Anda di halaman 1dari 24

RHABDOVIRUS

Spring Viraemia of Carp (SVCV)


 Penyakit yg sub-akut  kronis pada common carp
(Cyprinus carpio).
Pertama kali diisolasi dari carp yg menunjukkan gejala
Infectious Dropsy (ID)
Syndrom ID  SVC dan CE (carp erythrodermatitis)
yaitu infeksi kulit dng lesi necrotic & hemoragis di
sekitarnya.
 Host  common carp, bighead carp, silver carp, grass
carp, guppies (Lebistes reticulata)
 Morfologi
 Partikel  bentuk peluru, ukuran 70 x 180 nm
 Genom RNA
 Sifat virus
 Aktivitas virus rusak dng pemanasan 56°C 30 menit, eter,
penyimpanan pH 3
 Survive dalam medium TC dng penambahan serum 5 % dlm
waktu : 28 hari pada 23°C
> 6 bln pada 4°C, -20°C, -74°C
 Desinfektan formalin, sodium hydroxide, chlorine  membunuh
virus dlm beberapa menit.
 Virus dalam air dan lumpur  infektif sampai 42 hari

 Gejala Klinis
 Perubahan behaviour
Awal : suka di lokasi water inlet
Sekarat : respirasi lambat dan tergeletak
 Perubahan eksternal
Warna tubuh gelap
Abdomen membesar
Exophthalmia
Anus  prolapse dan inflamasi
Insang  pucat dan petechial hemoragi

 Perubahan internal
Umumnya tampak hyperemia dengan peritonitis,
enteritis
Hemoragis pada ginjal, hati dan gelembung renang,
jaringan otot
Hati  odematous dng adhesion
Pada anak ikan  gelembung renang inflamasi dan
focal hemoragis atau petechiae
 Analisis SVCV
• Isolasi virus pada kultur sel
FHM (Fathead Minnow)
EPC (Epithelioma Papillosum of Carp)
Sel ovari dari ikan carp
BB (Brown Bullhead)  virus yang dipanen sedikit
RTG-2 (Rainbow Trout Gonad)  perkembangan CPE
lambat
BF-2 (Bluegill Fry)  perkembangan CPE lambat
• Replikasi virus  10 - 30°C, optimum : 21°C
• CPE  sel degenerasi dan rounding kemudian lepas dari
permukaan wadah
Focal CPE butir-butir chromatin dlm nukleus
memadat, membran nuklear lisis, sitoplasma
degenerasi
 Identifikasi
 Imunofluorescent
 Imunoperoksidase
 Netralisasi
Ag virus dpt dideteksi dari organ hati, ginjal dan
limpa, SVCV dlm media kultur (12 jam, 48 jam
setelah inokulasi)
SVCV dpt dinetralisasi As SBI (Swim Bladder
Inflamation)  reaksi netralisasi silang
SBIV dpt dinetralisasi As SVC  reaksi netralisasi
silang
SVCV tidak dapat dinetralisir As PFV (Pike Fry
Virus), IHN (Infectious Haematopoietic Necrosis)
dan VHS (Viral Haemorrhagic Septicaemia)
 Penyebaran SVCV
 Cohabitat ikan terinfeksi dan sehat
 Pakan yg terkontaminasi
 Vektor : Argulus sp
Lintah / Pisciocola geometra
(virus tidak bermultiplikasi)

 Pengendalian
 SVCV  melalui vaksinasi
 SBIV  pemberian pakan optimal, antibiotik untuk
infeksi sekunder.
SBIV mempunyai karakteristik spt SVCV
SBIV diisolasi dari ikan carp dng inflamasi gelembung
renang
Infectious Haematopoietic Necrosis
 Penyakit viral yg menular
Mula-mula pada rainbow trout dan salmon
 Morfologi
 Partikel berbentuk peluru
 Ø rata-rata 70 nm, pj 170 nm
 Amplop virus labil terhadap panas, asam dan eter
 Infektivitas berkurang pd pH 5 dan 9
 Tetap infektif pd pH 6-8 selama 10 hari
 ≠ survive pada kondisi kering
 Dalam air tawar  survive > 30 hari pada 15°C dan ± 17
hari pada 20°C
 Dalam air laut  survival 17 hari pada 20°C dan 22 hari
pada 15°C
 Penyimpanan -20°C infektif 3-5 bln, 4°C  2 minggu
 Gejala klinis
 Perubahan behaviour
Lemah
Menghindari arus
Bergerak ke tepi kolam / diam pada dasar dng
pernapasan lemah
Gerakan renang dalam putaran dan menggantung
vertikal atau gerakan cepat  mati

 Perubahan eksternal
Kulit gelap
Exophthalmia
Abdomen bengkak
Insang pucat
Hemoragis pada dasar sirip, mulut dan permukaan
tubuh
Hemoragis subdermal di belakang tengkorak dan
di atas lateral line.
Pada ikan yg mati / sekarat 
Terdapat lesi pd caudal peduncle meluas hingga
pelvic dan pectoral fin
Hemoragis pada insang dan mata

 Perubahan internal
Petechiae pada mesenteris, peritoneum, hati,
ginjal, gelembung renang
Digestive tract tdk berisi makanan, berisi lendir
Rongga tubuh berisi cairan warna kekuningan
 Analisis IHNV
 Isolasi virus pada
 CHSE-214 (Chinook Salmon Embryo)

 EPC (Epithelioma Papillosum Cyprini)

 RTG-2 (Rainbow Trout Gonad)

 FHM (Fathead Minnow)

 STE-137 (Steel Head Trout Embryo)

 Suhu inkubasi optimum : 12 - 15°C


 CPE  muncul 4 – 5 hari yg diawali dng adanya sel-
sel yg mengalami piknosis diikuti dng rounding dan
terlepas dari pemukaan
 Identifikasi :
 Serum netralisasi

 Elisa

 FAT
 Deteksi virus dari darah, usapan organ juvenil, cairan
ovarium ikan dewasa, hasil perbenihan pada kultur
sel setelah inkubasi 48 jam.
Digunakan antibodi poliklonal atau monoklonal

 Epizootiology
 Mortalitas bervariasi (rendah – 100% tergantung
pada
Spesies
Stock
Umur dan ukuran ikan
Kondisi lingkungan / suhu
Strain virus (Idaho, Oregon, California)
Pada suhu 10°C  strain Idaho  mortalitas 62%
Oregon  mortalitas 4 %
California  mortalitas 67%
 Pada suhu 10°C  masa inkubasi pendek, berat dan
mortalitas tinggi
 Pada suhu < 10°C  inkubasi lama, penyakit kronis
 Pada suhu > 10°C  inkubasi pendek, penyakit lebih
akut dan mortalitas rendah
 Pada suhu > 15°C  penyakit IHN tidak terjadi

 Penyebaran
 Horisontal
 Pakan

 Air (urine, feses)

 Vertikal
 Virus bermultiplikasi di dalam telur dan membunuh

embrio
 Pengendalian
 Eksterminasi dan karantina
 Vaksinasi (vaksin aktif dan vaksin inaktif)
Beberapa alasan kegagalan vaksinasi :
Umur ikan yg peka masih muda
Waktu yg dibutuhkan untuk perkembangan kekebalan
yg protektif
Temperatur saat menetas dan tumbuh tidak menunjang
perkembangan respon imun.
 Changing host species
 Meningkatkan temperatur
 Kemoterapi
100 mg/l iodine pada pH 6 15 menit  membunuh
virus pada permukaan telur
Penambahan 0,14 mg/l iodine ke dalam bak penetasan
 mencegah infeksi oleh virus yg terbawa air
 Membatasi distribusi
Viral Haemorrhagic Septicaemia (VHS)
 Penyebab : Viral Haemorrhagic Septicaemia Virus
Famili : Rhabdoviridae
 Morfologi :
♦ Partikel berbentuk peluru dan beramplop
♦ Ukuran : Ø 65 nm dan pj 180 nm
♦ Genome : RNA beruntai tunggak (ss)
♦ mempunyai protein matrix untuk menambah kekakuan
virion

 Sifat virus
♦ Labil terhadap gliserin, panas, eter dan asam
♦ Stabil pada pH 5 – 10
Pada pH 2,5 dalam waktu 10 menit  labil
Pada pH 12,2 dalam waktu 2 jam  labil
♦ Inaktivasi dengan formalin 3%, NaOH 2%, I2
(actomar) 0,01% dalam waktu 5 menit.
Inaktivasi dengan chlorine 500 ppm  2 menit
Inaktivasi dengan sinar gamma dan UV
♦ Dalam air yang mengalir suhu 10° C , 90 % virus
dapat menjadi inaktif setelah 14 hari
♦ Dalam lumpur pada suhu 4° C selama 10 hari, 99%
virus menjadi inaktif

 Gejala klinis
♦ Bentuk akut (mortalitas tinggi)
♦ Bentuk kronik (mortalitas rendah)
♦ Bentuk nervous (tidak ada mortalitas)
♦ Ciri salmon yg terinfeksi VHSV
 Tidak mau makan
 Perubahan gerakan renang (lemah ---- hiperaktif)

♦ Bentuk akut
• Perubahan behaviour
 nafsu makan menurun

 gerakan renang tidak menentu

• Perubahan eksternal
 kulit gelap
 insang pucat (menunjukkan anaemia) dan
terdapat bintik-bintik perdarahan
• Perubahan internal
 multiple haemorrhagis pada otot rangka dan
gelembung renang
 ginjal bengkak, hyperemic necrotic
 hati hyperemic, berwarna keabu-abuan atau
kekuningan
 intestine bengkak dan kosong

♦ Bentuk kronis
• Perubahan behaviour
 aktivitas berkurang
• Perubahan eksternal
 warna kulit gelap
Exophthalmia
Abdomen bengkak
• Perubahan internal
 hati pucat  keabu-abuan
 ginjal kasar

♦ Bentuk nervous
• Perubahan behaviour
 gerakan renang tidak menentu
 keseimbangan kurang
• Perubahan eksternal
 kadang-kadang anemia
 abdomen cekung
• Perubahan internal  tidak ada

♦ Stres karena lingkungan atau handling  bentuk yg ringan


cenderung menjadi berat
Viral haemorrhagic septicaemia in rainbow trout. Note pale colour of
stomach region, pinpoint haemorrhages in fatty tissue, and pale gills
Source: T Håstein
♦ Ikan golongan non – salmonid juga menampakkan
gejala klinis jika terinfeksi

 Analisis penyakit
♦ Isolasi virus dari ikan yg menunjukkan gejala klinis
♦ Virus tidak dapat diisolasi dari ikan yg survive
♦ Organ : ginjal , limpa
♦ Isolasi virus pada sel BF2, CHSE – 214, EPC, RTG-2,
STE – 137
pH medium : 7,6 – 7,7 dan suhu inkubasi ± 15° C
♦ CPE : penyusutan sel  rounding dan diikuti lisis 
focal area
♦ Identifikasi virus : FAT atau IFAT
sebagai Ag virus : isolat dari TC atau ulasan jaringan
ikan yang terinfeksi akut
♦ Deteksi antibodi
 serum netralisasi test
Untuk meningkatkan netralisasi dapat ditambah komplemen
dari serum normal
 IFAT
 Elisa

 Penyebaran VHSV
♦ Melalui air yang tercemar
♦ Anak ikan yang sakit
♦ Telur yang terinfeksi
 Pengendalian
♦ Pengawasan terhadap stressor lingkungan
♦ Desinfeksi telur dengan iodophor dosis 100 mg/l , pH 6,5
selama 10 menit
♦ Desinfeksi peralatan dng chlorine / sodium hypochlorite
♦ Membinasakan populasi yang terinfeksi
♦ Menggunakan stok yg SPF (specific pathogen free) atau
SPR (specific pathogen resistant)
♦ Kontrol distribusi
♦ Vaksinasi
 Vaksin inaktif  melalui injeksi
 Vaksin aktif (virus diatenuasi dng pasase
berulang, suhu > 20° C) immersion
 Vaksin sub unit (protein G)

Anda mungkin juga menyukai