Anda di halaman 1dari 31

REFERAT

PENATALAKSANAAN JA
LAN NAPAS
(AIRWAY MANAGEMEN
T) OLEH :
RIZAL PALERO S.KED
M. ABDILLAH S.KED

PEMBIMBING :
dr. Adi Chandra, Sp.An., M.Biomed

DEPARTEMEN ILMU ANESTESI DAN REANIMASI


RSUD PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
OUTLINE

PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA

KESIMPULAN
PENDAHULUAN
AIRWAY MANAGEMENT
• Pengertian : tindakan yang dilakukan untuk
membebaskan jalan napas dengan tetap
memperhatikan kontrol servikal

• Tujuan : membebaskan jalan napas untuk


menjamin jalan masuknya udara ke paru
secara normal sehingga menjamin kecukupan
oksigenisasi tubuh
TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosa : Cara melakukan
diagnosa terhadap adanya
gangguan jalan napas dapat
diketahui dengan cara L (look), L
(listen), dan F (feel) yang dilakukan
dalam satu gerak.
L : melihat gerakan napas/
Pengembangan dada
dan adanya retraksi iga.
L : mendengar aliran udara
pernapasan
F : merasakan adanya aliran
udara pernapasan
I. Tanpa alat :
1. Membuka jalan napas :
Dapat dilakukan dengan :
 Head-tilt (dorong kepala ke belakang)
 Chin-lift maneuver (perasat angkat dagu)
 Jaw-thrust maneuver (perasat tolak rahang)

Tetapi pada pasien dengan dugaan cedera leher dan


kepala, hanya dilakukan jaw-thrust dengan hati-hati dan
mencegah gerakan leher.
JAW THRUST
HEAD TILT-CHIN LIFT
2. Membersihkan jalan napas :
A. Sapuan jari (finger-sweep):
Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena adanya benda
asing dalam rongga mulut belakang atau hipofaring (gumpalan
darah, muntahan, benda asing lainnya) dan hembusan napas
hilang.
Cara melakukannya:
• Miringkan kepala pasien (kecuali dugaan adanya fraktur
tulang leher), kemudian buka mulut dengan jaw-thrust dan
tekan dagu kebawah. Bila otot lemas (“emaresi maneuver”).
• Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih dan
dibungkus dengan sarung tangan/kassa untuk
membersihkan/mengorek/ mengait semua benda asing dalam
rongga mulut
Cross Finger c Finger Sweep
II. Dengan menggunakan alat :
Cara ini dilakukan bila pengelolaan tanpa alat tidak berhasil sempurna.

A. Pemasangan pipa (tube)


 Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring).
 Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut pernapasan belum
juga baik, dilakukan pemasangan pipa endotrakhea ( ETT ).
 Pemasangan pipa endotrakhea akan menjamin jalan napas tetap
terbuka, menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan
bantuan pernapasan.
 LMA ( Laryngeal Mask )
OROPHARYNGEALc AIRWAY
• Alat ini tidak boleh digunakan pada
pasien sadar atau setengah sadar
karena dapat menyebabkan batuk
dan muntah.
• Jagalah agar kepala dan dagu tetap
berada pada posisi yang tepat
untuk menjaga patensi jalan napas
• Lakukan penyedotan berkala di
dalam mulut dan faring bila ada.
sekret, darah atau muntahan.
Perhatikan hal-hal berikut ini ketika
menggunakan OPA :
a) Bila OPA yang dipilih terlalu
besar dapat menyumbat laring
dan menyebabkan trauma pada
struktur laring.
b) Bila OPA terlalu kecil atau tidak
dimasukkan dengan tepat dapat
menekan dasar lidah dari
belakang dan menyumbat jalan
napas
c) Masukkan dengan hati-hati untuk
menghindari terjadinya trauma
jaringan lunak pada bibir dan
lidah.
Orang dewasa :
Besar ukuran : 5
Medium ukuran : 4
Small ukuran : 3
Cara insersi :
- dengan bantuan “tounge“ spatel
- disimpan terbalik lalu diputar perlahan-
lahan (up and down)
NASOPHARYNGEAL
c AIRWAY
dipilih bila insersi oropharingeal 
sulit, oleh karena :
- trimus,
- trauma masif di mulut,
- interdental wiring
Alat ini juga berguna :
 pasien-pasien yang napas
spontan dan masih semiconscious
Teknik insersi : Lubrikasi &Masukan
lewat lubang hidung
Komplikasi :
 masuk oesophagus
 distensi gaster
 laryngospasm dan muntah
 perdarahan hidung
ENDOTRACHEAL TUBE
c
ALAT INTUBASI

S
T
A
T
I
C
s
INDIKASI ETT

Your Picture Here

1. Henti jantung dan


sedang dilakukan 3.Tidak dapat diventilasi
kompresi jantung luar dengan adekuat
Pasien-pasien dengan dengan cara-cara
ventilasi yang tidak yang konvensional
adekkuat pada pasien-pasien
( walaupun o.s. sadar ) yang tidak sadar

2. Melindungi airway
( koma, areflexia,
henti jantung )
LMA
1. Manajemen jalan nafas mudah
2. Dipakai untuk tindakan rutin dan sulit
intubasi
3. Tidak dipegangi terus
4. Tujuan utama untuk tindakan rutin
anestesi
5. Tidak perlu muscle relaxan
6. Telah terbukti
PERBANDINGAN

DENGAN ETT DENGAN LMA


1. Mudah dan cepat 1. Mudah pemasangannya
pemasangannya walaupun tidak terlatih
2. Hemodinamik stabil selama 2. Memperbaiki SpO2 pada
induksi dan pemulihan saat pemulihan
3. Tidak menimbulkan TTIO 3. Tidak melelahkan tangan
4. Tanpa pemberian Muscle 4. Tidak mengganggu wajah
Relaxan 5. Mudah manipulasi leher
5. Tidak menimbulkan batuk
6. Memperbaiki SpO2 pada saat dan wajah
pemulihan 6. Cocok untuk Low Flow
7. Tidak menyebabkan sakit
tenggorokan
3. Mengatasi sumbatan napas parsial :
Dapat digunakan teknik manual thrust :

Abdominal thrust
Chest thrust
Back blow
Your Picture Here

ABDOMINAL
THURST
Caranya : penolong harus berdiri di
belakang korban, lingkari pinggang
korban, kemudian kepalkan satu
tangan dan letakkan sisi jempol
tangan kepalan pada perut korban.
Pegang erat kepalan tangan dengan
tangan lainnya. Tekan kepalan
tangan ke perut dengan hentakan
yang cepat ke atas.
CHEST
THURST
Bila penderita sadar, lakukan chest
thrust 5 kali (tekan tulang dada
dengan jari telunjuk atau jari tengah
kira-kira satu jari di bawah garis.
imajinasi antara kedua putting susu
pasien). Bila penderita sadar,
tidurkan terlentang, lakukan chest
thrust, tarik lidah apakah ada
benda asing, beri nafas buatan
( Pada bayi, anak gemuk, wanita
hamil)
.
BACK BLOW

Bila penderita sadar dapat batuk


keras, observasi ketat. Bila nafas
tidak efektif atau berhenti, lakukan
back blow 5 kali (hentakan keras
pada punggung korban di titik silang
garis antar belikat dengan tulang.
punggung/vertebrae)
C. Mempertahankan agar jalan napas tetap terbuka:
 Pipa orofaring digunakan untuk mempertahankan jalan
napas dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke
belakang yang dapat menutup jalan napas terutama pada
pasien-pasien tidak sadar.

D. Membuka jalan napas dengan krikotirotomi:


Dapat dilakukan 2 jenis krikotirotomi:
· Krikotirotomi dengan jarum
· Krikotirotomi dengan pembedahan (dengan pisau)
Bila pemasangan pipa endotrakhea tidak mungkin dilakukan,
maka dipilih tindakan krikotirotomi dengan jarum. Untuk petugas
medis yang terlatih dan trampil, dapat dilakukan krikotirotomi
dengan pisau
KESIMPULAN
• Ada dua gerbang untuk masuk ke jalan nafas pada manusia yaitu
hidung yang menuju nasofaring (pars nasalis), dan mulut yang.
menuju orofaring (pars oralis).
• Alat-alat yang digunakan untuk mempertahankan jalan nafas
diantaranya adalah oral dan nasal airway, face mask, LMA,
Esophageal – Tracheal Combitube (ETC), dan Pipa Tracheal (TT).
• Teknik intubasi ada 2 macam yaitu intubasi endotrakeal dan
intubasi nasotrakeal.
• Ektubasi saat anestesi dangkal (keadaan antara anestesi dalam
dan sadar) harus dihindari karena meningkatkan resiko
laringospasme.
• Komplikasi laringoskopi dan intubasi termasuk hipoksia,
hiperkarbia, trauma gigi dan jalan nafas, posisi ETT yang salah,
respons fisiologi, atau malfungsi ETT.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai