Anda di halaman 1dari 49

Kecelakaan Akibat Kerja dan

PAK
di RS

05/19/2021 KAK & PAK dirumah sakit 1


Latar Belakang

• Kecelakaan kerja dan PAK dapat dialami semua tenaga


kerja di rumah sakit akibat pajanan berbagai bahan
berbahaya biologik, kimia, fisik di dalam lingkungan
rumah sakit sendiri.

• Untuk itu diperlukan pencegahan berupa upaya


Keselamatan dan Kesehatan kerja di rumah sakit (K3 di
RS) yang telah didukung perangkat hukum, guna
mewujudkan produktivitas kerja optimal.

2
Sumber PAK

Di lingkungan kerja
Di lingkungan masyarakat
(Pneumoconiosis,
(Influenza, typhus, malaria
Dermatosis kontak,
Darah tnggi, DM)
Ketulian, Reynaud)
Kecelakaan Kerja
adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,
termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari
rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan
penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja
(Pasal 1 ,UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN)

, Pasal 11 (ayat 1) UU No.1 / 1970 ttg Keselamatan Kerja

“ Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan


yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya
pada pejabat yang diyunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja”
Peraturan Perundang undangan

UU NO.1 1970
KESELAMATAN KERJA

PERMENKES NO.56/2016 UU NO.40/2004


PENYELENGGARAAN SISTEM JAMINAN SOASIAL
NASIONAL.
PELAYANAN PENYAKIT
AKIBAT KERJA

UU NO.36/2009
KESEHATAN  BAB XII pasal
PERPRES NO.7/2019 164, 165.
PENYAKIT AKIBAT KERJA

PP NO.82/2019
MENGGANTIKAN PP NO.44/2015
PERUBAHAN TERUTAMA PADA
MANFAAT YANG DITERIMA
Jenis penyakit yang diderita
(PERDOKI (ILO, WHO, ACOEM) tahun 2011)

1. a. Penyakit Akibat Kerja (Occupational Diseases)


 penyakit yg mempunyai penyebab spesifik atau asosiasi kuat dng
pekerjaan yg sebab utama terdiri dari satu agen penyebab yg sdh
diakui (evidance based ada)

b. Penyakit Yang berhubungan dengan pekerjaan (Work Realted


Disease)
 penyakit yg mempunyai bbrp agen penyebab, dimana faktor
pekerjaan memegang peranan penting bersama dengan faktor risiko
lainnya dalam berkembangnya penyakit

Kedua jenis penyakit ini disebut PAK bila bisa dibuktikan dengan
tahapan 7 langkah diagnosis PAK
2. Penyakit diperberat oleh pekerjaan / lingkungan kerja
atau Penyakit yang mengenai Populasi Pekerja (Disease
affecting working population)
 penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen
penyebab di tempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi
lingkungan pekerjaan yang buruk

3. Penyakit bukan Penyakit akibat kerja


Umumnya termasuk penyakit umum (yang ada pada masyarakat
umum)
Pajanan tidak menyebabkan penyakit akibat kerja
. Bahaya Potensial di RS
Bahaya potensial di RS dapat mengakibatkan penyakit
dan kecelakaan akibat kerja.
Faktor yang menyebabkan:
• Biologi :virus, bakteri, jamur
• Kimia : antiseptik, gas anaestesi
• Ergonomi : cara kerja yang salah
• Fisika : radiasi, bising, listrik, suhu, getaran
• Psikososial : kerja bergilir, hubungan kary/atasan, beban
kerja.
Bahaya Potensial lain:
• Kebakaran / Peledakan
• Mekanik
• Resiko hukum
PENGERTIAN
1. Penyakit akibat kerja – Occupational Disease:
•Penyakit yg mempunyai penyebab yg spesifik atau
asosiasi kuat dgn pekerjaan, yg pada umumnya terdiri
dari satu agen penyebab yang sudah diakui

– 2. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan


• Work Related Disease:
•Penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab,
dimana faktor pada pekerjaan memegang peranan
bersama dengan faktor risiko lainnya (mencetuskan,
mempermudah timbulnya, memperberat)
10
Pemenaker No.1 /Men/1981 tentang Kwajiban melapor PAK
Pengertian
Keppres PAK :
Penyakit yang disebabkan oleh Pekerjaan atau Lingkungan Kerja

Perpres No. 7 tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja


Pengertian PAK
Penyakit yang disebabkan oleh Pekerjaan dan /atau Lingkungan Kerja

PP.44 tahun 2015 Penyelenggaraan JKK dan JKM


Pengertian PAK
Penyakit yang disebabkan oleh Pekerjaan dan atau Lingkungan kerja.
PAK merupakan penyakit yang berhubungan dengan
• Pekerjaan / Proses kerja
• Lingkunhgan Kerja
• Peralatan / Alat kerja
• Lingkungan kerja
• Bahan kerja

• Artifisial = timbulnya karena adanya pekerjaan


• Terdapat faktor penyebab di tempat kerja
• Man made Diseases = penyakit buatan manusia
• Dapat dicegah
• Mendapatkan kompensasi (compensable)
Kriteria Umum PAK

1. Adanya hubungan antara paparan yang spesifik


dengan penyakit
2. Adanya fakta bahwa frekuensi kejadian penyakit
pada populasi pekerja lebih tinggi dari pada
masyarakat umum
3. Oleh karena pekerjaan atau lingkungan kerja
4. Ada kaitan dengan waktu kerja atau waktu istirahat
…lanjutan

5. Biasanya tidak menular / menurun (kecuali PAK


karena infeksi)
6. Dalam satu unit kerja biasanya kasusnya lebih
dari satu orang
7. Gejala / keluhannya timbulnya bisa lama
8. Dapat dicegah dengan mengendalikan lingkungan
kerja.
PERATURAN PRESIDEN No 7 tahun 2019 tentang PAK

Pasal 2 :
ayat 1. Pekerja yang didiagnosa PAK berdasarkan
surat keterangan dokter berhak atas manfaat JKK
meskipun hubungan kerja telah berakhir

Ayat (2). Hak atas manfaat JKK sebagaimana dimaksud pada a


ayat (1) diberikan apabila PAK timbul dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak
hubungan kerja berakhir.
Ayat (3). PAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi j
jenis penyakit

a. Yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari aktivitas


pekerjaan
b. Berdasakan sistem organ
c. Kanker akibat kerja dan
d. Spesifik lainna.
ayat (4 ): Lampiran Perpres 7 tahun 2019

I. Penyakit yang disebabkan Pajanan Faktor yang


timbul dari aktivitas pakaerjaan
a. Disebabkan faktor kimia : 39
b. Disebabkan faktor fisika : 7
c. Disebabkan faktor biologi, infeksi atau parasit : 9

II. Penyakit berdasarkan Sistem target organ


a. Saluran Pernafasan : 12
b. Penyakit Kulit : 3
c. gangguan otot dan kerangka : 8
d. gangguan mental dan perilaku : 2
7 LANGKAH DIAGNOSIS OKUPASI
Permenkes no 56 tahun 2016, pasal 4

Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3:


Paparan di tempat kerja Hubungan antara pajanan
Diagnosis Klinis dengan Penyakit /Diagnosis
Klinis

Langkah 6: Langkah 5: Langkah 4:


Faktor lain di luar pekerjaan Faktor-faktor individu Kecukupan paparan (Apakah
yang berperan pajanan yang dialami cukup
besar?)

Langkah 7:
Tentukan Diagnosis Okupasi:
PAK / Diperberat Pekerjaan /Bukan PAK
Data Pendukung
Hasil MCU
Awal. Periodik, khusus

Hasi Pemeriksaan Lingkungan


Kerja

Rekam medis di Klinik

Hasil Pemeriksaan lapangan di


tempat kerja
Bahaya Potensial di RS
(Kepmenkes No. 432/Menkes/SK/IV/2007)
Pekerja paling
No Bahaya Potensial Lokasi
berisiko
FISIK : IPS-RS, Laundri, Dapur, CSSD, Karyawan yang bekerja
1.
Bising Gedung genset-boiler,IPAL di lokasi tersebut
Ruang mesin-mesin dan
Perawat, Cleaning Service
Getaran peralatan yang menghasilkan
dll
getaran (ruang gigi dl )
Genset, Bengkel kerja, Petugas sanitasi, teknisi
Debu laboratorium gigi, gudang gigi, petugas IPS dan rekam
rekam medis, incinerator medis
CSSD, Pekerja dapur, pekerja
Panas Dapur,laundry,incinerator,boil laundry, petugas sanitasi,
er dan IP-RS
Ahli radiologi,
X-Ray, OK yang menggunakan radiotherapist dan
Radiasi c-arm, ruang fisioterapi, init radiographer, ahli
gigi fisioterapi dan petugas
roentgen gigi

05/19/2021 KAK & PAK dirumah sakit 21


Pekerja paling
No Bahaya Potensial Lokasi
berisiko
KIMIA : Petugas kebersihan,
2. Semua Area
Disinfektan Perawat
Farmasi, tempat Pekerja farmasi, perawat,
Cytotoxics pembuangan limbah, petugas pemngumpul
bangsal sampah

Ethylene oxide Kamar Operasi Dokter , perawat

Petugas kamar mayat,


Laboratorium, Kamar
Formaldehyde petugas laboratorium dan
mayat, gudang farmasi
farmasi
Methyl :
Petugas/dokter gigi, dokter
Methacrylate, Ruang Pemeriksaan gigi
bedah,perawat
Hg ( amalgam )
Teknisi, Petugas
Laboratorium, bengkel
Solventa Laboratorium, petugas
kerja, semua area di
pembersih
RS

22
No Bahaya Potensian Lokasi Pekerja paling berisiko
Ruang operasi gigi, OK, ruang Dokter gigi, Perawat, dokter bedah,
Gas-gas anaestesi
pemulihan (RR) dokter/perawat anaestesi
BIOLOGIK : IGD, Kamar operasi, ruang
AIDS, Hepatitis B dan Non pemeriksan gigi, laboratoeium Dokter , dokter gigi, perawat
A- Non B , laundry
Perawat, dokter yang bekerja di bagian
Cytomegalovirus Ruang Kebidanan, ruang anak
ibu dan anak
3.
Rubella Ruang ibu dan anak Dokter dan perawat
Bangsal, Laboratorium, ruang Perawat yang menangani pasien dan
Tuberculosis
isoslasi barang
ERGONOMIK
Area pasien dan tempat Petugas yang menangani pasien dan
4. Pekerjaan yang dilakukan
penyimpanan barang (gudang) barang
secara manual

Postur yang salah dalam


Semua area Semua karyawan
melakukan pekerjaan
Dokter gigi, petugas pembersih,
fisioterapis, sopir, operator computer,
Pekerjaan yang berulang Semua area
yang berhubungan dengan pekerjaan
juru tulis
PSIKOSOSIAL
Sering kontak dengan
5 pasien, kerja bergilir, kerja Semua Area Semua karyawan
berlebih, ancaman secara
fisik

05/19/2021 KAK & PAK dirumah sakit 23


PELAPORAN PAK (PP.88 th 2019 ttg KES. KERJA)
a. Laporan ke Dinas Tenaga Kerja / Kesehatan setempat
b. Laporan ke BPJS Ketenagakerjaan/ TASPEN / ASABRI
.
1. Laporan tahap I, setelah didiagnosis
Form. KK2 (2 x 24 jam)
2. Laporan tahap II setelah dinyatakan
a. sembuh (normal atau cacat b. meninggal
Form. KK3 (2 x 24 jam)

Instansi yang wajib lapor adalah Fasyankes dan Pemberi


Kerja
PELAPORAN kasus
PAK
Kasus BPJS KETENAGAKERJAAN/
TASPEN / ASABRI
PAK Lapor tahap I
Dinas naker / kesehatan

Diperiksa
Diobati
Dirawat

BPJS KETENAGAKERJAAN /
TASPEN / ASABRI
SEMBUH Lapor tahap Ii
(normal / Dinas naker/ Kesehatan
cacat)

MENINGGAL
Perbedaan pendapat
(BPJS Ketenagakerjaan / TASPEN / ASABRI , pekerja,
pengurus / pemberi kerja)

tentang ; . Penetapan PAK / bukan PAK


- {Penetapan persentasi cacad.

Terdapat mekanisme banding (karyawan swasta)


1. Banding Tk1 ke Dinas Naker
2. Banding Tk 2 ke Menaker

.
TATA LAKSANA PAK
1. Tata laksana Medis
- Sesuai PAK
2. Tata Laksana Okupasi
A, Edukasi / pencegahan
B. Pengendalian untuk mencegah kasus
berikutnya
C. Penilaian kelayakan kerja
D. Melakukan diagnose dini pekerja lain
E. Penilaian cacat
F. Program RTW
Jenis kecacatan penyakit akibat kerja
cacat anatomis dan cacat fungsi.

cacat anatomis cacat fungsi.

29
Tenaga non medis - Pencucian
(Laundry)
Petugas pengumpul, pencuci dan distribusi kembali linen
kotor yang digunakan pasien, akan terpajan mikroorganisme
patogen secara tetap.
Untuk menghindari pajanan tetap tersebut, petugas cuci
harus melakukan:
 Semua linen kotor disatukan dalam kantong plastik,
disimpan secara hati-hati. Sesampai di ruang cuci, linen
kotor langsung dituang dari kantong (tidak dipegang
tangan) langsung ke dalam mesin cuci kosong, tidak
bercampur dengan cucian lain.

 Kantong plastik pengumpul linen kotor diberi tanda


atau terpisah, misalnya kantong plastik linen pasien
berisiko tinggi seperti penderita Hepatitis, AIDS
terpisah dengan pasien lain. 30
 Petugas sortir linen bersih, juga harus memperhatikan
kebersihan diri, karena dapat menjadi sumber infeksi.

 Petugas cuci harus memakai sarung tangan karet


sebagai pencegahan dasar penyebaran infeksi. Petugas
cuci dapat menderita dermatitis kontak akibat deterjen
dan bahan kimia lain untuk cuci. Dapat pula terpajan
mikroorganisme yang terbawa aerosol

31
Housekeeping

 Petugas kebersihan mempunyai risiko terbesar terpajan bahan biologi


berbahaya (biohazard). Kontak dengan alat medis sekali pakai
(disposable equipment) seperti jarum suntik bekas, selang infus bekas.

 Membersihkan ruangan rumah sakit dapat meningkatkan faktor


terkena infeksi. Karena debu bahan kimia yang beterbangan saat
mengepel lantai maka debu yang ditumpangi mikroorganisme patogen
bertebaran di udara, dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan.
 Debu sebaiknya dihisap dengan vacuum cleaner.

 Desinfektan pembersih lantai yang sudah diencerkan dengan air


di dalam ember pel harus digunakan dalam waktu 24 jam, agar
tidak kehilangan sifat antimikrobanya

32
Gizi (penyiapan makanan)
 Petugas penyiapan makanan dapat terpajan salmonela,
botulism dari bahan mentah ikan, daging dan sayuran

 Pencegahan terpenting adalah tangan bersih dan


menggunakan alat bersih. Kulkas penyimpanan bahan
makanan mentah yang sudah dibersihkan diatur
suhunya dan kebersihannya agar bakteri atau jamur
tidak sempat berkembang biak.

 Memasak yang benar-benar matang akan


membunuh salmonela. Petugas yang sedang
menderita gangguan gastrointestinal diliburkan
dan diobati sampai sembuh. 33
Farmasi
Apoteker yang berkomunikasi dengan pasien kanker
dapat terpajan obat anti neoplastik

Contoh Kecelakaan di laboratorium 2 jenis yaitu :

1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien


2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas
laboratorium itu sendiri.

34
Sterilisasi
a. Gas etilen oksida (ethylene oxide) sering digunakan
sebagai gas sterilisasi alat medis. Menjadi berbahaya bila
sistem pembuangan sterilisasi rusak/macet, sehingga
uap gas ini terhirup petugas.
b. Etilen oksida merupakan gas tidak berwarna,
mudah terbakar dan meledak bila mencapai
konsentrasi 3% di udara (1,5).
c. Efek etilen oksida bersifat mutagenik, sitogenik,
karsinogenik pada hewan percobaan. Efek toksik
utama pada traktus respiratorius dan saran pada
pajanan dosis tinggi, akan menyebabkan katarak
d. Petugas hamil dilarang bekerja di ruangan ini.
Ruangan sebaiknya dibuka setelah selesai
sterilisasi alat.
35
Laboratorium

Pemeriksa di laboratorium akan terpajan bakteri,


antara lain TB dan virus Hepatitis B. Petugas harus
menjaga kesehatan dan kebersihan pribadi untuk
mencegah tertular penyakit, serta selalu memakai
sarung tangan karet pada saat bekerja.

Mencuci tangan setiap akan memulai dan setelah


bekerja, mengenakan jas laboratorium, yang harus
selalu ditinggal di dalam laboratorium.
Tidak makan makanan di ruang lab

36
Petugas Radiologi

Radiasi adalah risiko berbahaya di lingkungan


rumah sakit dan usaha penanggulangannya sudah
dilakukan.

Rumah sakit sebaiknya mempunyai petugas yang


bertanggung jawab (safety officer) atas
keamanan daerah sekitar radiasi dan
perlindungan bagi petugasnya.

Petugas hamil sebaiknya dilarang bekerja, walau hal


ini masih diperdebatkan
37
Tenaga Medis - Perawat
 Setiap hari kontak langsung dengan pasien dalam waktu
cukup lama (6-8 jam/hari), sehingga selalu terpajan
mikroorganisme patogen. Dapat menjadi pembawa infeksi
dari satu pasien ke pasien lain, atau ke perawat lainnya.
Harus sangat berhati-hati (bersama apoteker) bila
menyiapkan dan memberikan obat-obatan antineoplastik
pada pasien kanker.

 Selalu mencuci tangan setelah melayani pasien, melepas


masker dan kap (topi perawat) bila memasuki ruangan
istirahat atau ruangan makan bersama. Abortus spontan,
lahir prematur dan lahir mati sering dialami perawat yang
bertugas di ruang rawat inap/ bangsal perawatan (2,4,5)
38
Nyeri pinggang (back injuries) merupakan
keluhan terbanyak dari cedera tersebut dan lebih
banyak menimpa perawat wanita

Penyebabnya adalah seringnya kerja otot statik,


seperti mengangkat pasien dan kerja bergilir
(work shift)

39
Dokter
 Dokter dapat tertular dan menularkan penyakit pada pasiennya.
Penyakit yang sering menular kepada dokter adalah TB, Hepatitis
B, HIV, Rubella, Cytomegalovirus, Hepatitis C

 Terpajan bahan kimia berbahaya dosis rendah dapat terjadi di dalam


pelayanan sehari-hari. Di kamar operasi, dokter dan perawat dapat
terpajan gas anestesi nitrous oxide dan halotan yang mudah menguap,
merembes menembus masker, dapat pula akibat hembusan nafas
pasien yang sedang operasi.

 Pajanan kronisnya dapat menyebabkan gangguan somatik, berupa


sakit kepala, mual sampai gangguan susunan saraf pusat, fertilitas
bertambah dan gangguan kehamilan .

40
Dokter Gigi
 Tingginya kadar HBs Ag dan anti HBC para dokter gigi dibandingkan
dengan tenaga kesehatan gigi lainnya karena penularan ini melalui
pajanan air ludah pasien
 Penyakit infeksi akibat kerja lainnya adalah TB, AIDS
 Penggunaan sarung tangan karet dan masker sangat berarti dalam
upaya pencegahan.
 Pajanan kronis merkuri dapat terjadi melalui amalgam, bahan yang biasa
digunakan menambal lubang gigi . Pajanan dosis rendah komponen
merkuri dapat menyebabkan kelelahan, lesu, anoreksia berkepanjangan
dan gangguan gastrointestinal. Tremor adalah utama keracunan kronis
merkuri. Gunakan bahan pengganti amalgam, bahan non merkuri,
seperti glass ionomer cement atau resin composite
 Nyeri pinggang akibat posisi kerja tubuh yang kurang ergonomis.

41
Pencegahan dan Pengendalian
Upaya K3RS dibagi dalam 2 bidang;, kesehatan kerja dan
keselamatan kerja;
1. Kesehatan Kerja
Pelayanan Promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk
endapatkan tenaga kerja berstatus kesehatan optimal dengan gizi baik,
semangat kerja tinggi sehingga efisien dan produktif.
Kegiatan a.l :
- Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala pada tenaga kerja
tertentu.
- Imunisasi Hepatitis B, bagi tenaga kerja yang sering
berhubungan dengan cairan tubuh, seperti
perawat yang memasang infus, transfusi darah.
- Pengobatan tenaga kerja yang sakit, untuk menghentikan
perjalaran penyakit dan komplikasinya.

42
…… lanjutan..
2. Keselamatan Kerja
•Menghindari atau memperkecil kecelakaan kerja di tempat kerja
karena ketidaktahuan atau kurang mengerti penggunaan alat kerja
serta risiko bahaya yang menyertainya.
Kegiatan a.l :
 Latihan kerja aman, latihan penggunaan alat kerja dan alat
pelindungdiri (APD).
 Komunikasi, dengan cara pertemuan singkat sebelum bekerja
(safety talk), pemasangan poster mengenai keselamatan kerja.
 Pengawasan dan monitoring dengan alat terhadap bahan
berbahaya secara berkala ruangan kerja dan lingkungan kerja
yang dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang
berlaku.
 Sistem perlindungan bahaya kebakaran di rumah sakit, dengan
merencanakan pintu keluar darurat, sistem peringatan bahaya
(alarm system), sumber air terdekat, perawatan alat pemadam
43
kebakaran.
3. Pemantauan lingkungan Kerja

1. Penyehatan lingkungan RS dilakukan setiap triwulan secara


berjenjang
2. Pemantauan kualitas udara ruang yang minimal 2 kali per
tahun
3. Pemantauan bahan makanan dilakukan minimal sekali setiap
bulan, diambil sampel untuk konfirmasi laboratotium
4. Pemeriksaan air minum dan air bersih dilakukan 2 kali
setahun.
•.
.

• 5. Perbaikan tangga (karet anti terpeleset, hand ral, tangga
dan pintu darurat
• 6. Pemasangan detektor (asap, panas)
• 7. Pemasangan alat komunikasi
• 8. Penyempurnaan pengilahan limbah
• 9. Perbaikan dan penyempurnaan ventilasi dan
pencahayaan.
4, Pemantauan Karyawan
1. Inventarisasi seluruh kayawan beserta tenpat kerja
2. Laporan karyawan yang sakit
3. Jumlah kunjungan karyawan yang berobat ke poli
4. Usulan MCU untuk yang sering sakit
5. Usulan skrening test untuk karyawan yang bekerja di
tempat berisiko tinggi (IGD, dapur)
6. Pelatihan K3 di luar dan di dalam RS
7. Usulan pembelian APD, pakaian kerja (topi, masker,
sarung tangan)
8. Perbaikan kesejahteraan karyawan (makanan tambahan,
fasilitas kesehatan)
Manfaat JKK & JKM PP 44/2015 & PP 82/2019

1. Darat : Rp 5 jt
2. Laut : Rp 2 jt
3. Udara : Rp 10 jt
Transportasi
• Cacat fungsi : % kurang fungsi X % table X 80 bln upah
• Cacat tetap sebagian/anatomis : % table X 80 bln upah
• Cacat tetap total : 70% X 80 bln upah
Kecacatan/
RTW
• Santunan berkala sekaligus Rp 12 jt

• Unlimited
• Homecare max 20 jt dengan diagnosa PAK
Pengobatan • 6 bulan I dan II 100% upah, Seterusnya 50% upah

• Santunan langsung Rp 20 jt
• Biaya pemakaman Rp 10 jt
Santunan • Beasiswa bagi anak yang masih bersekolah
kematian
KESIMPULAN
Rumah sakit tidak lagi menjadi tempat aman bagi
tenaga kerjanya, karena banyak berkumpul bahan
berbahaya biologik, kimia dan fisik yang setiap saat
dapat terpajan kepada tenaga kerjanya.

Sebelum timbul kecelakaan dan penyakit akibat


kerja dan penyakit lainnya maka diperlukan
upaya pencegahan berupa program K3RS

Upaya K3 di RS ditujukan kepada karyawan,


peralatan kerja, lingkungan kerja, sarana
prasarana, prosedr dan tatakerja 48
MOKASI YO
MAULIATE
SYUKRON
SAUHO GOLO
SAKALANGKONG
HATUR NUHUN

TENG KIYU

Anda mungkin juga menyukai