Anda di halaman 1dari 20

Makna Menjadi Seorang

Pemimpin
Daspar., S.E., M.M

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi Bisnis dan Ilmu Sosial
Universitas Pelita Bangsa
Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai


arti yang sangat luas, tidak terbatas pada
terminologi jabatan saja. Kepemimpinan
juga bisa diartikan sebagai seni (art) untuk
memengaruhi.

Lensufii (2010) mengatakan bahwa


kepemimpinan memiliki keluasan arti,
meliputi ilmu tentang kepemimpinan, teknik
kepemimpinan, seni memimpin, ciri
kepemimpinan, serta sejarah
kepemimpinan.
Pengertian
Kepemimpinan
Menurut Yukl, Leadership in Organization (2010), hlm. 20 dikatakan bahwa:
“Most definition of leadership reflect the assumption that it involves a process whereby
intentional influence is exert over other people to guide, structure and facilitate activities and
relationship in a group and organization. “

Kepemimpinan dari berbagi pakar di seluruh dunia, dan disimpulkan bahwa secara umum,
definisi dari kepemimpinan kebanyakan merefleksikan sebuah asumsi yang menyatakan
kepemimpinan adalah sebuah proses untuk secara sengaja memberikan pengaruh kepada
orang lain. Pengaruh ini digunakan untuk memandu, mengatur, dan memfasilitasi aktivitas
dan hubungan kerja dalam organisasi.
Pengertian
Kepemimpinan
Menurut Achua dan Lussier, Effective Leadership (2010), hlm. 5-6 dikatakan bahwa:
“There is no universal definition of leadership because leadership is complex, and because
leadership is studied in different ways that require different definitions (p. 5). Leadership is the
influencing process of leaders and followers to achieve organizational objective through
change.”

Dikatakan oleh Achua dan Lussier bahwa sebenarnya tidak ada definisi yang universal untuk
menjelaskan tentang kepemimpinan. Hal ini disebabkan oleh begitu kompleksnya masalah
kepemimpinan dan juga dikarenakan bagaimana kepemimpinan itu sendiri dipelajari.
Kepemimpinan yang dipelajari dalam konteks yang berbeda akan memunculkan definisi yang
juga berbeda. Namun secara jelas, Achua dan Lussier mendefinisikan bahwa kepemimpinan
merupakan proses memengaruhi yang dilakukan oleh pemimpin kepada bawahan (pengikut)
untuk mencapai tujuan bersama melalui proses perubahan.
Komponen
Kepemimpinan
Dalam struktur kepemimpinan, pemimpin
tidak dapat berjalan sendiri. Pemimpin adalah
salah satu komponen di dalam kepemimpinan.
Artinya, terdapat beberapa komponen lainnya di
dalam sebuah struktur kepemimpinan, yaitu:

1. Pemimpin (leader)
2. Kemampuan untuk menggerakkan
(ability to motivate)
3. Pengikut (follower)
4. Tujuan atau niat baik (good intention)
5. Organisasi
Elemen Kunci
Kepemimpinan
Achua dan Lussier mengajak kita untuk
lebih jauh mengenal lima elemen kunci dari
kepemimpinan yang terdiri dari pengaruh
(influence), hubungan antara pemimpin
dan bawahan (leader-follower), tujuan
organisasi (organizational objectives),
orang (people) dan perubahan (change).
Kelima elemen ini sangat penting karena
merupakan bagian dari proses
kepemimpinan. Pemimpin menggunakan
pengaruhnya terhadap bawahan agar mereka
termotivasi bekerja untuk mencapai sasaran
yang sudah ditetapkan. Untuk dapat memiliki
pengaruh dan interaksi timbal balik
dibutuhkan hubungan yang baik antara
pemimpin dan orang-orang yang dipimpinnya.
Sasaran Kepemimpinan

Sebagai sasaran akhir dari sebuah


kepemimpinan yang efektif tentunya adalah
tercapainya tujuan bersama atau tujuan
organisasi melalui pengaruh yang diberikan
oleh seorang pemimpin. Kapasitas untuk
memengaruhi dan menggerakkan pengikut
menjadi faktor kunci dari seorang pemimpin
yang efektif. Efektivitas kepemimpinan
seseorang adalah hasil akumulasi dari
interaksi seorang pemimpin dan efektivitas
ini yang merupakan landasan yang penting
yang dibutuhkan agar seorang pemimpin
dapat berpikir secara efektif (Ringer, 2007).
Apakah Pemimpin Dilahirkan atau
Diciptakan?
Apakah Pemimpin Dilahirkan atau
Diciptakan?
Pemimpin pada hakekatnya adalah manusia maka harus dilahirkan. Jadi proses terciptanya
seorang pemimpin bisa karena faktor heredity (yang diturunkan) atau memang sengaja
diciptakan melalui proses dan pelatihan secara kontinu dan terprogram. Yang menjadi
masalah adalah bagaimana kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh seseorang.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan mengenai dikotomi kepemimpinan ini ialah
bahwa seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila (Siagian,
2013):
1. Memiliki bakat-bakat kepemimpinan, jadi secara genetika sudah terbentuk di dalam
dirinya.
2. Bakat-bakat atau talenta tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk
menduduki jabatan tertentu dalam kepemimpinan.
3. Ditopang oleh pengetahuan teoritis yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik
yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.
Tahapan-Tahapan dari Pembentukan Sifat
Berikut
Kepemimpinan
ini adalah tahapan-tahapan dari pembentukan sifat kepemimpinan dalam awal
kehidupan manusia (Lensufii, 2010):

1. Tahap pertama Seorang manusia terbentuk dari pembuahan sel telur oleh sperma. Sel
sperma yang pertama kali berhasil mencapai sel telur dan membuahi sel telur yang sehat
akan membuahkan embrio, cikal bakal seorang manusia. Sejak pembuahan, manusia
memang sudah memiliki bakat untuk menjadi pemimpin atau menjadi yang pertama.
2. Tahap kedua Sel telur yang sudah dibuahi akan berubah menjadi zigot, yang tumbuh
menjadi embrio dan terbentuk sempurna menjadi janin. Sebelum dilahirkan bayi berada
dalam tempat yang paling nyaman, aman, dan hangat dalam rahim sang ibu. Ia juga
mendapatkan sari-sari makanan yang terbaik melalui plasenta sampai pembentukan
tubuhnya sempurna. Peristiwa yang paling mengguncang yang dialami oleh seorang calon
manusia adalah pada saat ia dilahirkan. Bayi akan menangis saat dikeluarkan dari zona
nyamannya (comfort zone) ke dunia asing, dingin, dan tidak steril. Melalui pengalaman
pertamanya yang mengejutkan ini, manusia sudah dilatih untuk menjadi seorang pemimpin,
yaitu tahan menghadapi perubahan yang sangat ekstrem sejak ia dilahirkan.
Tahapan-Tahapan dari Pembentukan Sifat
3. Kepemimpinan
Tahap ketiga Tahap selanjutnya dari latihan menjadi seorang pemimpin adalah
pembentukan rasa percaya diri. Di mata manusia yang normal, bayi terlihat lucu dan tak
berdaya. Bayi memiliki aroma yang khas dan wangi—suatu mode survival yang sangat unik.
Dengan penampilannya yang menggemaskan itu, ia belajar menerima kenyataan bahwa
dirinya disukai oleh orang-orang dan lingkungannya. Bayi menjadi percaya bahwa dirinya
memiliki hak untuk hidup. Seorang pemimpin secara naluriah belajar untuk disukai oleh
sesamanya. Ia tahu bagaimana cara bersikap dan membawa diri dan sadar bahwa dirinya
berharga.
4. Tahap terakhir Ditahap terakhir pada tahun pertama kehidupannya, bayi tumbuh dan
bergerak. Ia belajar mengangkat leher, tengkurap, merangkak dan berjalan. Saat belajar
berjalan, berkali-kali ia terjatuh, merasa sakit namun ia tetap belajar hingga bisa berjalan
dengan baik. Seorang pemimpin telah dilatih untuk menyadari bahwa dalam mencapai
keberhasilan yang diinginkan, mungkin ia akan gagal berkali kali. Meski kegagalan itu
menyakitkan, namun hal itu akan berakhir dengan keberhasilan yang menyenangkan apabila
dilakukan dengan benar.
Paradigma Baru Sebagai Seorang
Pemimpin
Fokus dan perhatian bagi para pemimpin
saat ini bukan lagi kepada bagaimana
mempertahankan sesuatu yang sudah
berjalan baik, atau bagaimana untuk tetap
bertahan dalam mengelola dan memimpin
bawahan. Fokus saat ini adalah bagaimana
seorang pemimpin dapat membaca arah
angin perubahan dan membawa
pengikutnya ke arah perubahan yang
signifikan dan menyeluruh. Saat ini
pemimpin di bidang apa pun harus mampu
dengan cepat membaca situasi dan dengan
cepat pula harus bereaksi terhadap
perubahan tersebut.
Belajar untuk Menjadi Seorang
Pemimpin
Menjadi seorang Pemimpin dalam Gambar
menunjukkan sebuah siklus yang sederhana, dimulai
dari bagaimana setiap hari kita harus bertindak
sebagai seorang pemimpin untuk diri kita sendiri.
Tindakan tersebut menunjukkan siapa diri kita,
berhasil atau tidaknya kita memimpin diri kita sendiri
adalah gambaran dari kualitas keputusan yang kita
buat. Namun, seiring berjalannya waktu kita
membutuhkan orang lain, dalam hal ini mentor yang
dapat memberikan kita umpan balik sebagai bahan
evaluasi. Tidak ada salahnya juga dalam proses
menjadi pemimpin kita melengkapi diri kita dengan
pengetahuan dan keahlian melaui kursus atau
pelatihan seputar Kepemimpinan. Selanjutnya sebagai
tahap terakhir adalah terus mengembangkan diri kita
terutama menjadi pemimpin yang baik untuk setiap
tugas atau pekerjaan, namun tetap memperhatikan
bawahan kita, perpaduan antara Task oriented dan
People oriented.
Terima Kasih
“ Barangsiapa mengamalkan ilmu yang telah ia pelajari, maka Allah akan membuka untuknya hal yang sebelumnya ia tidak tahu.” (Hilyatul Auliya’, 6: 163).

Anda mungkin juga menyukai