Anda di halaman 1dari 13

Kebijakan Politik Dan Sosial

Pada Masa Orde Baru


Nama Anggota :
• Aulia Rahmah H. (05)
• Moch Lutfi (21)
• M. Shodikul Amin (25)
• Syaharani Galuh S. (32)
• Tannya Rizka J. P. (34)
Latar Belakang

Berawal dari keputusan Presiden Soekarno dalam mengganti sistem


Parlemen menjadi Demokrasi Terpimpin lalu diperparah dengan
adanya persaingan antara Angkatan bersenjata dengan PKI yang
ingin mempersenjatai diri.
Sebelum hal niatan tersebut terlaksana, terjadi perpecahan
Peristiwa G30S PKI yang mengakibatkan terbunuhnya 7 jendral.
Peristiwa tersebut berdampak pada PKI. Partai Komunis Indonesia
(PKI) menjadi partai terlarang hingga saat ini.
Sejak saat itulah pemerintahan Soekarno perlahan mulai jatuh.
Tujuan Pemerintah Orde Baru

1. Mengoreksi 2. Penataan kembali


penyimpangan yang seluruh aspek kehidupan
terjadi pada Orde rakyat, ,bangsa, dan
negara Indonesia
lama

Menyusun kembali
3. Pancasila dan UUD kekuatan bangsa u/n
menumbuhkan stabilitas
1945 secara murni dan
nasional guna
konsekuen mempercepat proses
pembangunan bangsa
Kebijakan Politik pada masa orde baru
• Kebijakan politik yang dikeluarkan terbagi menjadi
dua, yaitu kebijakan politik dalam negeri dan luar
negeri. Masing-masing kebijakan tentunya
dikeluarkan berdasarkan kebutuhan Negara. Idealnya,
kebijakan yang dikeluarkan adalah yang
menguntungkan dan mengedepankan kepentingan
rakyat banyak. 
Kebijakan Politik Dalam Negeri

1. Pelaksanaan pemilu 1971


Pemilu yang sudah diatur melalui SI
MPR 1967 yang menetapkan pemilu
akan dilaksanakan pada tahun 1971 2. Penyederhanaan partai
ini, berbeda dengan pemilu pada politik
tahun 1955 (orde revolusi atau orde Penyederhanaan partai
lama). Pada pemilu ini para pejabat politik menjadi dua partai dan
pemerintah hanya berpihak kepada satu golongan karya yaitu:
salah satu peserta Pemilu yaitu  Partai Persatuan Pembangunan
Golkar. Dan kamu tahu? Golkar lah (PPP) gabungan dari Nahdatul
yang selalu memenangkan pemilu Ulama,Parmusi Perti,PSSI.
di tahun selanjutnya yaitu tahun  Partai gabungan Indonesia
1977, 1982, 1987, 1992, hingga gabungan dari Partai Nasional
1997. Indonesia,Partai Katolik,Partai
Murba,IPKI,Parkindo
Golongan Karya (GolKar)
3. Dwifungsi ABRI
Dwifungsi ABRI adalah peran ganda ABRI sebagai kekuatan pertahanan
keamanan dan sebagai kekuatan sosial politik. Sebagai kekuatan sosial politik
ABRI diarahkan untuk mampu berperan secara aktif dalam pembangunan
nasional. ABRI juga memiliki wakil dalam MPR yang dikenal sebagai Fraksi
ABRI, sehingga kedudukannya pada masa Orde Baru sangat dominan.

4. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4)


Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P-4 atau
Ekaprasetya Pancakarsa, bertujuan untuk memberi pemahaman kepada
seluruh lapisan masyarakat mengenai Pancasila. Semua organisasi tidak
boleh menggunakan ideologi selain Pancasila, bahkan dilakukan penataran
P4 untuk para pegawai negeri sipil.
Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia
antara lain
1. Indonesia kembali menjadi anggota PBB
Pada saat Indonesia keluar dari PBB tanggal 7 Agustus 1965, Indonesia terkucil dari pergaulan
internasional dan menyulitkan Indonesia secara ekonomi maupun politik dunia. Keadaan ini
kemudian mendorong Indonesia untuk kembali menjadi anggota PBB berdasarkan hasil sidang
DPRGR. Pada tanggal 28 September 1966, Indonesia resmi aktif kembali menjadi anggota PBB.

2. Pemulihan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan Singapura dan pemutusan hubungan dengan
Tiongkok
Pada tahun 1965, terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia dan Singapura. Untuk memulihkan
hubungan diplomatik, dilakukan penandatanganan perjanjian antara Indonesia yang diwakili oleh Adam
Malik dan Malaysia yang diwakili oleh Tun Abdul Razak pada tanggal 11 Agustus 1966 di Jakarta. Pemulihan
hubungan diplomatik dengan Singapura melalui pengakuan kemerdekaan Singapura pada tanggal 2 Juni
1966.
3. Memperkuat Kerja Sama Regional dan
Internasional

Indonesia mulai memperkuat kerjasama baik regional dan


internasional dengan melakukan beberapa upaya, yaitu:
Berperan dalam
Mengirimkan
Turut serta dalam
Berperan
Mengirimkan
Organisasi
Turut dalam
serta dalam
kontingen
pembentukan Garuda
Organisasi
kontingen
misiGaruda
pembentukan
Konverensi Islam
ASEAN.Indonesia
dalam menjadi
Konverensi
dalam
salah misi Islam
ASEAN.Indonesia menjadi
(OKI)satu
perdamaian pendiri ASEAN
salah satu pendiri ASEAN
perdamaian
(OKI)

Ik
ut
be
rp
er
an
da
la
m
KT
T
No
n
Bl
ok
Kebijakan sosial pada masa orde baru

Pemerintahan masa Orde Baru berlangsung dari


tahun 1966 sejak keluarnya Supersemar (Surat
Pemerintah Sebelas Maret) hingga turunnya presiden
Suharto pada tahun 1998. Dalam masa pemerintahan
32 tahun ini, presiden Suharto melakukan kebijagan
diberbagai bidang termasuk sosial budaya. Kebijakan
tersebut antara lain
1. Mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) Program
Keluarga Berencana ini dicanangkan oleh Presiden Suharto pada
tahun 1970. Program ini menganjurkan 2 anak pada setiap keluarga
dan jarak melahirkan anak selama 5 tahun. Program ini bertujuan
untuk menekan laju penduduk pertumbuhan dan jumlah penduduk
Indonesia. 

2. Mencanangkan program Wajib Belajar Presiden Suharto


mencangangkan Wajib Belajar 6 Tahun, bagi para siswa usia 7-
12 tahun. Program ini dicanangkan pada hari Rabu, 2 Mei 1984
oleh Presiden Suharto dan Ibu Tien Soeharto dalam upacara
peringatan Hari Pendidikan Nasional dan Pencanangan
Gerakan Wajib Belajar yang berlangsung di Stadion Utama,
Senayan, Jakarta. Program ini dicanangkan untuk memberantas
buta huruf dan meningkatkan pendidikan rakyat Indonesia.
3. Mengendalikan media massa melalui SIUP Pada masa orde baru,
semua penerbitan seperti koran dan majalah harus memiliki SIUP
(Surat Ijin Usaha Penerbitan). Bila ada penerbitan yang menuliskan
artikel atau berita yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah
atau terlalu kritis maka SIUP dapat dicabut dan penerbitan tersebut
dihentikan atau “dibredel”. Ini terjadi misalnya apad majalah Gatra
dan Tempo pada tahun 1984.

4. Melarang kegiatan politik di kampus Sebagai dampak dari peristiwa


Malari pada 15 Januari 1974 dan demonstrasi mahasiswa pada tahun
1970an, pemerintah membuat Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK)
dan juga Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) di tahun 1978.
Kedua kebijakan ini melarang aktifitas politik apapun di kampus dan
para mahasiswa dipantau secara ketat
5. Melakukan pelarangan budaya
Tionghoa Masyarakat Tionghoa mengalami
diskriminasi dan pemerintah Orde Baru melakukan
pelarangan penggunaan bahasa Mandarin,
pelarangan melaksanakan tradisi, budaya, adat-
istiadat Tionghoa melalui Inpres No. 14 / 1967.
Setelah jatuhnya presiden Suharto, Inpres ini dicabut
dan diskriminasi pada masyarakat tinghoa
dihapuskan.

Anda mungkin juga menyukai