Anda di halaman 1dari 13

Sejarah Ilmu

Hadits
Dr. Yayan Suryana, M.Ag.
Hadits Pada Masa Rasulullah saw.
Hadits merupakan sumber informasi ajaran yang sangat penting di dalam
Islam. Posisinya berada setelah al-Qur’an.
Ketika Nabi saw. masih ada, hadits sebagai “ilmu hadits” belum ada. Hadits
pun belum menjadi perhatian karena semuanya dikembalikan kepada Nabi.
Proses penyampaian hadidts Rasulullah saw.
1. Sahabat yang bertugas mendampingi keseharian Nabi, kamudian
disampaikan kepada Sahabat yang lain.
2. Mendatangi majlis yang diadakan Rasulullah saw.
3. Nabi sendiri yang menyampaikan dan membahas persoalan tertentu
(insidental) dihadapan para sahabatnya, dan meminta agar hadits itu
disampaikan kepada sahabat yang lain yang.
4. Nabi mengoreksi langsung terhadap kesalahan yang dilakukan sahabat
5. Kadang sahabar yang langsung berkonsultasi kepada nabi saw
6. Sahabat melihat apa yang dikerjakan oleh Rasulullah saw. terutama
dalam masalah ibadah.
Penulisan Hadits Pada Masa Rasulullah
1. Larangan Penulisan Hadits. 2. Kebolehan/anjuran menuliskan
hadits
Mengapa Terkesan Kontroversi dalam penulisan hadits?

1. Larangan itu terjadi pada masa awal pewahyuan. Dikhawatirkan


terjadi pencampuradukan antara al-Quran dan Hadits.
2. Larangan itu ditujukan kepada sahabat yang memiliki hafalan yang
kuat sehingga tidak dibebani dengan penulisan
3. Larangan itu bersifat umum. Sementara kebolehan itu agi sahabat
yang memilik kemampuan menulis.
4. Anjuran penulisan hadits sesuai dengan keadaan ummat Islam yang
dianggap sudah mampu membedakan mana al-Qur’an dan mana
hadits.
Faktor yang Menjamin Kesinambungan Hadits

1. Kuatnya hafalan para sahabat


2. Kehati-hatian para sahabat dalam meneriman hadits
3. Kehati-hatian para sahabat dalam meriwayatkan hadits
4. Keyakinan akan terpeliharnya adzikra. Adzikro itu tidak hanya
dipahami al-Qur’an tetapi juga al-hadits
Hadits di Masa Sahabat dan Tabi’in

Sahabat Nabi adalah oleh yang pernah bertemu dengan Rasulullah dan
beriman serta Islam sampai meninggal dunia.
Periode sahabat, adalah periode setelah nabi wafat, merupakan informan
utama bagi kelangsungan ajaran Islam baik yang berupa wahyu al-Qur’an
maupun Sunnah Rasulullah.
Sahabatlah yang merekam proses pewahyuan, mengiidentifikasikannya melalui
majlis Rasulullah, dialog-dialognya dengan sahabat, serta dari seluruh tauladan
dalam kehidupan beliau.
Tabi’in adalah orang yang bertemu dengah sahabt dan dalam keadaan
beriman serta meninggal dalam keadaan beriman.
Periwayatan hadits pada masa sahabat besar (Abu Bakar, Umar, Utsman
dan ‘Ali) sangat terbatas. Karena sahabat sendiri yang melakukan
pembatasan yang dikenal dengan istilah taqlil ar riwayat.
Begitu pula dengan sikap tabi’in. tabi’in mengikuti sikap sahabat. Jika
hendak meriwayatkan hadits harus melakukan konfirmasi kepada kepada
sejumlah sahabat yang masih hidup.
Di masa tabi’in terjadi perluasan penyebaran hadits karena adanya
mobilitas tabi’in dari kota ke kota. Sehingga terjadi tukar informasi
mengenai hadits.
Hadits Pada Abad ke-2 Hijriah
Masa ini merupakan masa pengumpulan dan pengkodifikasian atau masa tadwin hadits.
Faktor pendorong adanya upaya tersebut adalah:
1. Tidak ada lagi kekahwatiran bercampurnya antara al-Qur’an dan hadits, karena al-Qur’an
sudah selesai dibukukan.
2. Munculnya kehawatiran akan lenyapnya hadits
3. Semakin maraknya pemalsuan hadits
4. Semakin meluasnya penyebaran Islam sehingga semakin banyaknya permasalahan
sehingga membutuhkan petunjuk dari nabi selain yang sudah terdapat dalam al-Qur’an.
Pentadwinan hadits terjadi pada masa kekhalifahan Abbasiyah yang dipimpin oleh Khalifah
Umar Bin Adbul Aziz.
Tokoh-tokohnya antara lain Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud, Urwah Ibnu Zubair, Umar
bin Abdul Aziz. dll.
Hadits Pada Abad ke-3 Hijriah
Abad kedua adalah abad perkembangan ilmu yang sangat pesat.
Melahirkan para mujtahid di bidang Kalam dan Fikih.
Abad Ketiga adalah munculnya fanatisme mazhab. Muncul sikap yang
hanya membenarkan pendapat gurunya atau imamnya saja. Untuk
mendukung kultus mazhab atau sekte ini muncul pemalsuan terhadap
hadits.
Upaya Melestarikan Hadits
1. Penelusuran hadits kepada para perawi sampai ke pelosok daerah.
Seperti yang dilakukan Imam Bukhori.
2. Mengklasifikasikan hadits menjadi hadits marfu’, mauquf, dan
maqthu’
3. Meneyeleksi kualitas hadits; shahih, hasan, dan dho’if
Hadits Pada Abad ke-4 sampai ke-7 Hijriah
Masa ini adalah masa melemahnya islam.
Kegiatan peneleitian hadits ikut melemah. Penulisan hadits lebih baanyak
hanya menuliskan matan saja. Walau sesekali masih ada yang
menuliskannya dengan sanad secara lengkap.
Penulisan hadits lebih benyak meringkas, mensyarah atau menghimpun
dari kitab yang sudah ada.
Periwayatan hadits pada abad ke 7 dilakukan dengan ijazah dan
mukatabah. Sedikit sekali yang melakukan penghafalan terhadap hadits.

Anda mungkin juga menyukai