Anda di halaman 1dari 89

PENGENDALIAN PELAKSANAAN

KEGIATAN
PELATIHAN KEPEMIMPINAN PENGAWAS
ANGKATAN VI PROVINSI JAWA BARAT
Tanggal 6 April 2021

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


PROVINSI JAWA BARAT
PENGENDALIAN
PELAKSANAAN
KEGIATAN
AGENDA PENGENDALIAN PEKERJAAN
1. TEKNIK KOMUNIKASI PUBLIK
2. PERENCANAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK
3. PENYUSUNAN RKS PELAYANAN PUBLIK
4. PELAYANAN PUBLIK DIGITAL
5. MANAJEMEN MUTU
6. MANAJEMEN PENGAWASAN
7. PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN KEGIATAN
DESKRIPSI MATA PELATIHAN

Mata pelatihan ini membekali Peserta dengan


kemampuan memahami pelaksanaan monitoring
dan analisis hasil monitoring melalui analisis
substansi kontrak pekerjaan pengadaan barang/jasa
dalam rangka pengendalian pelaksanaan pekerjaan
pengadaan barang/jasa.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran mata
pelatihan ini, Peserta diharapkan ==►
mampu melaksanakan dan menganalisis
hasil monitoring pelaksanaan pekerjaan
pengadaan barang/jasa
MATERI
PEMBELAJARAN
1. Teknik dan rencana monitoring berdasarkan basil
analisis substansi kritis dalam perjanjian atau
kontrak;
2. Prestasi pekerjaan sesuai dengan dokumen
perjanjian/kontrak;
3. Fakor penyebab ketidaksesuaian pekerjaan dengan
dokumen/kontrak; dan
4. Ketentuan pinalti terhadap penyedia barang/jasa
terkait ketidaksesuaian pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan lingkup kewenanganya.
INDIKATOR HASIL BELAJAR
1. Menjelaskan teknik dan rencana monitoring berdasarkan
basil analisis substansi kritis dalam perjanjian atau
kontrak;
2. Menjelaskan prestasi pekerjaan sesuai dengan dokumen
perjanjian/kontrak;
3. Mengidentifikasi fakor penyebab ketidaksesuaian
pekerjaan dengan dokumen/kontrak; dan
4. Menjelaskan ketentuan pinalti terhadap penyedia
barang/jasa terkait ketidak
5. sesuaian pelaksanaan pekerjaan sesuai
11
PENGENDALIAN
 Pengendalian (kontrol) adalah salah satu fungsi
manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian,
pengaturan staff, dan mengarahkan.
 Pengendalian dapat dirumuskan sebagai proses
penentuan apa yang harus dicapai, yaitu standar,
apa yang sedang dilakukan, menilai pelaksanaan
dan bila perlu melakukan perbaikan perbaikan,
sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana agar
selaras dengan standar.
 Dalam konsep manajemen tidak ada perbedaan yang khusus antara
pengawasan dengan pengendalian,
 Dalam perspektif akuntansi, kedua istilah tersebut memiliki perbedaan
yang jelas, yaitu :
Pengawasan adalah pengendalian tanpa tindakan korektif/perbaikan,
Pengendalian adalah pengawasan ditambah tindakan korektif, dalam sudut
pandang ini dikenal pula adanya istilah pemantauan.
 Dari sisi auditor, memandang pemantauan untuk melihat sejauh mana
rekomendasi hasil pengawasan, dilaksanakan atau ditindaklanjuti oleh
instansi yang diawasi/diaudit.
 Pemantauan dimaksud lebih mengarah pada upaya memonitor
pelaksanaan tindak lanjut dari rekomendasi yang diberikan sebagai
hasil pengawasan atau dalam perspektif lain dinyatakan pula sebagai
hasil pemeriksaan (audit).
Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang
integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang
efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
TUJUAN PENGENDALIAN

• Supaya proses pelaksanaan dilakukan


sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dari rencana.
SECARA • Melakukan tindakan perbaikan, jika
UMUM terdapat penyimpangan-
penyimpangan. Supaya tujuan yang
dihasilkan sesuai dengan rencananya.
FUNGSI PENGENDALIAN
 Fungsi pengendalian (controlling) dalam Manajemen adalah fungsi yang
paling terakhir dari proses manajemen.
 Fungsi ini sangatlah penting dan sangat menentukan
keberlangsungnya proses manajemen, karena harus di lakukan dengan sebaik
baiknya.
 Pengendalian sangat erat berkaitan dengan fungsi perencanaan dan
keduanya merupakan hal yang paling mengisi, karena:
1. Pengendalian harus terlebih dahulu di rencanakan
2. Pengendalian dapat di lakukan setelah ada rencana
3. Pelaksanaan rencana akan sukses jika pengendalian di lakukan
dengan baik.
4. Tujuan baru dapat di ketahui tercapai dengaan baik atau tidak
setelah pengendalian atau penilaian telah di lakukan.
ASAS - ASAS DARI FUNGSI PENGENDALIAN
Harold koontz dab Cyril O’Donnel, mengemukakan asas - asas pengendalian
manajemen yaitu :
1. Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective). Artinya
pengendalian harus tertuju kearah tercapainya tujuan dengan melaksanakan
perbaikan untuk menghindari penyimpangan penyimpanyan dari perencanaan.
2. Asas efisiensi pengendalian (principle of efficiency of control). Artinya
pengendalian itu efisien, jika dapat menghndari penyimpangan dari rencana,
sehingga tidak menimbulkan hah hal lain yang di luar dugaan.
3. Asas tanggung jawab pengendalian (principle of control responsibility).
Artinya pengendalian hanya dapat di laksanankan jika manajer bertanggupg
jawab terhadap pelaksanaan rencana.
4. Asas pengendalian terhadap masa depan (principle of future control), artinya pengendalian yang
efektif harus tertuju arah pencegahan penyimpangan penyimpangan yangbakan terjadi, baik
waktu sekarang maupun yang akan datang.
5. Asas pengendalian langsung (principel of direck contro), artinya teknik control yang paling
efektif ialah mengusahakan adanya manjer bawahan yang ber kualitas baik. Pengendalian itu di
nlakukan oleh manajer, atas dasar bawa manusia itu sering berbuat salah. Cara yang paling cepat
untuk menjamin adanya pelaksanaan yang sesuai dsengan rencana adalah mengusahakan sedapat
mungkin para petugas memiliki rencana yng baik
6. Asas refleksi rencana (principel of reflection plans), artinya pengendalian harus tersusun dengan
baik sehingga memperlihatkan kerakter dan susunan rencana
7. Asas penyesuaian dengan organisasi (principel of organization suitability), artinya pengendalian
harus di lakukan dengan setruktur organisasi. Manajer dengan bawahanya merupakan sarana
untuk melaksakan rencana. Dengan ini pengendalian yang efektif di sesuaikan besarnya
kekuasaan manajer, sehingga mencerminkan setruktur organisasi.
8. Asas pengendalian indifidual (principel of individual of control). Artinya pengendaliaan dan
teknik pengendalian harus sesuai dengan kebutuhan manjer. Teknik pengendalian harus ditunjuk
terhadap kebutuhan2 akan informasi setiap manajer.
JENIS PENGENDALIAN
1. PENGENDALIAN KARYAWAN (PERSONEL CONTROL)
Pengendalian ini tertuju pada hal hal yang berhubungan dengan kegiatan
karyawan. Misalnya apakah karyawan bekerja sesuai dengan rencana, perintah,
tata kerja, disiplin, absensi, dan sebagsainya.
2. PENGENDALIAN KEUANGAN (FINANCIAL CONTROL)
Pengendalian ini kepada hal hal yang berkaitan dengan keuangan, tentang
pemasukan dan pengeluaran, biaya biaya perusahhan termasuk pengendalian
anggarannya. Pada pengendalian ini biasanya dalam bentuk laporan keuangan.
3. PENGENDALIAN PRODUKSI (PRODUCTION CONTROL)
Pengendalian ini di tunjukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi
yang di hasilkan, apakah sesuai dengan standar atau tidak dengan rencannaya.
4. PENGENDALIAN WAKTU (TIME CONTROL).
Pengendalian ini di tunjukan untuk pengendalian waktu, artinya apakah waktu
untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan

rencana.
5. Pengendalian produksi (production control)
Pengendalian ini di tunjukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi
yang di hasilkan, apakah sesuai dengan standar atau tidak dengan rencannaya.
6. Pengendalian waktu (time control).
Pengendalian ini di tunjukan untuk pengendalian waktu, artinya apakah waktun
untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
7. Pengendalian teknis (teknikal control)
Pengendalian ini di tunjukan dengan hal hal yang bersifat fisik, yang berhubungan
dengan tindakan dan teknis pelaksaannan.
8. Pengendalian kebijakan (policy control)
Pengendalian ini di tunjukan untuk mengetahui dan menilai, apakah kebijakan
kebijakan organisasi teelah di laksanakan sesuai dengan yang telah di gariskan.
9. Pengendalian penjualan (sales control)
Pengendalian ini di tunjukan untuk mengetahui, apakah produksi atau jasa yang di
hasilkan terjual sesuai dengan target yang di tetapkan.
10. Pengendalian infentaris (inventori control)
Pengendalian ini di tunjuk untuk mengetahui apakah inventaris perusahaan masih
ada semuanya atau ada yang hilang.
11. Pengendalian pemeliharaan (maintenece control)
Pengendalian ini ti tunjuk unyuk mengetahui apakah semua
inventaris perusahan dan kantor di pelihara dengan baik atau
dapat di perbaiki atau tidak.
PROSES DAN CARA-CARA PENGENDALIAN

Proses pengendalian di lakukan secara bertahap melalui langkah langkah


sebagai berikut:
1. Menggunakan standar yang akan di gunakan pada dasar pengendalian
2. Mengukur pelaksanana atau basil yang telah tercapai
3. Membandingkan pelaksanaan atau basil dengan standar dan menentukan
penyimpangan jika ada
4. Melakukan tindak perbaikan, jika terdapat tindak penyimpangan agar
pelaksanan dan tujuan sesuai rencana.
Rencana juga perlu di nilai ulang dan di analisis kembali, apakah sudah benar
benar realistis atau tidak. Jika belum benar atau realistis maka rencana
itu harus diperbaiki
PENGERTIAN MONITORING DAN EVALUASI
 Kegiatan monitoring lebih terfokus pada kegiatan yang sedang
dilaksanakan.
 Monitoring dilakukan dengan cara menggali untuk mendapatkan
informasi secara regular berdasarkan indikator tertentu, dengan maksud
mengetahui apakah kegiatan yang sedang berlangsung sesuai dengan
perencanaan dan prosedur yang telah disepakati.
 Indikator monitoring mencakup esensi aktivitas dan target yang
ditetapkan pada perencanaan program. Apabila monitoring dilakukan
dengan baik akan bermanfaat dalam memastikan pelaksanaan kegiatan
tetap pada jalurnya (sesuai pedoman dan perencanaan program).
 Monitoring memberikan informasi kepada pengelola program apabila
melakukan evaluasi.
PENGERTIAN MONITORING DAN EVALUASI
 Secara prinsip, monitoring dilakukan sementara kegiatan sedang
berlangsung guna memastikan kesesuaian proses dan capaian sesuai
rencana atau tidak.
 Bila ditemukan penyimpangan atau kelambanan maka segera
dibenahi sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai rencana dan
targetnya.
 Hasil monitoring menjadi input bagi kepentingan proses selanjutnya.
 Sementara Evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan, untuk
mengetahui hasil atau capaian akhir dari kegiatan atau program.
 Hasil Evaluasi bermanfaat bagi rencana pelaksanaan program yang
sama diwaktu dan tempat lainnya.
Perencanaan

f
Pelaksanaan
Tindakan

Umpan balik Monitoring &


evaluasi

SIKLUS MANAJEMEN MONEV


FUNGSI MONITORING DAN EVALUASI
Menurut Dunn (1981), monitoring mempunya empat fungsi, yaitu:
1. Ketaatan (compliance). Monitoring menentukan apakah tindakan
administrator, staf, dan semua yang terlibat mengikuti standar dan prosedur
yang telah ditetapkan.
2. Pemeriksaan (auditing). Monitoring menetapkan apakah sumber dan
layanan yang diperuntukkan bagi pihak tertentu (target) telah mencapai
mereka.
3. Laporan (accounting). Monitoring menghasilkan informasi yang
membantu “menghitung” hasil perubahan sosial dan masyarakat sebagai akibat
implementasi kebijaksanaan sesudah periode waktu tertentu.
4. Penjelasan (explanation). Monitoring menghasilkan informasi yang
membantu menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan mengapa antara
perencanaan dan pelaksanaannya tidak cocok.
INSTRUMEN PENGENDALIAN KEGIATAN
1. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) -> Untuk Jasa Konsultansi
2. SPESIFIKASI TEKNIS/RKS -> Untuk Barang/Konstruksi/Jasa lainnya
3. HASIL PEMILIHAN -> Berita Acara Negosiasi Teknis dan harga.
4. KONTRAK -> untuk Pengadaan diatas 200Juta (Barang/Konstruksi/Jasa
Lain) atau diatas 100 juta (Jasa Konsultansi)
5. SPK -> untuk Pengadaan s/d 200Juta (Barang/Konstruksi/Jasa Lain) atau
s/d 100 juta (Jasa Konsultansi).
6. BERITA ACARA KEMAJUAN PEKERJAAN.
7. LAPORAN PENGAWAS PEKERJAAN.
8. RESUME RAPAT-RAPAT TEKNIS/EVALUASI.
9. TIME SCHEDULE (Curva S untuk Konstruksi khususnya).
KONTRAK
Pengertian dan Istilah
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
atau lebih
(Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1313)

Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut


Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PA/ KPA/PPK dengan
Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.
(Peraturan Presiden Rl nomor 16 tahun 2018 ps.1 - 44)

Kontrak adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih,


dimana menimbulkan sebuah kewajiban untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu.
(Black’s Law Dictionary)
Bentuk Kontrak
1. BUKTI PEMBELIAN/PEMBAYARAN
Bukti pembelian/pembayaran merupakan dokumen yang digunakan sebagai
pernyataan tagihan yang haras dibayar oleh PPK
untuk Pengadaan atau Jasa Lainnya dengan nilai
paling banyak Rp. l0.000.000,00 (sepuluh juta
rapiah).
Contoh : bukti pembelian/pembayaran antara lain faktur/bon/invois, setrak, dan
nota kontan. 30

2. KUITANSI
Kuitansi merupakan dokumen yang dijadikan sebagai tanda bukti transaksi
pembayaran yang ditandatangani oleh penerima
uang/Penyedia dengan berbagai ketentuan
pembayaran untuk Pengadaan Barang atau Jasa
Lainnya dengan nilai paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
3. SURAT PERINTAH KERJA (SPK)
❖ Surat Perintah Kerja merupakan perjanjian sederhana secara
tertulis antara kedua belah pihak tentang suatu perbuatan
yang memiliki akibat hukum untuk memperoleh hak dan
melaksanakan kewajiban.
❖ Surat Perintah Kerja digunakan untuk :
1) Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling banyak Rp.
l00.000.000,00 (seratus juta rupiah);
2) Pengadaan Barang atau Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di atas
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan nilai paling
banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); dan
3) Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyakRp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
4. SURAT PERJANJIAN
❖ Surat Perjanjian merupakanpernyataan secara tertulis
antara kedua belah pihak tentang suatu perbuatan yang
memiliki akibat hukum untuk memperoleh hak dan
melaksanakan kewajiban.
❖ Surat Perjanjian digunakan untuk:
1) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
nilai paling sedikit di atas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus 32

juta rupiah); dan


2) Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit di
atas Rp. l00.000.000,00 (seratus juta rupiah).
5. SURAT PESANAN

❖ Surat Pesanan merupakan bentuk perjanjian dalam


pelaksanaan pengadaan melalui E-purchasing
atau pembelian melalui toko daring,
❖ Untuk pengadaan barang/jasa tertentu yang
membutuhkan pengaturan Kontrak yang lebih rinci
atau diperlukan/dipersyaratkan secara administratif
dalam proses pembayaran maka Surat Pesanan dapat
ditindaklanjuti dengan Surat Perintah Kerja atau
Surat Perjanjian.
JENIS
KONTRAK
• KONTRAK LUMSUM
• KONTRAK HARGA
BARANG, SATUAN
PEK. KONSTRUKSI • KONTRAK GABUNGAN
LUMSUM DAN HARGA
DAN JASA LAINNYA
SATUAN
• KONTRAK TERIMA
JENIS JADI
• KONTRAK PAYUNG
KONTRA
K
JASA • KONTRAK LUMSUM
• KONTRAK WAKTU
KONSULTANSI PENUGASAN
• KONTRAK PAYUNG
Jenis Kontrak Pengadaan Barang/ Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya
1) LUMSUM
❖ Kontrak Lumsum digunakan dalam hal ruang lingkup, waktu pelaksanaan, dan
produk/keluaran dapat didefinisikan dengan jelas. Kontrak Lumsum digunakan
misalnya:
pelaksanaan pekerjaan kontruksi sederhana;
Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi (design and build);
 pengadaan peralatan kantor;
pengadaan benih;
pengadaan jasa boga;
sewa gedung; atau
pembuatan video grafts.
❖ Pembayaran dalam Kontrak Lumsum dengan harga pasti dan tetap, senilai dengan
harga yang dicantumkan dalam Kontrak.
❖ Pembayaran dapat dilakukan sekaligus berdasarkan hasil/keluaran atau pembayaran
secara 36 bertahap pekerjaan berdasarkan tahapan atau bagian keluaran yang
dilaksanakan.
2) HARGA SATUAN
Kontrak Harga Satuan digunakan dalam hal ruang lingkup, kuantitas/volume
tidak dapat ditetapkan secara tepat yang disebabkan oleh sifat/karakteristik,
kesulitan dan resiko pekerjaan.
Dalam Kontrak Harga Satuan pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan
yang tetap untuk masing-masing volume pekerjaan dan total pembayaran {final
price) tergantung kepada total kuantitas/volume dari hasil pekerjaan.
Pembayaran dilakukan berdasarkan pengukuran hasil pekerjaan yang
dituangkan dalam sertifikat hasil pengukuran (contoh monthly certificate).
Kontrak Harga Satuan digunakan misalnya untuk :
•kegiatan pembangunan gedung atau infrastruktur,
•pengadaan jasa boga pasien di rumah sakit.
3) GABUNGAN LUMSUM DAN HARGA SATUAN
❖ Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan digunakan
dalam hal terdapat bagian pekerjaan yang dapat
dikontrakkan menggunakan Kontrak Lumsum dan terdapat
bagian pekerjaan yang dikontrakkan menggunakan
Kontrak Harga Satuan.
❖ Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan digunakan
misalnya untuk Pekerjaan Konstruksi yang terdiri dari
pekerjaan pondasi tiang pancang dan bangunan atas.
4) TERIMA JADI (TURNKEY)
❖ Kontrak Terima Jadi digunakan dalam hal Kontrak Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan
ketentuan sebagai berikut :
a) jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan; dan
b) pembayaran dapat dilakukan berdasarkan termin sesuai kesepakatan dalam
Kontrak.
❖ Penyelesaian pekerjaan sampai dengan siap dioperasionalkan/difungsikan
sesuai kinerja yang telah ditetapkan.
❖ Kontrak Terima Jadi biasa digunakan dalam Pekerjaan Konstruksi
terintegrasi, misalnya Engineering Procurement Construction (EPC)
pembangunan pembangkit tenaga listrik, pabrik f dan lain-lain.
5) KONTRAK PAYUNG.
Kontrak Payung digunakan dalam hal pekerjaan yang akan
dilaksanakan secara berulang dengan spesifikasi yang pasti
namun volume dan waktu pesanan belum dapat ditentukan.
Kontrak Payung digunakan, misalnya pengadaan obat
tertentu pada rumah sakit, jasa boga, jasa layanan perjalanan
(travel agent), atau pengadaan material.
JENIS KONTRAK PENGADAAN JASA
KONSULTANSI
1) LUMSUM
Kontrak Lumsum digunakan dalam hal ruang lingkup, waktu
pelaksanaan pekerjaan, dan produk/keluaran dapat didefinisikan
dengan jelas.
Pembayaran dengan jumlah harga pasti dan tetap, senilai dengan
harga yang dicantumkan dalam Kontrak tanpa memperhatikan
rincian biaya.
Pembayaran berdasarkan produk/keluaran seperti laporan kajian,
gambar desain atau berdasarkan hasil/tahapan

4
Kontrak Lumsum pada Pengadaan Jasa Konsultansi
digunakan misalnya :

 konsultan manajemen,  Pekerjaan Studi Kelayakan


 studi kelayakan, termasuk konsep desain,
 desain,  Pekerjaan Detail Engineering
 penelitian/studi, Design (DED),
 kajian/telaahan,  manajemen proyek,
 pedoman/petunjuk,  layanan pengujian dan analisis
 evaluasi, teknis seperti investigasi kondisi
 produk hukum, struktur, investigasi kehancuran
 sertifikasi, struktur, investigasi kegagalan
 studi pendahuluan, struktur, testing struktur/bagian
 penilaian/appraisal. struktur,
 pekerjaan Pra Studi  ahli litigasi/arbitrase
Kelayakan,  layanan penyelesaian sengketa.
2) WAKTU PENUGASAN
❖ Kontrak Waktu Penugasan merupakan Kontrak Jasa Konsultansi untuk pekerjaan
yang ruang lingkupnya belum bisa didefinisikan dengan rinci dan/atau waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan belum bisa dipastikan.
❖ Kontrak Waktu Penugasan dapat digunakan apabila:
a) Ruang lingkup dan waktu pelaksanaan pekerjaan belum dapat ditetapkan;
b) Ruang lingkup belum dapat didefinisikan dengan jelas dan mungkin berubah
secara substansial;
c) Nilai akhir kontrak tergantung dengan lama waktu penugasan;
d) Pekerjaan yang ruang lingkupnya kecil dan/atau jangka waktunya pendek dimana
kompensasi cenderung berbasis harga per jam, per hari, per minggu atau per bulan;
atau
e) Pekerjaan yang tidak umum/spesialis yang membutuhkan keahlian khusus.
❖ Dalam Kontrak Waktu Penugasan pembayaran terdiri atas
biaya personel dan biaya non personel.

❖ Biaya personel dibayarkan berdasarkan remunerasi yang pasti dan


tetap sesuai yang tercantum dalam Kontrak untuk setiap satuan
waktu penugasan.

❖ Biaya non personel dapat dibayarkan secara lumsum, harga


satuan, dan/atau penggantian biaya sesuai dengan yang
dikeluarkan (at cost). 44

❖ Nilai akhir kontrak yang akan dibayarkan,


tergantung waktu penugasan.

❖ Pembayaran dapat dilakukan berdasarkan periode waktu


yang ditetapkan dalam Kontrak.
Kontrak Waktu Penugasan digunakan misalnya untuk :
opra studi kelayakan,
opekerjaan studi kelayakan termasuk konsep desain,
opekerjaan Detail Engineering Design (DED),
omanajemen kontrak,
omanajemen proyek,
olayanan pengujian dan analisis teknis seperti investigasi kondisi
struktur, investigasi kehancuran struktur, investigasi kegagalan
struktur, testing struktur/bagian struktur, ahli litigasi/arbitrase
olayanan penyelesaian sengketa khususnya untuk proyek bemilai besar,
oFengawasan,
openasihat, 45

opendampingan,
opengembangan sistem/aplikasi yang kompleks,
omonitoring, atau
osurvei/pemetaan yang membutuhkan telaahan mendalam.
3) KONTRAK PAYUNG
Kontrak Payung pada Jasa Konsultansi digunakan untuk mengikat
Penyedia Jasa Konsultansi dalam periode waktu tertentu untuk
menyediakan jasa, dimana waktunya belum dapat ditentukan
Penyedia Jasa Konsultansi yang diikat dengan Kontrak Payung adalah
Penyedia Jasa Konsultansi yang telah memenuhi/lulus persyaratan yang
ditetapkan
Kontrak Payung digunakan misalnya untuk Pengadaan Jasa
Konsultansi dalam rangka penasihatan hukum, penyiapan proyek
strategis nasional, dan penyiapan proyek dalam rangka kerjasama
pemerintah dan badan usaha.
PERUBAHAN KONTRAK

Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat


pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang
ditentukan dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama dengan
Penyedia dapat melakukan perubahan kontrak, berlaku untuk
pekerjaan dengan kontrak :

BERLAKU UNTUK SEMUA JENIS KONTRAK


PENYEDIA BARANG/JASA
BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP

1. pelaksanaan Kontrak;
2. kualitas barang/jasa;
3. ketepatan perhitungan jumlah atau volume;
4. ketepatan waktu penyerahan; dan
5. ketepatan tempat penyerahan.
Pasal 17 Perpres 16/2018
TOLOK UKUR KUALITAS
1. Tepat Biaya

tolok ukur : analisa biaya

2. Tepat Waktu

tolok ukur: jadwal pelaksanaan

3. Tepat Mutu

tolok ukur : spesifikasi teknis


1. GAMBAR
1. STANDARD DRAWING (gambar yang disertakan dalam
kontrak atau gambar hasil perencanaan/disain) ->
dibuat oleh Konsultan Perencana, isi menjadi tanggung jawab
Pihak I.

2. SHOP DRAWING (Gambar Kerja) -> dibuat oleh Pihak II,


sesuai dengan hasil Pemeriksaan Bersama, dan harus mendapat
persetujuan Pihak I, isi tetap menjadi tanggung jawab Pihak II

3. AS BUILT DRAWING (Gambar Terpasang) -> dibuat oleh Pihak


II, sesuai dengan konstruksi yang telah selesai dilaksanakan, dan
harus mendapat persetujuan Pihak I, isi tetap menjadi tanggung
jawab Pihak II
2. PEMBIAYAAN
(1) Pembayaran prestasi kerja dapat diberikan dalam bentuk:
a. pembayaran bulanan
b. pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian
pekerjaan (termin/MC)
c. pembayaran secara sekaligus setelah pekerjaan
diselesaikan.
(2) Pembayaran prestasi kerja diberikan kepada
Penyedia Barang/Jasa setelah dikurangi
angsuran pengembalian Uang Muka dan denda
(apabila ada), serta pajak.
(3) Permintaan pembayaran kepada PPK untuk Kontrak yang
menggunakan sub Kontrak, harus dilengkapi bukti pembayaran
kepada seluruh subkontraktor sesuai dengan perkembangan
(progress) pekerjaannya.
(4) Pembayaran bulanan/termi/MCn untuk Pekerjaan Konstruksi,
dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang, termasuk
peralatan dan/atau bahan yang menjadi bagian dari hasil
pekerjaan yang akan diserahterimakan, sesuai dengan ketentuan
yang terdapat dalam Kontrak.
(5) PPK menahan sebagian pembayaran prestasi pekerjaan sebagai
uang retensi untuk Jaminan Pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi
dan Jasa Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan
PEMBAYARAN PRESTASI PEKERJAAN
Pembayaran prestasi pekerjaan dilakukan oleh Pihak I apabila :
a. Pihak II telah mengajukan permintaan disertai laporan kemajuan hasil
pekerjaan
b. Pembayaran dilakukan dengan system bulanan atau system termin (prestasi)
sesuai ketentuan dalam dokumen kontrak
c. Pembayaran dilakukan terhadap pekerjaan yang telah terpasang dan tidak
termasuk bahan/material dan peralatan yang ada di lokasi pekerjaan
d. Pembayaran bulanan/termin harus dipotong angsuran uang muka , denda
(apabila ada), pajak dan uang retensi
e. Apabila terdapat sub kontrak maka permintaan pembayaran harus
dilampiri bukti pembayaran kepada sub Pihak II sesuai dengan
prestasi pekerjaan.
f. Pembayaran terakhir hanya dilakukan setelah pekerjaan selesai 100% dan
Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan telah diterbitkan.
PEMBAYARAN UANG MUKA

1. Uang muka ditetapkan oleh PPK dan dituangkan dalam Kontrak


■ Untuk usaha non-kecil maksimal sebesar 20% dari nilai kontrak
■ Untuk usaha kecil maksimal sebesar 30% dari nilai kontrak

2. Nilai uang muka maksimal untuk pekerjaan jasa konsultansi sebesar


20% dari nilai kontrak

3. Uang muka kontrak tahun jamak:

■ Maksimal sebesar 20% dari nilai kontrak tahun pertama


■ Maksimal sebesar 15% dari total nilai kontrak
4. Uang Muka dapat diberikan kepada Pihak II untuk:
a. Mobilisasi alat dan tenaga kerja;
b. Pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/ material;
c. Persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa.
5. Uang muka harus segera dipergunakan sesuai rencana penggunaan uang
muka yang telah disetujui Pihak I
6. Permintaan pembayaran uang muka oleh Pihak II kepada Pihak I harus
dilampiri jaminan uang muka dan rencana penggunaan uang muka dalam
pelaksanaan kontrak
7. Pengembalian uang muka diperhitungkan berangsur-angsur secara
proporsional pada setiap pembayaran prestasi pekerjaan dan paling
lambat harus sudah lunas pada saat pekerjaan mencapai prestasi 100%
(seratus perseratus)
3. PERUBAHAN LINGKUP PEKERJAAN
Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi di
lokasi pekerjaan pada saat pelaksanaan kontrak dengan gambar
dan spesifikasi yang ditentukan, maka Pihak I bersama Pihak II
dapat melakukan Variasi atau perubahan kontrak yang meliputi
antara lain :
1. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan
2. Menambah atau mengurangi jenis pekerjaan
3. Mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan
4. Melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum
dalam kontrak tetapi sangat dibutuhkan di lapangan
Pekerjaan tambah harus mempertimbangkan tersedianya anggaran dan
tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak awal
Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh Pihak I secara tertulis kepada
Pihak II yang kemudian dilanjutkan dengan klarifikasi teknis dan negosiasi
harga dengan tetap mengacu pada ketentuan di dalam kontrak
Hasil klarifikasi teknis dan negosiasi harga dituangkan dalam Berita Acara
sebagai dasar penyusunan Addendum Kontrak.
Pihak I dapat memprakarsai Variasi dengan memberitahu secara tertulis
kepada Pihak II, hal-hal sebagai berikut:
1. Uraian detil usulan perubahan dan lokasinya.
2. Gambar dan Spesifikasi tambahan atau revisinya
3. Perkiraan jangka waktu yang diperlukan untuk membuat usulan
perubahan.
Pihak II dapat mengajukan permohonan perubahan dengan
memberitahu secara tertulis kepada Pihak I, hal-hal sebagai berikut:
1. Uraian usulan perubahan.
2. Keterangan tentang argumentasi dalam pengajuan perubahan.
3. Keterangan tentang pengaruh terhadap Jadwal pelaksanaan
pekerjaan (bila ada).
4. Keterangan tentang pengaruh terhadap pekerjaan Sub- kontraktor
(bila ada).
Setiap Harga Satuan baru atau Jumlah Harga tambahan yang
diperlukan harus disepakati terlebih dahulu untuk kemudian dituangkan
ke dalam Addendum Kontrak.
Penjelasan detil dari usulan perubahan atau setiap Harga Satuan baru,
dilaksanakan menurut struktur Harga Satuan Mata Pembayaran yang
ada.
4. TES DAN PENGUKURAN
■ Pengukuran pelaksanaan Pekerjaan, Tes untuk material,
peralatan dan hasil Pekerjaan, dan Pengukuran hasil
Pekerjaan dilakukan oleh Pihak II dengan biaya dari Pihak II.
Metode kerja tes dan pengukuran tersebut harus mengikuti
spesifikasi tertentu sesuai kontrak dan mendapat persetujuan
Pihak I, dan hasilnya disyahkan oleh Pihak I.

■ Apabila Pihak I memerintahkan testing diluar ketentuan


spesifikasi yang tertuang dalam kontrak, maka Pihak setelah
berkonsultasi dengan Pihak II menetapkan:
a. perpanjangan waktu
b. sejumlah tambahan biaya Kontrak.
Penolakan terhadap hasil pekerjaan yang tidak
memenuhi ketentuan kontrak,
Pihak I berhak untuk menolak material yang berdasarkan hasil testing tidak
sesuai dengan ketentuan Kontrak. Pihak II wajib segera menggantinya.

Membuang, mengganti dan membongkar material/pekerjaan


Pihak I berhak untuk memerintahkan kepada Pihak II untuk membuang dan
mengganti material atau membongkar dan mengerjakan kembali pekerjaan
yang tidak sesuai dengan Kontrak/Spesifikasi.
Kegagalan Pihak II melaksanakan Ketentuan Kontrak
Apabila Pihak II tidak melaksanakan perintah Pihak I tersebut, Pihak I
berhak menunjuk pihak lain untuk melaksanakan perintah Pihak I tersebut
dan biayanya dibebankan pada Pihak II dengan cara pemotongan
pembayaran kepada Pihak II.
6. PERPANJANGAN WAKTU DAN WAKTU PENYELESAIAN
1. Peristiwa yang menjadi bahan pertimbangan :
a. Jumlah pekerjaan tambah
b. Penyebab keterlambatan berkaitan dengan pekerjaan tambah atau
perubahan (variasi) yang telah disepakati
c. Kondisi cuaca yang sangat merugikan,
d. Keterlambatan, kesukaran atau hambatan karena Pihak I,
e. Keadaan khusus lainnya di luar kesalahan Pihak II.
2. Akibat peristiwa tersebut Pihak II dapat diberi perpanjangan waktu
asalkan :
a. Dalam 28 hari sejak kejadian, Pihak II memberitahu Pihak I
b. Dalam 28 hari sejak pemberitahuan, Pihak II menyampaikan
dokumen pendukungnya.
3. Apabila peristiwa berlanjut (belum berakhir) dan Pihak II tidak
mungkin memenuhi ketentuan butir 2.b, maka :
a. Pihak II tetap mendapat perpanjangan waktu yang bersifat
interim;
b. Pihak II wajib menyampaikan laporan interim mengenai
perkembangan peristiwa dengan interval waktu tidak lebih dari
28 hari;
c. Pihak II wajib menyampaikan laporan final dalam 28 hari sejak
peristiwa berakhir;
d. Penetapan final Pihak I tidak boleh lebih rendah dari penetapan
interim.

4. Pihak I menetapkan perpanjangan waktu setelah berkonsultasi


dengan Pihak I.
7. ADDENDUM/AMANDEMEN KONTRAK
Isi Addendum akan didasarkan pada salah satu dari hal-hal berikut:
1. Perintah Pihak I untuk melaksanakan perubahan atas Dokumen
Kontrak
2. Karena adanya perubahan kontraktual atau spesifikasi teknis yang
penting
3. Variasi atau Variasi-variasi yang telah ditandatangani yang berisi
Harga Satuan Mata Pembayaran baru atau Jumlah Harga
tambahan
4. Karena adanya perubahan perkiraan kuantitas sebagai akibat suatu
variasi dalam Jumlah Harga Kontrak, yang dimasukkan ke
dalam Perjanjian Kontrak atau Addendum sebelumnya
5. Perhitungan kuantitas akhir dan Jumlah Harga Kontrak. untuk
Addendum terakhir pada saat Pengakhiran Kontrak.
6. Kontrak hanya dapat diubah melalui adendum kontrak. 5 dan
Standar Biding Document menggunakan istilah adendum kontrak)
7. Setiap perubahan kontrak harus dibuat Surat Perintah Perubahan-
nya atau CCO (Contract Change Order) dari PPK dan merupakan
lampiran Berita Acara Perubahan Kontrak yang akan menjadi
dasar di dalam pembuatan Adendum/Amandemen Kontrak
8. Adendum dalam prakteknya biasa digunakan untuk melakukan
penambahan Klausul dalam kontrak.
9. Amandemen (amendment) digunakan sebagai istilah untuk
perubahan isi Klausul dalam kontrak.
PERUBAHAN KONTRAK

^ Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan


pada saat pelaksanaan dengan gambar dan/atau
spesifikasi teknis/KAK yang ditentukan dalam Dokumen
Kontrak, PFK bersama dengan Penyedia dapat
melakukan perubahan kontrak, berlaku untuk semua
jenis kontrak.
10. KETERLAMBATAN PELAKSANAAN KONTRAK DAN KONTRAK KRITIS

1. Kontrak dinyatakan kritis apabila :

a. Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0% - 70% dari


kontrak), realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 10%
dari rencana;
b. Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% -100% dari
kontrak), realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 5% dari
rencana.
2. Penanganan kontrak kritis.
a. Apabila terjadi keterlambatan maka penanganan kontrak kritis dilakukan
dengan Rapat pembuktian (show cause meeting/SCM)

1) Pada saat konfrak dinyatakan kritis direksi pekerjaan menerbitkan surat


peringatan kepada Pihak II dan selanjutnya menyelenggarakan SCM.
2) Dalam SCM direksi pekerjaan, direksi teknis dan Pihak II membahas dan
menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh Pihak II dalam periode
waktu tertentu (uji coba pertama) yang dituangkan dalam Berita Acara SCM Tahap 1
3) Apabila Pihak II gagal pada uji coba pertama, maka harus diselenggarakan SCM
Tahap 2 yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai
oleh Pihak II dalam periode waktu tertentu (uji coba kedua) yang dituangkan dalam
Berita Acara SCM Tahap 2.
4) Apabila Pihak II gagal pada uji coba kedua, maka harus diselenggarakan
SCM Tahap 3 yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik
yang harus dicapai oleh Pihak II dalam periode waktu tertentu (uji coba
ketiga) yang dituangkan dalam Berita Acara SCM Tahap 3

5) Pada setiap uji coba yang gagal, Pihak I harus menerbitkan surat
peringatan kepada Pihak II atas keterlambatan realisasi pelaksanaan fisik
pekerjaan
11. SERAH TERIMA
PEKERJAAN
• Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen) Pihak II mengajukan
permintaan kepada Pihak I untuk melaksanakan serah terima pertama
pekerjaan
• Pihak I menugaskan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan untuk
melakukan penilaian hasil pekerjaan
• Pihak I menerima penyerahan pertama pekerjaan setelah pekerjaan
dilaksanakan sesuaI ketentuan Kontrak dan diterima oleh Panitia/Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan
• Pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima persseratus) dari
nilai kontrak dan 5% (lima perseratus) merupakan retensi selama masa
pemeliharaan, atau pembayaran dilakukan sebesar 100% (seratus persen)
dari nilai kontrak dan Pihak II menyerahkan Jaminan Pemeliharaan
sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak
• Pihak II berkewajiban memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan
• Setelah masa pemeliharaan berakhir Pihak II mengajukan permintaan untuk
penyerahan akhir pekerjaan
• Pihak I dapat menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah Pihak II
melaksanakan kewajibannya selama masa pemeliharaan dan Pihak I wajib
melakukan pembayaran sisa nilai kontrak yang belum dibayar atau
mengembalikan Jaminan Pemeliharaan
• Apabila Pihak II tidak melakukan kewajiban melaksanakan pemeliharaan
hasil pekerjaan sebagaimana mestinya, Pihak I berhak menggunakan uang
retensi atau mencairkan Jaminan Pemeliharaan untuk membiayai
pemeliharaan / perbaikan hasil pekerjaan.
13. PENYERAHAN PEKERJAAN SECARA PARSIAL
1. Pasal ini membolehkan Pihak II untuk menyerahkan Pekerjaan
sebagian-sebagian, untuk menghindarkan terjadinya sengketa antara
Pihak I dan Pihak II, apabila terjadi kerusakan pada hasil pekerjaan
yang sudah dipergunakan akan tetapi belum dilakukan Serah Terima
Pekerjaan.
2. Proseduryang harus ditempuh :
a. Pihak II memberitahukan akan adanya Serah Terima Pekerjaan secara
Parsial pada waktu Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak.

b. Apabila hal ini disepakati kontrak harus diamandemen untuk menampung


kesepakatan antara lain mengenai:
■ Masa pemeliharaan untuk masing-masing bagian
■ Tanggal penyelesaian untuk masing-masing bagian
■ Denda keterlambatan untuk masing-masing bagian .
14. BERITA ACARA SERAH TERIMA TERAKHIR
1. Proses penerbitan Berita Acara Serah Terima Terakhir dilakukan
setelah berakhirnya Masa Pemeliharaan.
2. Pihak II mengusulkan penerbitan Berita Acara Serah Terima
Terakhir beberapa hari sebelum berakhirnya Masa Pemeliharaan.
3. Langkah selanjutnya sama seperti pada prosedur Serah Terima
Pertama yaitu dengan melibatkan Pejabat/Panitia Penerima Hasil
Pekerjaan sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam menerima
atau menolak hasil pekerjaan sesuai Kontrak
4. Berita Acara Serah Terima Terakhir harus diterbitkan paling
lambat dalam waktu 28 hari sejak Masa Pemeliharaan berakhir.
5. Berita Acara Serah Terima Terakhir dianggap sebagai dokumen
persetujuan atas hasil Pekerjaan sesuai Kontrak.
15. WANPRESTASI
Pihak II dinyatakan wanprestasi untuk hal - hal berikut:
1. Secara hukum sebagai perusahaan dinyatakan bangkrut
2. Pihak II mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama berdasarkan Kontrak
kepada Penyedia Barang/Jasa lain, kecuali sebagian pekerjaan spesialis dan
mendapat persetujuan Pihak I

3. Pihak II mengubah susunan Kemitraan tanpa seizin Pihak I


4. Pihak I menyatakan kepada Pihak 11 secara tertulis bahwa Pihak II:
a. Telah mengabaikan Kontrak
b. Tanpa alasan yang bisa diterima, Pihak II telah gagal:
■ memulai pelaksanaan Pekerjaan sesuai ketentuan
■ melanjutkan Pekerjaan dalam waktu 28 hari sejak menerima perintah Pihak I
c. Gagal melaksanakankan mobilisasi sesuai jadwal.
5. Dalam waktu 28 hari telah gagal melaksanakan perintah Pihak I
untuk menyingkirkan dan mengganti bahan dan peralatan dan
memperbaiki dan mengerjakan kembali pekerjaan yang tidak sesuai
dengan spesifikasi teknis

6. Meskipun telah diberikan peringatan sebelumnya oleh Pihak I,


Pihak II tetap mengabaikan kewajiban sesuai Kontrak

7. Melanggar ketentuan Kontrak mengenai Sub kontrak

8. Apabila Pihak II melakukan wanprestasi Kontrak dapat diputus.


16. DENDA DAN GANTI RUGI
Denda adalah sanksi financial yang dikenakan kepada Pihak II, sedangkan ganti
rugi dikenakan kepada Pihak I.
Sanksi diberikan akibat terjadinya cidera janji atau wanpretasi yang tercantum
dalam kontrak.
Besarnya denda kepada Pihak II atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan
ditentukan sebesar:
a. 1/1000 (satu per seribu) dari sisa harga bagian kontrak yang terlambat
dikerjakan apabila bagian kontrak yang sudah dilaksanakan sudah berfungsi baik,
atau
b. 1/1000 (satu per seribu) dari harga kontrak apabila bagian pekerjaan yang
sudah dilaksanakan belum berfungsi baik
Besarnya ganti rugi yang harus dibayar oleh Pihak I atas keterlambatan
pembayaran adalah sebesar bunga bank dari nilai tagihan yang terlambat dibayar,
berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku saat itu sesuai ketetapan Bank
Indonesia, atau dapat diberikan kompensasi sesuai ketentuan dalam dokumen
kontrak
17. KEGAGALAN PIHAK KE I
1. Pihak I dinyatakan wanprestasi/default untuk hal - hal berikut:
a. gagal melakukan pembayaran sejak berakhirnya tenggang waktu 28
hari bagi Pihak I untuk membayar MC;
b. mencampuri, mengganggu atau menolak penerbitan sertifikat
c. memberitahu Pihak II, karena alasan tak terduga mengenai situasi
ekonomi, atau tidak mungkin melanjutkan kewajiban kontraktual
2. Pihak II berhak memutus Kontrak dengan memberitahu Pihak I
3. Pemutusan Kontrak berlaku efektif 14 hari setelah pemberitahuan
4. Pemutusan Kontrak akibat Resiko Khusus, termasuk Peristiwa
Kompensasi dan akan mendapat tambahan pembayaran untuk kerugian
Pihak II sebagai akibat pemutusan kontrak.
18. HAK PIHAK KE II MENUNDA PEKERJAAN

■ Apabila Pihak I gagal membayar MC dalam 28 hari sejak berakhirnya


tenggang waktu, Pihak II berhak untuk menghentikan pekerjaan atau
mengurangi kegiatan pekerjaan (slow-down).
■ Jumlah waktu minimum yang diperlukan sejak MC diterima Pihak I s/d
mulai penghentian pe kerjaan/ slow-down adalah 3x28 hari = 84 hari.
■ Apabila akibat penghentian pekerjaan atau penurunan kegiatan kerja,
Pihak II mengalami keterlambatan atau tambahan biaya, Pihak I setelah
berkonsultasi dengan Pihak II, menetapkan perpanjangan waktu, dan 79

tambahan biaya Kontrak

• Apabila akibat pemberitahuan Pihak II untuk menghentikan pekerjaan atau


slow down, Pihak I segera membayar kewajibannya termasuk bunga
keterlambatan, hak Pihak II gugur, kecuali Pihak II sudah menyerahkan
pemberitahuan pemutusan kontrak.
19. LAPORAN HASIL PEKERJAAN
• Pemeriksaan pekerjaan dilakukan selama pelaksanaan kontrak untuk
menetapkan volume atau kegiatan yang telah dilaksanakan guna
pembayaran prestasi pekerjaan yang kemudian dituangkan di dalam
laporan kemajuan hasil pekerjaan
• Untuk kepentingan pengawasan dan pengendalian kontrak, seluruh
kegiatan di lokasi pekerjaan dicatat setiap hari dalam Laporan Harian
yang berisi rencana dan realisasi pekerjaan serta keadaan yang terjadi
selama

pelaksanaan pekerjaan
1. Laporan Harian berisi:
a. Jenis dan volume bahan yang ada di lokasi pekerjaan
b. Penempatan tenaga kerja
c. Jenis, jumlah dan kondisi peralatan di lokasi pekerjaan
d. Jenis dan volume pekerjaan yang telah diselesaikan

e. Keadaan cuaca termasuk hujan atau banjir serta peristiwa alam lainnya yang
berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan pekerjaan
f. Catatan-catatan lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan sesuai
kontrak
2. Laporan Harian dibuat oleh Pihak II, diperiksa oleh Konsultan (bila perlu) dan
disetujui oleh Pihak I
3. Laporan Mingguan berupa rangkuman Laporan Harian serta catatan hal-hal
penting yg terjadi selama periode satu minggu
4. Laporan Bulanan berupa rangkuman Laporan Mingguan serta catatan hal-hal
penting yang terjadi selama periode satu bulan
5. Foto-foto dokumentasi pelaksanaan kontrak 81
20. PENGHENTIAN DAN PEMUTUSAN KONTRAK
Penghentian kontrak dilakukan apabila pekerjaan telah selesai atau karena terjadi
keadaan kahar, dan Pihak I wajib membayar kepada Pihak II sesuai prestasi
pekerjaan yang telah dicapai
Pemutusan kontrak dilakukan apabila :
1. Denda keterlambatan telah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak

2. Pihak II lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak


memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang ditentukan
3. Pihak II terbukti melakukan KKN, kecurangan, pemalsuan, penyimpangan
prosedur atau pelanggaran persaingan sehat dalam proses pengadaan sesuai
keputusan instansi yang berwenang
Pemutusan Kontrak secara sepihak oleh Pihak I dilakukan apabila:
1. Keterlambatan pekerjaan yg hasilnya tidak dapat ditunda;
2. Pihak II diyakini tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaan
dalam waktu 50 hari setelah berakhirnya waktu pelaksanaan;
3. Pihak II tidak mampu menyelesaikan pekerjaan dalam waktu 50
hari setelah berakhirnya waktu pelaksanaan;
4. Cidera janji dan tidak melakukan perbaikan dalam waktu yang
ditetapkan;
5. Pihak II melakukan KKN, kecurangan, pemalsuan, kesalahan
prosedur, pelanggaran persaingan sehat dan telah dinyatakan oleh
instansi berwenang.
• Pemberian kesempatan kepada Pihak II untuk menyelesaikan
pekerjaan sampai dengan 50 hari kalender sejak masa
berakhirnya
pelaksanaan, dan dapat melampaui tahun anggaran ^ untuk APBD
dapat dilihat dalam Permendagri 38/2018.

• Dalam hal dilakukan pemutusan Kontrak secara sepihak oleh


Pihak I karena kesalahan Pihak II, Pokja ULP dapat melakukan
Penunjukan Langsung kepada pemenang cadangan berikutnya
pada paket pekerjaan yang sama atau Pihak II lain yang mampu
dan memenuhi syarat
Apabila terjadi pemutusan kontrak akibat kesalahan Pihak II:
1. Jaminan Pelaksanaan dicairkan dan distor ke kas Negara/ Daerah
2. Sisa Uang Muka dilunasi atau Jaminan Uang Muka dicairkan dan distor
ke kas Negara/Daerah
3. Pihak II membayar denda
4. Pihak II dimasukan dalam Daftar Hitam

Dalam hal terjadi pemutusan kontrak akibat Pihak I terlibat


penyimpangan prosedur, KKN atau pelanggaranan persaingan sehat
85

dalam proses pengadaan maka Pihak I dikenai sanksi berdasarkan


peraturan yang berlaku.

Hal-hal lain yang bersifat spesifik diatur di dalam kontrak


Pengadaan Barang/ Jasa yang Dikecualikan
Pengadaan Barang/Jasa yang Dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah adalah Pengadaan
Barang/Jasa yang ketentuannya
dikecualikan baik sebagian atau
seluruhnya dari ketentuan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana
diatur dalam Peraturan Presiden Nomor
16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
Ruang lingkup pemberlakuan Peraturan Lembaga ini meliputi:
86

a. Pengadaan Barang/ Jasa pada BLU;


b. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan berdasarkan tarif barang/jasa
yang dipublikasikan
secara luas kepada masyarakat;
c. Pengadaan Barang/ Jasa yang dilaksanakan sesuai dengan praktik bisnis
yang sudah mapan;
dan/ atau
d. Pengadaan Barang/ Jasa yang diatur dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
PENGADAAN BARANG/JASA PADA BLU
(1) Pengadaan Barang/Jasa pada BLU diatur tersendiri dengan
peraturan pimpinan BLU.
(2) Pengaturan Pengadaan Barang/Jasa dalam peraturan pimpinan
BLU meliputi perencanaan
pengadaan, persiapan
pengadaan, persiapan
pemilihan, pelaksanaan
pemilihan, dan pelaksanaan
kontrak.
(3) BLU mengumumkan rencana Pengadaan Barang/Jasa kedalam
aplikasi Sistem Informasi
Rencana Umum Pengadaan
(SIRUP).
(4) BLU menyampaikan data Kontrak dalam aplikasi SPSE.
(5) Dalam hal BLU belum menetapkanperaturanpimpinan BLU,
pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa pada BLU
berpedoman pada peraturan
perundang-undangan
dibidang Pengadaan
PENGADAAN BARANG/JASA YANG
DELAKSANAKAN BERDASARKAN TARBF
BARANG/JASA YANG DIPUBLIKASIKAN SEC ARA
LUAS KEPADA
MASYARAKAT
(1) Pada tahapan perencanaan pengadaan, PA/KPA menyusun perkiraan
biaya/RAB berdasarkan perkiraan jumlah kebutuhan dan tarif barang/jasa.
(2) Pada tahapan persiapan pengadaan, PPK menetapkan mekanisme 88

pembayaran melalui pembayaran secara berlangganan/periodik atau


pembayaran keseluruhan atas pembelian barang/jasa.
(3) Tahapan persiapan dan pelaksanaan pemilihan tidak perlukan.
(4) Tata cara pelaksanaan Kontrak dan pembayaran dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Penyedia.
♦Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai
dengan tarif barang/jasa yang dipublikasikan
secara luas kepada masyarakat meliputi namun
tidak terbatas pada:
a. Listrik;
b. Telepon/komunikasi; 89

c. Air bersih;
d. Bahan Bakar Gas; atau
e. Bahan Bakar Minyak.
PENGADAAN BARANG/JASA YANG
DELAKSANAKAN BERDASARKAN PRAKTIK
BISNIS YANG SUDAH MAPAN
(1) Pemilihan Penyedia dilaksanakan melalui kompetisi, nonkompetisi, atau mengikuti
lelang.
(2) Pada tahapan persiapan pengadaan, PPK dapat menetapkan HPS untuk pemilihan
Penyedia yang dilakukan melalui kompetisi.
(3) Pokja Pemilihan melakukan persiapan dan pelaksanaan pemilihan untuk:
a. pemilihan penyedia yang dilaksanakan melalui kompetisi;
b. pemilihan penyedia yang dilaksanakan melalui nonkompetisi dengan nilai pagu
anggaran paling sedikit diatas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); atau
c. pemilihan penyedia yang dilaksanakan melalui mengikuti lelang dengan nilai pagu
anggaran paling sedikit diatas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(4) Pejabat Pengadaan melakukan persiapan pemilihan dan pelaksanaan pemilihan
melalui nonkompetisi dan melalui mengikuti lelang dengan nilai pagu anggaran paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

(5) Tata cara pelaksanaan Kontrak dan pembayaran dilakukan sesuai dengan mekanisme
pasar.
Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai dengan praktik bisnis yang
sudah mapan, meliputi:
a. Pelaksanaan transaksi dan usahanya telah berlaku secara umum dalam persaingan
usaha yang sehat, terbuka dan pemerintah telah menetapkan standar biaya untuk
harga satuan barang/jasa tersebut;
b. Jumlah permintaan atas barang/jasa lebih besar daripada jumlah penawaran
(excess demand) dan/atau memiliki mekanisme pasar tersendiri sehingga pihak
pembeli yang menyampaikan penawaran kepada pihak penjual;
c. Jasa profesi tertentu yang standar remunerasi/imbalan jasa/honorarium, layanan
keahlian, praktik pemasaran, dan kode etik telah ditetapkan oleh perkumpulan
profesinya; dan/atau
d. Barang/jasa yang merupakan karya seni dan budaya dan/atau industri
kreatif.
CATATAN
❖ Karena arahan dalam tujuan kurikulum ke
pengendalian kontrak, masih banyak hal yang
perlu dibahas lebih intensif lagi.
❖ Pada bahan pelatihan ini, saya baru dapat
memberikan gambaran sepintas saja.
❖ Untuk lebih mendalami masalah pengendalian
kontrak silahkan kalau memang ada yang perlu
saya berikan tambahan penjelasan.
TUGAS PERORANGAN
❖ Buatlah Resume/Rangkuman Mata
Pelatihan ini.
❖ Dibuat dalam 1500 kata dengan format pdf
1,5 spasi dan jenis huruf Arial . 93

❖ Agar di upload dalam LMS sebagai lesson


learn.
TERIMA KASIH,
SEMOGA SELALU DALAM
LINDUNGAN ALLAH SWT….,
AAMIIN YA ROBB

Disampaikan Oleh :
Drs. Daud Achmad, M.AP.
Widyaiswara Ahli Utama

Anda mungkin juga menyukai