Anda di halaman 1dari 14

MATERIALITAS dan RESIKO

• Kasus : Kau bilang telah melakukan pekerjaan dengan baik,


tetapi ternyata perusahaannya bangkrut !
• “Kami melaksanakan audit berdasarkan standar profesional
akuntan publik. Standar tersebut mengharuskan kami
merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh
keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji material” (Paragrap scope)
• “Memperoleh keyakinan yang memadai”
Memberikan informasi kepada para pengguna laporan bahwa auditor
tidak dapat memberikan garansi atau memastikan kewajaran dari
penyajian laproan keuangan
Terdapat sejumlah Resiko bahwa laporan keuangan tidak disajikan
dengan wajar bahkan jika pendapat auditor yang diterbitkan adalah
unqualified
• “Bebas dari salah saji material”
memberikan informasi kepada para pengguna laporan bahwa
tanggungjawab auditor terbatas pada informasi keuangan yang material
Materialitas
• FASB 2 definisi materialitas  besarnya nilai penghapusan
atau kesalahan penyajian informasi keuangan yang dalam
hubungannya dengan sejumlah situasi yang melingkupinya,
membuat hal itu memiliki kemungkinan besar bahwa
pertimbangan yang dibuat oleh seorang yang
mengandalkan informasi tersebut akan berubah atau
terpengaruh oleh penghapusan atau kesalahan penyajian
tersebut
• Tanggung jawab auditor  menentukan apakah laporan
keuangan mengandung kesalahan penyajian yang material
• Tahapan dalam penerapan materialitas (lihat Gambar 9-1)
Menetapkan Pertimbangan Awal tentang
Materialitas
• SAS 47 (AU 312)  Pertimbangan awal tentang tingkat
materialitas (preliminary judgment about materiality)
 Nilai kesalahan penyajian gabungan dalam laporan keuangan yang
menurut auditor material (ditetapkan pada awal penugasan audit)
• Berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan
– Materialitas lebih merupakan konsep yang relatif
bukannya absolut
– Sejumlah dasar pertimbangan diperlukan untuk
mengevaluasi tingkat materialitas
– Faktor kualitatif pun mempengaruhi tingkat materialitas
• Berbagai panduan terilustrasi (lihat Gambar 9-2)
• Aplikasi pada Hillsburg Hardware
Mengalokasikan Pertimbangan Awal Tingkat Materialitas
Segmen (Salah Saji yang Masih Dapat Ditoleransi)
– Dilakukan selama masa perencanaan (Lihat Tahap ke-2 dalam Gambar 9-1)
– Wajib dilakukan  bukti audit terkumpul berdasarkan segmen bukan
berdasarkan laporan keuangan secara keseluruhan
– Mayoritas praktisi mengalokasikan tingkat materialitas ke akun neraca
daripada mengalokasikannya ke akun laporan laba rugi
– Tingkat materialitas ke saldo akun  salah saji yang masih dapat
ditoleransi (tolerable misstatement / SAS 39 (AU 350))
– Tiga kesulitan dalam upaya mengalokasikan tingkat materialitas ke akun
neraca (segmen) :
1.Auditor memiliki ekspektasi bahwa sejumlah akun tertentu
mengandung lenih banyak salah saji daripada akun lainnya
2.Baik salah saji lebih (overstatement) maupun salah saji kurang
(understatement) harus tetap dipertimbangkan
3.Biaya audit secara relatif mempengaruhi pengalokasian ini (lihat
Gambar 9-3)
• Ilustrasi alokasi (lihat Gambar 9-3)
Mengestimasi Nilai Salah Saji serta
Membandingkannya dengan Nilai Pertimbangan Awal
– Dua tahap pertama  penerapan materialitas dalam suatu perencanaan,
– Tiga tahap terakhir (3,4 dan 5 dalam Gambar 9-1)  hasil dari pelaksanaan
sejumlah uji audit
– Lihat Tabel 9-1  ilustrasi ketiga tahap terakhir dalam menerpakan tingkat
materialitas
– Salah satu cara untuk menghitung estimasi salah saji  membuat suatu proyeksi
langsung dari sampel yang ada pada populasi serta menambahkan suatu
estimasi atas sampling error
– Perhitungan Proyeksi Langsung atas Estimasi Salah Saji (Direct Projection
Estimate of Misstaatement) :
Nilai salah saji bersih yang
Terkandung dalam Sampel Total Nilai Populasi Proyeksi langsung
------------------------------------------ X yang tercatat = atas estimasi salah saji
Total Sampel
• Ilustrasi alokasi
Resiko
 Ketidakpastian dalam melaksanakan fungsi auditnya
 Terdapat hubungan yang erat antara materialitas dengan resiko
• Ilustrasi yang berkaitan dengan sejumlah resiko dan bukti (lihat Tabel 9-2)
• Model resiko audit (audit risk model) untuk perencanaan
– Digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan resiko yang ada dalam merencanakan
bukti audit yang akan dikumpulkan pada setiap siklusnya
– SAS 39 (AU 350)  sampling audit
– SAS 47 (AU 312)  materialitas dan resiko
AAR
PDR = ---------------
IR X CR
dimana :
PDR = Planned Detection Risk (Resiko Deteksi Terencana)
AAR = Acceptable Audit Risk (Resiko Akseptibilitas Audit)
IR = Inherent Risk (Resiko Inheren)
CR = Control Risk (Resiko Pengendalian)
Jenis Resiko
• Planned detection risk (resiko deteksi terencana)
 Ukuran resiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal mendeteksi
keberadaan salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang masih dapat
ditoleransi, andaikan salah saji semacam itu ada
– Tergantung pada ketiga faktor lainnya yang terdapat dalam model  resiko
deteksi terencana hanya akan berubah jika auditor melakukan perubahan pada
salah satu dari ketiga faktor
– Menentukan nilai bukti substantif yang direncanakan oleh auditor untuk
dikumpulkan, yang merupakan kebalikan dari ukuran resiko deteksi terencana
– Lihat Tabel 9-2 (D)
• Resiko inheren (inheren risk)
Ukuran yang dipergunakan oleh auditor dalam menilai adanya kemungkinan
sejumlah salah saji yang material (kekeliruan dan kecurangan) dalam suatu
segment sebelum ia mempertimbangkan keefektifan pengendalian intern yang
ada
– Asumsi : tidak ada pengendalian intern (karena pengendalian intern untuk
mempertimbangkan resiko pengendalian), rentan adanya kesalahan sajian
dalam laporan keuangan  tingkat resiko inheren tinggi
– Hubungan antara resiko inheren,resiko deteksi terencana dan bukti audit yang
direncanakan  resiko inheren berlawanan dengan resiko deteksi terencana,
tapi mempunyai hubungan yang searah dengan bukti audit
– Semakin meningkatnya bukti audit yang diperlukan untuk tingkat resiko inheren
yang tinggi  diperlukan staff audit yang berpengalaman
Jenis Resiko
• Resiko pengendalian (control risk)
 Ukuran yang digunakan oleh auditor untuk menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat
sejumlah salah saji material yang melebihi nilai salah saji yang dapat ditoleransi atas
segment tertentu akan tidak terdeteksi oleh pengendalian intern klien
– Resiko pengendalian menunjukkan :
• Penilaian tentang apakah pengendalian intern yang dimiliki klien efektif untuk
mencegah atau mendeteksi terjadinya salah saji
• Kehendak auditor membuat penilaian berada dibawah nilai maksimum (100%) sebagai
bagian dari rencana audit yang dibuatnya
– Semakin efektif pengendalian intern  semakin rendah faktor resiko pengendalian
– Hubungan antara resiko pengendalian dan resiko deteksi  saling berlawanan
• Resiko akseptibilitas audit
 Ukuran atas tingkat kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan
keuangan mungkin masih mengandung salah saji yang material setelah audit selesai
dilaksanakan serta suatu laporan audit unqualified telah diterbitkan
– Tingkat resiko akseptibilitas audit rendah  auditor ingin memperoleh tingkat keyakinan
yang lebih tinggi bahwa laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang material
– Resiko = 0% (yakin sekali)  audit assurance / overal assurancet = satu dikurangi resiko
akseptibilitas audit dan Resiko = 100%  benar-benar tidak yakin
– Hubungan antara resiko akseptibilitas audit dengan resiko deteksi terencana  searah
– Hubungan antara resiko akseptibilitas audit dan bukti audit yang direncanakan 
berlawanan
Menilai Resiko Akseptibilitas Audit
 Lebih baik dilakukan selama fase perencanaan audit

• Pengaruh resiko perjanjian pada resiko akseptibilitas audit


– Resiko Perjanjian (engagement risk)
 Resiko yang akan diderita oleh auditor atau firma audit akibat hubungan dengan klien,
walaupun laporan audit yang dibuat bagi klien tersebut telah dibuat dengan benar.
• Faktor yang mempengaruhi resiko akseptibilitas audit
– Derajat kebergantungan para pengguna eksternal pada laporan keuangan
• Ukuran usaha klien
• Distribusi kepemilikan
• Sifat dan nilai kewajiban
– Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah penerbitan laporan
audit
• Posisi likuiditas
• Laba (rugi) pada tahun sebelumnya
• Metode pembiayaan pertumbuhan
• Sifat operasi klien
• Kompetensi manajemen
– Evaluasi auditor atas integritas manajemen
• Membuat keputusan resiko akseptibilitas audit
– Auditor harus menilai setiap faktor yang dapat mempengaruhi resiko akseptibilitas audit
(lihat Tabel 9-3)
– Nilai tingkat resiko akseptibilitas audit rendah  klien beresiko membutuhkan lebih banyak
bukti audit yang ekstensif, penugasan personil yang lebih berpengalaman dan/atau suatu
review yang lebih ekstensif pada kertas kerja audit
Menilai Resiko Inheren
• Faktor yang mempengaruhi resiko akseptibilitas inheren
– Sifat bisnis klien
– Temuan audit yang diperoleh dari audit sebelumnya
– Penugasan awal vs. penugasan ulangan
– Pihak terkait
– Berbagai transaksi nonrutin
– Pertimbangan yang diperlukan untuk mengkoreksi pencatatan berbagai
saldo dan transaksi akun
– Penyusun populasi
• Membuat keputusan resiko akseptibilitas inheren
• Memperoleh informasi untuk menilai resiko inheren
– Informasi industri dan bisnis klien
– Kunjungan kepada pabrik dan kantor klien
– Identifikasi atas para pihak terkait
Menilai Resiko Kecurangan
• Untuk menilai resiko kecurangan, kondisi yang harus diperhatikan
saat salah saji material adanya kecurangan :
– Insentif/tekanan
– Kesempatan
– Perilaku/rasionalisasi
• Informasi yang mempengaruhi resiko kecurangan
– Untuk membantu auditor mengevaluasi faktor resiko yang berhubungan
dengan ketiga kondisi tersebut lihat contoh pada Tabel 9-4 dan 9-5
• Membuat resiko dari keputusan kecurangan
• Merespon resiko kecurangan
– Merancang dan melakukan prosedur audit untuk mengarah kepada resiko
kecurangan yang teridentifikasi
– Mengubah keseluruhan perilaku dari audit untuk merespon resiko
kecurangan yang teridentifikasi
– Melakukan prosedur untuk mengarahkan resiko manajemen menguasai
kontrol
Hubungan antara Resiko dengan Bukti Audit dan
Faktor yang Mempengaruhi Resiko
 Lihat Gambar 9-4
 Dua cara auditor mengubah audit untuk merespon resiko :
- Perjanjian itu mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman
- Perjanjian akan ditelaah kembali lebih teliti daripada biasanya
• Resiko audit untuk segmen
– Resiko pengendalian, resiko inheren ditentukan bagi setiap siklus, akun dan
tujuan audit
– Resiko pengendalian akan berbeda bagi akun yang berbeda, tergantung
tingkat efektivitas pengendalian yang ada
– Faktor yang mempengaruhi resiko inheren (tingkat kerentanan terhadap
penyalahgunaan dan tingkat rutinitas transaksi) berbeda dari satu akun ke
akun lainnya
– Resiko akseptibilitas audit umumnya ditetapkan auditor selama fase
perencanaan dan ditetapkan pada tingkat yang sama bagi setiap siklus dan
akun utama
– Tingkat resiko pengendalian dan tingkat resiko inheren sangat bervariasi
antar siklus, akun atau tujuan audit
• Pemakai yang dapat ditentukan sebelumnya
– Lihat Gambar 9-4
Hubungan antara Resiko dengan Bukti Audit dan Faktor
yang Mempengaruhi Resiko
• Mengaitkan nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi dan resiko kepada
tujuan audit yang terkait dengan saldo
• Batasan pengukuran
– Rendah, Sedang dan tinggi
– Tabel 9-6
– Cukup sulit mengukur jumlah bukti audit yang diperlukan bagi suatu tingkat
resiko deteksi terencana
• Kertas kerja atas perencanaan pengumpulan bukti audit dari uji rincian
saldo
– Lihat Gambar 9-5
• Hubungan antara resiko, materialitas dan bukti audit
– Resiko  suatu pengukuran atas ketidakpastian
– Materialitas  suatu pengukuran atas ukuran/besaran
– Konsep materialitas dan resiko dalam auditing  keduanya mengukur tungkat
ketidakpastian suatu nilai pada suatu besaran tertentu
– Lihat Gambar 9-6 (perluasan dari Gambar 9-4 dengan memasukkan unsur nilai
salah saji yang masih diterima)  nilai salah saji yang masih dapat diterima tidak
memberikan pengaruh apapun pada keempat jenis resiko dan sebaliknya, tetapi
secara bersama menentukan jumlah bukti audit yang direncanakan
Mengevaluasi Hasil
• SAS 47, model resiko audit untuk mengevaluasi hasil audit :
AcAR = IR x CR x AcDR
– AcAR (Achieved Audit Risk/Resiko Audit yang Tercapai)
– IR (Inheren Risk/Resiko Inheren )
– CR (Control Risk/Resiko Pengendalian)
– AcDR (Achieved Detection Risk/Resiko Deteksi yang Tercapai)
• Cara untuk mengurangi tingkat resiko audit yang tercapai hingga
mencapai tingkat resiko yang dapat diterima:
– Mengurangi tingkat resiko inheren, resiko pengendalian dan resiko deteksi
yang tercapai dengan meningkatkan uji audit yang substantif
– Lihat Gambar 9-7
• Merevisi resiko dan bukti audit
– Dilakukan jika penilaian awal atas resiko pengendalian atau resiko inheren
telah ditetapkan terlalu rendah atau resiko akseptibilitas telah ditetapkan
terlalu tinggi

Anda mungkin juga menyukai