telah
 Walikota menjadi kewenangan
daerah otonom dan
 Pihak Ketiga
dapat berupa penyediaan
pelayanan publik

16
Objek Internal
 Kelompok objek sarana
sosial budaya,
dan prasarana,
berupa: berupa:
terminal;
pendidikan;
 instalasi
kesehatan;pengelolaan air limbah (IPAL);
 tempat
kependudukan;
pembuangan
dan akhir (TPA) sampah;
 jaringan
kebudayaan.
jalan;
 Kelompok objekumum;
 transportasi sosial ekonomi, berupa:
 pelayanan
perdagangan;persampahan;
 jaringan air hujan;
kepariwisataan; dan
 pelayanan air bersih; dan
perindustrian.
 pemakaman umum.
 Kelompok objek tata ruang dan lingkungan hidup, berupa:
 penataan ruang; dan
 pelestarian lingkungan hidup.

17
Objek Lintas
 Kelompok objek kerja sama jaringan lintas
perkotaan meliputi:
 kerja sama kota kembar (sister city), yaitu
kerja sama antar kawasan perkotaan yang
memiliki karakteristik sama;
 kerja sama alih pengetahuan dan pengalaman
(city sharing), yaitu kerja sama alih
pengetahuan dan pengalaman antar daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota di bidang perkotaan,
berdasarkan suatu inovasi daerah yang
dianggap berhasil (best practices).
18
Bentuk Kerja Sama
 Kerja sama daerah dituangkan dalam
bentuk perjanjian kerja sama.
 Perjanjian kerja sama daerah dengan pihak
ketiga wajib memperhatikan prinsip kerja
sama dan objek kerja sama.

19
Tata Cara Kerjasama
 Penawaran rencana kerjasama.
 Pembuatan kesepakatan bersama.
 Penyiapan rancangan perjanjian kerja
sama, minimal memuat: (a) subjek, (b)
objek, (c) ruang lingkup, (d) hak dan
kewajiban para pihak, (e) jangka waktu, (f)
pengakhiran kerja sama, (g) keadaan
memaksa, dan (h) penyelesaian
perselisihan.
20
Tata Cara Kerjasama
 Kepala daerah  penyiapan rancangan
kerja sama  melibatkan SKPD terkait 
meminta pendapat dan saran Pakar, SKPD
Provinsi terkait, Menteri terkait.
 Kepala daerah  menerbitkan Surat Kuasa
penyelesaian rancangan bentuk kerja sama.
 Pelaksanaan perjanjian kerja sama dapat
dilakukan oleh SKPD.

21
Persetujuan DPRD
 Rencana kerja sama daerah yang membebani daerah
dan masyarakat, dan belum teranggarkan dalam
APBD tahun anggaran berjalan dan/atau menggunakan
dan/atau memanfaatkan aset daerah.
 Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan surat dengan
melampirkan rancangan perjanjian kerja sama Kepala
Daerah kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dengan memberikan penjelasan mengenai: (a) tujuan, (b)
objek; (c) hak dan kewajiban: (1) besarnya kontribusi
APBD, (2) keuntungan yang diperoleh berupa barang,
uang, atau jasa; (d) jangka waktu; dan (e) besarnya
pembebanan yang dibebankan kepada masyarakat dan
jenis pembebanannya.

22
Persetujuan DPRD
 Penilaian rancangan perjanjian kerja sama oleh
DPRD paling lama 45 hari kerja sejak diterima
untuk memperoleh persetujuan.
 Apabila rancangan perjanjian kerja sama dinilai DPRD
kurang memenuhi prinsip kerja sama, paling lama 15
hari kerja sejak diterima sudah menyampaikan
pendapat dan sarannya kepada kepala daerah.
 Kepala daerah dalam waktu paling lama 14 hari kerja
telah menyempurnakan rancangan perjanjian kerja
sama dan menyampaikan kembali kepada DPRD.
 Apabila dalam waktu paling lama 15 hari kerja DPRD
belum memberikan persetujuan, dinyatakan setuju.

23
Hasil Kerja Sama
 Hasil kerja sama daerah dapat berupa
uang, surat berharga dan aset, atau
nonmaterial berupa keuntungan.
 Hasil kerja sama daerah menjadi hak
daerah yang berupa uang harus disetor
ke kas daerah, yang berupa barang
harus dicatat sebagai aset pada
pemerintah daerah.

24
Perselisihan Kerja Sama
 Kerja sama antardaerah dlm 1 provinsi. Cara
penyelesaian: (a) musyawarah, (b) Keputusan
Gubernur.
 Kerja sama daerah provinsi dg provinsi lain
atau antara provinsi dg kabupaten/kota dlm
1 provinsi atau antara daerah
kabupaten/kota dg daerah kabupaten atau
daerah kota dari provinsi yg berbeda. Cara
penyelesaian: (a) musyawarah, (b) Keputusan
Menteri.
 Kerja sama daerah dg pihak ketiga. Cara
penyelesaian: sesuai perjanjian, atau diselesaikan
sesuai dg peraturan perundang-undangan.
25
Berakhirnya Kerja Sama
 Kerja sama daerah berakhir apabila:
 terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang ditetapkan
dalam perjanjian;
 tujuan perjanjian tersebut telah tercapai;
 terdapat perubahan mendasar yang mengakibatkan perjanjian kerja
sama tidak dapat dilaksanakan;
 salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan
perjanjian;
 dibuat perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama;
 muncul norma baru dalam peraturan perundang-undangan;
 objek perjanjian hilang;
 terdapat hal-hal yang merugikan kepentingan nasional; atau
 berakhirnya masa perjanjian.

26
Berakhirnya Kerja Sama
 Kerja sama daerah dapat berakhir sebelum waktunya berdasarkan
permintaan salah satu pihak dengan ketentuan:
 menyampaikan secara tertulis inisiatif pengakhiran kerja sama kepada
pihak lain.
 pihak yang mempunyai inisiatif menanggung resiko baik finansial maupun
resiko lainnya yang ditimbulkan sebagai akibat pengakhiran kerja sama.
 Pengakhiran kerja sama ini tidak akan mempengaruhi
penyelesaian objek kerja sama, sampai terselesaikannya objek
kerja sama tersebut.
 Kerja sama daerah tidak berakhir karena pergantian
pemerintahan di daerah.
 Menteri/Lembaga Pemerintah Non Departemen, kepala daerah dan
Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang melakukan kerja
sama bertanggungjawab:
 menyimpan dan memelihara naskah asli kerja sama daerah; dan
 menyusun daftar naskah resmi dan menerbitkan himpunan kerja sama
daerah.

27
Pembinaan dan Pengawasan
 Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan
umum atas kerja sama antardaerah provinsi atau
antarkabupaten/kota dari lain provinsi.
 Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen terkait melakukan pembinaan dan
pengawasan teknis atas kerja sama antardaerah
provinsi atau antarkabupaten/kota dari lain
provinsi.
 Ruang lingkup pembinaan dan pengawasan:
penjajakan, negosiasi, penandatanganan,
pelaksanaan sampai pengakhiran kerja sama.

28
Badan Kerja Sama
 Dalam rangka membantu KDH melakukan kerja sama dg
daerah lain yg dilakukan secara kontinyu atau minimal 5
th, KDH dapat membentuk badan kerja sama.
 Badan kerja sama bukan perangkat daerah,
ditetapkan dg keputusan bersama KDH.
 Badan kerja sama mempunyai tugas:
 membantu melakukan pengelolaan, monitoring dan
evaluasi atas pelaksanaan kerja sama;
 memberikan masukan dan saran kepada kepala
daerah masing-masing mengenai langkah-langkah
yang harus dilakukan apabila ada permasalahan; dan
 melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala daerah
masing-masing.
 Biaya badan kerja sama mjd tanggung jawab bersama
KDH bekerjasama.
29
Faktor Pendukung dan
Penghambat Kerjasama Regional
No Pelaku Pendukung Penghambat
1. Pemerintah 1. UU No 32/2004 tentang Permendagri no 13 Th 2006
Pusat Pemerintah Daerah tentang Pedoman
2. Surat Edaran No Pengelolaan Keuangan
120/1730/SJ tgl 13 Daerah (direvisi dengan
Juli/2005 Permendagri no 59 TH
3. PP RI No 50/2007 ttg 2007) memberikan dampak
Tata Cara Pelaksanaan psikis berupa ketakutan dan
Kerja sama antar Daerah keraguan daerah dalam
4. Permendagri No 69 merintis kerjasama antar
/2007ttg Kerjasama daerah.
Pembangunan Perkotaan
5. Permendagri no 22 th
2009
6. Permendagri

30
Faktor Pendukung dan Penghambat
Kerjasama Regional
No Pelaku Pendukung Penghambat
2. Pemerintah Inisiasi Program melalui Belum adanya payung
Provinsi Bakorlin hukum dan panduan
operasional kerjasama antar
daerah.
------- ----------------- --------------------------------- -----------------------------------
3. Lembaga 1. Bantuan Teknis Terbatasnya kesinambungan
Pendamping : 2. Konsep Manajemen prndanaan
Perguruan Regional
Tinggi, LSM, 3. Fasilitasi (mediasi, dana,
GTZ (Jerman) penyusunan program
------- ----------------- ----------------------------------- -----------------------------------
4. Pemerintah 4. Kebutuhan Kerjasama Adanya Ego Daerah
Kabupaten/ 5. Komitmen
Kota 6. Potensi Daerah
------- --------------- ---------------------------------- -----------------------------------
5. Lembaga 1. Profesionalitas Regional Terbatasnya Jejaring
Pelaksana Manager
31
Kerjasama 2. Konsep Manajemen
Contoh : Kabupaten Grobogan 2015
 Kerjasama antar daerah (KAD) dalam
provinsi : KAD regional 6 wilayah yang
terdiri dari Kabupaten Kendal, Grobogan,
Demak, Semarang, Kota Semarang dan Kota
Salatiga melalui Forum Kedungsepur
 Kerjasama antar daerah di luar  provinsi :
Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE) dan Mediasi Kerjasama Bidang
Ketransmigrasian dengan Pemerintah
Daerah Penerima
32
Contoh : Kabupaten Grobogan …
Realisasi Pelaksanaan Kegiatan :
 Disepakatinya prioritas program kerjasama regional
Kedungsepur, yang meliputi Air Bersih, Sistem
Transportasi, Pariwisata, Infrastruktur dan
Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir
(TPA).
 Perjanjian Kerja Sama dengan Pemerintah
Kabupaten Kayong Utara Provinsi Kalimantan
Barat, tentang penyelenggaraan transmigrasi
umum di lokasi Desa Satai Lestari, UPT Satai
Lestari 3 Kecamatan Pulau Maya.
33
Terima Kasih
34

Anda mungkin juga menyukai