Anda di halaman 1dari 59

KAJIAN HISTORIS TERHADAP

TOKOH-TOKOH PENDIDIK

Nursahid Nurul Kamil


(2013033)
Nur Amanah Santoso
(2012886)
“Study the past if you would define the
future.”

Confucius
PREVIEW
Mengenal tokoh-tokoh pendidikan dunia dari aspek konsep
01.
ontologi, epistemologi, dan aksiologinya

Memahami implikasi konsep pendidikan dari tokoh dunia dan


02. alirannya terhadap sistem dan praktik pendidikan di
Indonesia
Mengenal tokoh-tokoh pendidikan nasional Indonesia dari
03.
aspek konsep ontologi, epistemologi, dan aksiologinya

Memahami implikasi konsep pendidikan dari tokoh


04. pendidik Indonesia terhadap sistem dan praktik
pendidikan dewasa ini
AL GHAZALI
 Nama: Abu Hamid Muhammad
bin Muhammad al Ghazali ath-
Thusi asy-Syafi'i
 Lahir: 1058 di Thus, Iran
 Pendidikan: Pendidikan dasar
gratis pada beberapa guru serta
mengembara ke berbagai daerah
untuk mendalami ilmu dengan
ulama setempat.
 Profesi: Filsuf, teolog muslim,
dan mahaguru Madrasah
Nizhamiyah, Baghdad.
AL
GHAZAL
I
TERHAD
AP
PENDIDI
Berorientasi pada landasan Islam bersumber dari wahyu, akal, dan pendekatan
diri melalui sufinya

Ilmu pengetahuan adalah sarana, upaya, dan perangkat untuk mewujudkan


tujuan hidup (sadar akan diri dan Tuhan)

Pendidikan merupakan menghilangkan akhlak yang buruk dan menanamkan


akhlak yang baik. Hati adalah sentral pendidikan.
“Pemikiran Al-Ghazali tentang pendidikan menekankan
karaktersitik religius moralis dengan tidak mengabaikan
urusan keduniawian karena hal tersebut merupakan alat
untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.”

Fadli, 2017
KONSEP
PENDIDIKAN
MENURUT
AL GHAZALI
 Tujuan pendidikan:
- Tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri
kepada Allah
- Kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan di dunia dan akhirat

 Guru/ulama:
Seseorang yang memberikan hal yang baik, positif, kreatif atau bersifat
membangun kepada manusia tanpa mengharap balasan.

Tugas guru tidak hanya mencerdaskan pikiran, tetapi juga mengarahkan,


membimbing, meningkatkan, dan menyucikan hati untuk mendekatkan diri
kepada Allah.
 Murid:
Seseorang yang mempelajari ilmu pengetahuan untuk meningkatkan
intelektualitas dan moralnya dalam mengembangkan dan membersihkan jiwa
dan mengikuti jalan kebaikan.

Tiga golongan manusia:


a. Kaum awam, yaitu orang yang cara berfikirnya sederhana sekali.
Harus dihadapi dengan sikap memberi nasehat dan petunjuk.
b. Kaum pilihan, yaitu orang yang akalnya tajam dengan cara berfikir
yang mendalam. Harus dihadapi dengan sikap menjelaskan hikmat-
hikmat.
c. Kaum pendebat (ahl al jidal), harus dihadapi dengan sikap
mematahkan argumen-argumen mereka.
 Metode Mengajar

Pendidikan agama:
- Hapalan dan pemahaman
- Keyakinan dan pembenaran
- Penegakan dalil-dalil yang menguatkan akidah (keyakinan pokok)
Pendidikan akhlak:
- Riyadah; melatih peserta didik untuk membiasakan dirinya pada budi pekerti
yang baik melalui pembiasaan.
- Pengalaman /At-tajribah; memperkenalkan kekurangan yang dimiliki
peserta didik secara langsung tanpa melalui teori
(berteman dengan orang yang berbudi pekerti baik, mengambil pelajaran dari
lawan dengan mengetahui kekurangan untuk perbaikan, dan belajar langsung
dari masyarakat secara umum.)
NILAI-NILAI
DALAM KONSEP
PENDIDIKAN
AL GHAZALI
 Ilyas (2007) menyebutkan bahwa masyarakat era globalisasi mengalami
multikrisis yang dimensional, dan krisis nilai-nilai moral adalah krisis yang
dirasakan sangat parah (as cited in Fadli, 2017).

 Konsep pendidikan Imam Al-Ghazali yang menekankan pada pendidikan


agama dan akhlak dapat diimplikasikan pada pendidikan zaman modern dengan
dipadukan bersama teori-teori modern.
IMPLIKASI KONSEP
PENDIDIKAN AL GHAZALI
TERHADAP PENDIDIKAN
INDONESIA
 UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3
“...bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.”

 Penekanan pendidikan karakter pada kurikulum 2013

 Konsep merdeka belajar pada kurikulum terbaru: kemerdekaan guru


mengajar pada level yang tepat untuk siswanya.

 Pendidikan Islam di Indonesia


Pembentukan lembaga formal bernuansa islami seperti Sekolah Islam Terpadu, Sekolah
Tinggi Islam, dan lain-lain. Nilai-nilai islam dipraktikkan secara langsung melalui
kegiatan sekolah.
JOHN DEWEY

 Nama: John Dewey


 Lahir: 1859 di Burlington,
Vermont, Amerika Serikat
 Pendidikan:
University of Vermont
John Hopkins University
 Profesi: Filsuf, psikolog, dan
profesor universitas
 Minat studi: Filosofi Pendidikan,
Epistemologi, Jurnalistik, dan
Ethics (kesusilaan).
JOHN
DEWEY
TERHAD
AP
PENDIDI
KAN
Konsep Filsafat:
 Pragmatisme
 Instrumentalis
 Eksperimentalis

“Pengalaman menjadi unsur tertinggi dalam kehidupan manusia untuk menentukan


kebenaran dan metode digunakan untuk mencapai kebenaran yang terdapat dalam
pengalaman. Pengalaman itu sendiri adalah hal yang tidak mutlak dan dapat
berubah, maka kebenaran pun tidak mutlak dan dapat berubah.” (Maiaweng, n.d)
Pendidikan Masa Kecil
 Pendidikan hanya diberikan kepada anak laki-laki dari keluarga kaya
 Anak duduk diam di kelas dan hanya mendengar pelajaran secara pasif
 Anak hanya menerima pelajaran secara akademik dan tidak diajar untuk
berpikir dan beradaptasi dengan dunia di luar sekolah

Ide-Ide yang Muncul


 Anak adalah pembelajar aktif (active learner)
 Pendidikan difokuskan kepada seluruh aspek kepribadian anak dan memperkuat
kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga mampu
memecahkan masalah secara reflektif
 Semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, dari semua lapisan sosial-
ekonomi serta semua etnis, memiliki hak untuk mendapat pendidikan yang
layak.
Makna Pendidikan
 Pendidikan harus memberikan pengaruh perubahan dan pertumbuhan.
 Pendidikan berorientasi pada penyiapan lingkungan belajar yang memacu
pengalaman untuk bertumbuh.
 Guru membimbing siswa memperluas pengetahuan dan kemampuan berpikir
dalam menjelajah hubungan baru yang dibangun di atas pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya.
 Setiap orang belajar dari pengalaman yang berasal dari aktivitas yang nyata/asli
dari lingkungannya.
KONSEP
PENDIDIKAN
MENURUT
JOHN DEWEY
Tujuan Pendidikan
 Tujuan pendidikan dibentuk berdasarkan pada lingkungan tempat anak didik
hidup dan tempat di mana pendidikan berlangsung.
 Tujuan yang ditetapkan bersifat khusus, tidak berlaku secara universal, dan
temporer, karena tidak ada kebenaran dan nilai yang mutlak dan berlaku secara
universal

Langkah Mencapai Tujuan


 Mengidentifikasi faktor penghalang yang menyebabkan tidak tercapainya
tujuan, dan memperhatikan sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan
 Merumuskan urutan pemanfaatan sarana yang ada
 Mempertimbangkan kegunaan dari semua sarana yang tersedia untuk mencapai
tujuan
Lingkungan Pendidikan
 Masyarakat demokratis tanpa klasifikasi penjenjangan sosial
 Sekolah tempat siswa belajar untuk bertumbuh dari pengalaman sendiri, bukan
aturan dari luar dirinya
 Guru adalah peserta yang turut membimbing siswa, bukan sebagai otoritas
penuh dalam melakukan segala hal

Kurikulum dan Metode


 Kurikulum: sekumpulan pengalaman teruji yang dapat dibentuk dan diubah
sesuai minat dan kebutuhan siswa
 Metode: learning by doing dengan fokus pada keaktifan siswa
NILAI-NILAI
DALAM KONSEP
PENDIDIKAN
JOHN DEWEY
 Menjadikan pendidikan sebagai hak semua anak tanpa mempedulikan status
 Menekankan pendidikan sebagai sarana memanusiakan manusia
 Memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan potensi anak dengan
pembelajaran yang disesuaikan dengan minat dan kebutuhan
 Menghapus doktrin guru sebagai otoritas dengan posisi di atas siswa
 Mendorong siswa untuk aktif berpikir, mengekspresikan diri, dan berdialog,
sebuah nilai yang masih dijunjung dalam pendidikan modern
IMPLIKASI KONSEP
PENDIDIKAN JOHN DEWEY
TERHADAP PENDIDIKAN
INDONESIA
 Konsep active learner di Indonesia: pendidikan partisipatif
 Siswa terlibat secara aktif dalam mengembangkan seluruh potensi diri
 Guru menjadi fasilitator dan memotivasi siswa untuk mengekspresikan
diri dan berdialog
PAULO FREIRE

 Nama: Paulo Reglus Freire


 Lahir: 1921 di Recife,
Pernambuco, Brasil
 Pendidikan:
University of Recife
 Profesi: Filsuf dan pendidik
Brasil
 Minat studi: Pedagogi dan
Filosofi.
PAULO
FREIRE
TERHAD
AP
PENDIDI
KAN
Dehumanisasi Pendidikan
 Banking education: Pendidikan seperti menabung, murid sebagai
celengan dan guru sebagai penabung.
 Guru sebagai yang berpengetahuan, dan murid dianggap tidak
memiliki pengetahuan apa-apa
 Bukan proses komunikasi, tetapi sarana warisan ilmu. Guru
menyampaikan pernyataan-pernyataan yang diterima, dihapal, dan
diulangi oleh murid dengan patuh demi mencapai nilai-nilai
kuantitatif.

Humanisasi Pendidikan
 Konsientisasi: proses penyadaran yang mengarah pada pembebasan
(sadar dan bergerak, refleksi dan aksi).
 Setiap individu mampu melihat realitas/sistem sosial secara kritis.
 Manusia merdeka mampu menjadi subjek, tidak hanya objek yang
hanya menerima perlakuan dari pihak lain.
 Mengutamakan dialog antara pendidik dan siswa (memahami dan
mengenal cara pandang siswa; menggunakan bahasa yang sesuai).
KONSEP
PENDIDIKAN
MENURUT
PAULO FREIRE
Konsep Manusia
 Makhluk unik dengan ciri khas dan dikaruniai kelebihan yang berpotensi
dapat menopang keberlangsungan hidupnya.
 Fitrah manusia: menjadi subjek aktif yang bertindak terhadap dunia dan
mengubahnya.
 Manusia menghadapi dunia secara dinamis (integrasi).

Pendidikan Pembebasan
 Tujuan akhir pendidikan: membebaskan dari realitas penindasan

Konsientisasi
 Pendidikan adalah jembatan menuju kesadaran kritis
Tipologi Kesadaran
 Kesadaran Magis: kesadaran masyarakat yang tidak mampu melihat
kaitan antara satu faktor pendidikan sebagai paradigma pembebasan
lainya
 Kesadaran Naif: kesadaran ini lebih melihat aspek manusia menjadi
akar penyebab masalah yang ada di masyarakat.
 Kesadaran Kritis: kesadaran tertinggi dalam tingkatan konsientisasi
Paulo Freire.
Pendidikan Hadap Masalah
 Manusia sebagai subjek perubahan
 Peserta didik memiliki keleluasaan mencari dan menggali pengetahuan
 Realitas: media pembentuk pengetahuan
 Refleksi-Aksi

Pendidikan Dialogis
 Setiap orang berpengetahuan dan berhak untuk bersuara (demokratis)
 Interaksi dua arah
 Dialog: totalitas dialektis antara refleksi dan aksi (praksis)
 Rasa cinta, rendah hati, keyakinan utuh pada manusia: dialog
NILAI-NILAI
DALAM KONSEP
PENDIDIKAN
PAULO FREIRE
 Muhsien (2011): “Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa maka
hancurkanlah para generasi mudanya, jika ingin menghancurkan
generasi muda maka hancurkan karakter murid dan gurunya, dan untuk
menghancurkan karakter murid dan gurunya maka hancurkanlah sistem
pendidikannya.”
 Konsep pendidikan Paulo Freire (dengan dipadukan teori-teori modern
lainnya) dapat menjadi solusi alternatif dari sistem pendidikan yang
menyamaratakan manusia yang beragam.
 Memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi siswa untuk
menumbuhkan bakat sesuai minat dan keinginan dari diri, bukan dari
pihak eksternal
IMPLIKASI KONSEP
PENDIDIKAN PAULO
FREIRE TERHADAP
PENDIDIKAN INDONESIA
 Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Namun
 Materi masih barang asing, bukan dilahirkan dari konteks manusia
berada
 Relasi guru-siswa adalah pengajar-diajar
 Berfokus pada target kuantitatif yang bisa diukur
 Ajang mencari ijazah demi meningkatkan status sosial

Merdeka Belajar
 Esensi kemerdekaan berpikir harus didahului oleh para guru sebelum
diajarkan pada siswa
 Sistem pengajaran dengan berdiskusi dengan guru, belajar outing class,
sta tak hanya mengandalkan pada sistem ranking
 Membentuk pelajar yang berkompeten, siap kerja, dan berbudi luhur.
Terima kasih
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik
KAJIAN
HISTORIS
Mengenal dengan akrab
tokoh-tokoh pendidikan
nasional Indonesia
Mengenal Tokoh
Pendidikan Nasional Indonesia

01. Ontologi
Membahas tentang
03. Aksiologi
Membahas tentang nilai
hakikat pendidikan dalam dan manfaat yang
pemaham para tokoh diperoleh dari pendidikan
pendidikan nasional itu bagi kehidupan
manusia

02. Epistemologi
membahas secara
04. Implikasi
Implikasi konsep
mendalam Proses atau pendidikan para tokoh
metode dan prosedur tersebut terhadap sistem
dalam memperoleh dan praktek pendidikan
pendidikan yang benar dewasa ini
“Education is the most powerful
weapon which you can use to change
the world .”

—Nelson Mandela
TOKOH PENDIDIKAN NASIONAL

Ki Hajar KH Ahmad KH Hasyim


Dewantara Dahlan Ash’ari
1. Ki Hajar Dewantara
Biografi singkat Ki Hajar Dewantara :
● Nama Lengkap : Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
● Kelahiran : Kamis Legi, 2 Mei 1889 di Yogyakarta
● Meninggal : 26 April 1959, di Yogyakarta (69 Tahun)
● Gelar Pahlawan : 28 Nopember 1959 (SK Presiden RI No. 305 Tahun 1959)
● Pendidikan :
● ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda)
● STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tidak tamat
● Mendapat gelar doktor kehormatan (Dr. HC) dari UGM tahun 1957
● Aktifitas :
● Anggota seksi propaganda Boedi Utomo 1908
● Wartawan harian Sediotomo, Midden Java, Oetoesan Hindia dll 1908-1912
● Pendiri Indische Partij 1912
● Pendiri Perguruan Nasional Taman Siswa 1922
● Anggota BPUPKI-PPKI 1945
● Menteri pengajaran Indonesia (2 September-14 November 1945
Landasan Ontologi
Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara
● Pendidikan sebagai alat perjuangan kebudayaan. Pendidikan adalah
proses mengembangkan potensi cipta, rasa dan karsa anak didik menuju
kehalusan budi, kesehatan jasmani dan keterampilan membina
kehidupan dan penghidupan menuju insan berbudaya dan beradab.

● Ki Hajar Dewantara memaksudkan pendidikan sebagai cara suka cita


menjaga anak didik dengan cara membuka kekuatan anak, baik kekuatan
watak dan fikiran anak didik, maupun badannya dengan dua dasar, yakni
kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan
kekuatan lahir dan batin anak sehingga dapat hidup merdeka serta
kodrat alam sebagai syarat untuk mencapai kemajuan dengan secepat-
cepatnya.
Landasan Epistemologi
Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Menurut Prof Johar (2008) secara praktis proses pendidikan Ki Hajar Dewantara meletakkan
semua unsur pendidikan ke dalam satu kesatuan yang saling melengkapi yang pada
prinsipnya dituangkan oleh Prof Johar ke dalam butir-butir berikut :
● Kedudukan siswa sebagai pelaku belajar.
● Kedudukan materi sebagai obyek belajar.
● Kedudukan siswa terhadap materi pembelajaran adalah terjadinya interaksi.
● Kedudukan guru sebagai fasilitator siswa dan organisator terhadap materi pembelajaran.
● Kedudukan guru selain fasilitator adalah sebagai orang yang melakukan monitoring dan
evaluasi.

Secara epistemologis, proses pembudayaan melalui pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara


bahwa proses anak atau siswa dalam belajar adalah dengan cara membawa natur anak ke
arah kultur. Perlakuan yang seharusnya diterima anak (1) Tut Wuri Handayani dan (2) dengan
tetap menjaga kemerdekaan anak, sehingga terjadi perubahan dari sifat-sifat alamiahnya
(natur) menjadi manusia berperadaban (kultur) yang selanjutnya dapat hidup dalam
komunitasnya.
Landasan Aksiologis
Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara
● Manfaat pendidikan dalam strategi budaya oleh Ki Hajar Dewantara diungkapkan ke dalam
slogan-slogan sebagai berikut :Tetep, mantep dan antep, yakni konsisten, konsekuen dan
concern di dalam menyikapi dan mengatasi masalah.
● Ngandel, bandel dan kandel yakni menggambarkan sikap dan cara seseorang dalam menghadapi
segala kerja memecahkan masalah.
● Neng,ning,nung dan nang. Yang menggambarkan kondisi psikologis berupa kejernihan hati, akal
pikiran, emosi dan sikap respek didalam menyelesaikan segala masalah.
● Ngerti, ngroso dan ngelakoni, bahwa pendidikan akan membuat manusia memahami suatu
permasalahan atau pengetahuan, kemudian menjadi sikap pendirian dan mampu menerapkannya
di dalam memecahkan segala permasalahannya.
● Nonton, niteni, niroke dan nambahi menggambarkan proses di dalam transformasi ilmu dan
teknologi.
● landasan aksiologis di dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa manfaat pendidikan itu
menumbuhkembangkan segala potensi budi yang berupa cipta, rasa dan karsa anak didik serta
membekali diri mereka dengan segala hal yang diperlukan di dalam membangun hidup dan
kehidupannya di dalam masyarakatnya dengan jiwa merdeka dan menerapkan slogan-slogan di
atas sebagai sarana meningkatkan kualitas hidupnya.
2. KH Ahmad Dahlan
Biografi singkat KH Ahmad Dahlan :
● Nama Lengkap : Muhammad Darwis
● Kelahiran : 1 Agustus 1868 di Yogyakarta
● Meninggal : 23 Februari 1923 di Yogyakarta (54 tahun)
● Gelar Pahlawan : SK Presiden RI No. 657 Tahun 1961)
● Pendidikan :
● Dididik langsung oleh ayahnya KH Abu Bakar
● Umur 8 tahun sudah dapat membaca Al quran dengan lancar
● Berhaji dan belajar di Mekah selama 5 tahun ketika berusia 15 tahun
● Kembali belajar di Mekah 1903 selama 2 tahun

● Aktifitas :
● Anggota Boedi Utomo, Jam’iyatul Khair, Syarikat Islam, Komite Pembela Kanjeng
Nabi Muhammad SAW
● Pendiri Muhammadiyah 1912
Landasan Ontologis
Konsep Pendidikan KH Ahmad Dahlan
● Pendidikan adalah upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola
berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis. Inilah yang kemudian
disebut sebagai “teologi transformatif”, yakni upaya untuk membebaskan
paradigma keagamaan yang terjebak dalam ritual ibadah formalistik menuju
interpretasi agama yang dapat terlibat dalam pemecahan masalah-masalah yang
dihadapi manusia.

● Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses


pembangunan umat dan dalam hal ini ilmu agama ialah yang paling penting, walau
demikian, ia tetap harus diimbangi dengan ilmu-ilmu umum. Konsep pendidikan
menurut beliau bahwa tujuan pendidikan berupa pembentukan kepribadian serta
menjadi manusia unggul.
Landasan Epistemologi
Konsep Pendidikan KH Ahmad Dahlan
Integrasi Ilmu dan Amal

● pendidikan bukan hanya susuan teori yang diinternalisasikan ke dalam diri peserta didik,
pendidikan harus terlibat secara nyata dalam kehidupan sosial, maka kedalaman ilmu
pengetahuan mestilah mewujud dalam perilaku keseharian, pemahaman agama ini tampil dalam
wujud karya nyata dengan amalan dalam kehidupan sosial masyarakat.

Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum

● Tujuan pendidikan dapat terealisasi bilamana proses pendidikan integralistik. Maka peserta didik
mesti memiliki kompetensi kecerdasan intelektual, spiritual, emosional dan sosial. Maka
pendidikan akan mampu menghasilkan “intelektual-ulama” yang berkualitas. Harapannya, melalui
ilmu umum adalah sarana peserta didik untuk mengenali kehidupan sosial, ekonomi, politik dan
mencapai kehidupan yang bahagia di dunia serta di akhirat.
● Pendidikan yang baik ialah pendidikan yang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman
Landasan Aksiologis
Konsep Pendidikan KH Ahmad Dahlan
● Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas
pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan masyarakatnya.

● KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah
melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material
dan spritual serta dunia dan akhirat. Bagi KH. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut
(agama-umum, material-spritual dan dunia-akhirat) merupakan hal yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain.

● Tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang


saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan
sekolah model Belanda
2. KH Hasyim Asy’ari
Biografi singkat KH Hasyim Asy’ari :
● Nama Lengkap : Muhammad Hasyim Asy’ari
● Kelahiran : 14 Februari 1871 di Jombang
● Meninggal : 21 Juli 1947 di Jombang (76 tahun)
● Gelar Pahlawan : 17 Nopember 1964 Keppres No 294 Tahun 1964
● Pendidikan :
● Belajar dasar-dasar agama kepada ayah dan kakeknya Kyai Utsman
● Umur 15 tahun menuntut ilmu ke berbagai pesantren
● Pada tahun 1892 berhaji dan belajar di Mekah sekitar 7 tahun, ketika berusia 21
tahun

● Aktifitas :
● Sepulangnya dari Mekah, K.H. Hasjim Asy'ari mendirikan Pesantren Tebu Ireng
1899
● Salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan
ulama 1926
Landasan Ontologis
Konsep Pendidikan KH Hasyim Asy’ari
● Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang diperlukan dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan juga berupaya mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai kebajikan
dan norma-norma kepada generasi penerus umat, agama dan bangsa.

● Pendidikan juga merupakan sarana untuk membangkitkan semangat juang


melawan penjajah menuju Indonesia merdeka dan demi tegaknya kemuliaan Islam

● Menurut KH Hasyim Asy'ari menuntut ilmu adalah suatu ibadah untuk mencari
Ridhlo Allah SWT. Oleh karena itu, menuntut ilmu diniatkan untuk menyebarluaskan
nilai-nilai Islam bukan hanya sekedar menghilangkan kebodohan. Karena dapat
mengantarkan manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Landasan Epistemologi
Konsep Pendidikan KH Hasyim Asy’ari
Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari jmenyebutkan didalam pendidikan
harus memperhatikan 2 hal.
● Bagi murid hendaknya menanamkan dan berniat murni tidak
sekali-kali berniat untuk tujuan duniawi dan tidak melecehkan
pendidikan maupun menyepelekannya.

● Bagi guru/ulama dalam mengajarkan atau mentrasfer ilmu


semestinya terlebih dahulu meluruskan niatnya, jangan terbesik
mengharapkan materi dan imblan semata. Dan semua yang
diajarkan dan disampaikan mesti sesuai dengan tindakan atau
prilaku yang diperbuat.
Landasan Epistemologi
Konsep Pendidikan KH Hasyim Asy’ari
Bahkan lebih lanjut dikatakan, agar penuntut ilmu dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat,
maka harus memperhatikan sepuluh macam etika antara lain:
● Mensucikan hati dan jiwa dari berbagai macam goncangan keimanan dan keduniaan,
● Meluruskan niat,
● Tidak menunda dan mengulur-ulur kesempatan menuntut ilmu,
● Bersabar dan bersifat qana’ah terhadap berbagai macam nikmat dan cobaan,
● Bijak mengatur waktu,
● Menyederhanakan apa yang dimakan dan minum,
● Bersikap wara‟,
● Membuang makanan maupun minuman yang bisa membawa pada kemalasan, kelalaian
dan kebodohan,
● Mengurangi durasi tidur serta
● Menjauhi hal-hal yang kurang bermanfaat (Asy’ari, 24-28).
Landasan Aksiologis
Konsep Pendidikan KH Hasyim Asy’ari
● Dalam sebuah lembaga pendidikan pasti memiliki tujuan untuk mencetak
generesai yang unggul untuk kedepannya agar dapat berguna bagi
bangsa, Negara dan agama. Menurut KH Hasyim Asy'ari yang lebih di
utamakan dalam sebuah pendidikan itu adalah etika. Namun tidak
menghilangkan aspek-aspek pendidikan yang lainnya.

● Pendidikan akhlakul karimah sangat diutamakan karena itu adalah salah


satu usaha untuk mendidik diri atas dasar keyakinan atau keimanan yang
akan membawa kehidupan yang lebih baik.
Implikasi konsep pendidikan tokoh pendidikan nasional terhadap
sistem dan praktek pendidikan dewasa ini
Konsep pendidikan yang ditawarkan:
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara, KH Ahmad Dahlan, dan KH Hasyim Asy’ari dalam Bidang Pendidikan
dilatar belakangi oleh setting sosial yang sama, yakni penjajahan. Oleh karena itu mereka sepakat
menjadikan pendidikan sebagai kendaraan untuk menggapai kemerdekaan bangsa. Namun mereka
juga memiliki paradigma yang berbeda tentang bagaimana seharusnya pendidikan itu
diselenggarakan.
● Ki Hajar Dewantara menawarkan konsep pendidikan pembebasan
● KH Ahmad Dahlan menawarkan konsep Islam berkemajuan
● KH Hasyim Asy’ari memperlihatkan semangat tradisionalisme
● Ketiga paradigma ini masih sangat relevan untuk pengembangan sistem pendidikan nasional
dewasa ini

Tiga Agenda Pokok Pendidikan Nasional yang harus mendapat perhatian serius:
● Dekadensi moral masyarakat
● Kwalitas SDM dalam persaingan global
● Ancaman disintegrasi bangsa

Lanjutan …
Implikasi konsep pendidikan tokoh pendidikan nasional terhadap
sistem dan praktek pendidikan dewasa ini
● Ki Hadjar Dewantara dengan gagasannya tentang sistem among dalam pendidikan yang
mendasarkan pendidikan pada kemerdekaan dan kodrat alam sangat relevan bagi upaya
pendidikan dalam mengantarkan bangsa ini pada kemajuan yang setinggi-tingginya di tengah
percaturan global ini dengan tetap berpijak pada budaya bangsa

● Gagasan K.H. Ahmad Dahlan untuk memasukkan pendidikan agama pada sekolah-sekolah
umum, dan memasukkan pendidikan umum pada sekolah- sekolah agama, serta upaya untuk
memodernisasikan pendidikan Islam sangat relevan bagi upaya-upaya pemberdayaan dan
peningkatan kwalitas sumber daya manusia dibawah pengawalan agama. Sehingga terbentuklah
sumber daya manusia yang unggul dan agamis yang mampu menyeimbangkan kehidupan
lahiriyah dan batiniyah, materiil dan moril spirituil, serta duniawi dan ukhrawi.

● Gagasan K.H. Hasyim Asy’ari sangat cocok untuk membentengi masyarakat dari dekadensi
moral dan menjaga matan agama dari pengaruh liberalisasi dan sekularisasi dewasa ini. Model
pengajaran dengan sistem sorogan dan bandongan disamping dapat mengawal moralitas anak
didik melalui hubungan yang erat antara guru dan murid juga sangat efektif untuk menjaga
otentisitas matan agama.
Sekian dan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai