RHABDOVIRUS
RHABDOVIRUS
Gejala Klinis
Perubahan behaviour
Awal : suka di lokasi water inlet
Sekarat : respirasi lambat dan tergeletak
Perubahan eksternal
Warna tubuh gelap
Abdomen membesar
Exophthalmia
Anus prolapse dan inflamasi
Insang pucat dan petechial hemoragi
Perubahan internal
Umumnya tampak hyperemia dengan peritonitis,
enteritis
Hemoragis pada ginjal, hati dan gelembung renang,
jaringan otot
Hati odematous dng adhesion
Pada anak ikan gelembung renang inflamasi dan
focal hemoragis atau petechiae
Analisis SVCV
• Isolasi virus pada kultur sel
FHM (Fathead Minnow)
EPC (Epithelioma Papillosum of Carp)
Sel ovari dari ikan carp
BB (Brown Bullhead) virus yang dipanen sedikit
RTG-2 (Rainbow Trout Gonad) perkembangan CPE
lambat
BF-2 (Bluegill Fry) perkembangan CPE lambat
• Replikasi virus 10 - 30°C, optimum : 21°C
• CPE sel degenerasi dan rounding kemudian lepas dari
permukaan wadah
Focal CPE butir-butir chromatin dlm nukleus
memadat, membran nuklear lisis, sitoplasma
degenerasi
Identifikasi
Imunofluorescent
Imunoperoksidase
Netralisasi
Ag virus dpt dideteksi dari organ hati, ginjal dan
limpa, SVCV dlm media kultur (12 jam, 48 jam
setelah inokulasi)
SVCV dpt dinetralisasi As SBI (Swim Bladder
Inflamation) reaksi netralisasi silang
SBIV dpt dinetralisasi As SVC reaksi netralisasi
silang
SVCV tidak dapat dinetralisir As PFV (Pike Fry
Virus), IHN (Infectious Haematopoietic Necrosis)
dan VHS (Viral Haemorrhagic Septicaemia)
Penyebaran SVCV
Cohabitat ikan terinfeksi dan sehat
Pakan yg terkontaminasi
Vektor : Argulus sp
Lintah / Pisciocola geometra
(virus tidak bermultiplikasi)
Pengendalian
SVCV melalui vaksinasi
SBIV pemberian pakan optimal, antibiotik untuk
infeksi sekunder.
SBIV mempunyai karakteristik spt SVCV
SBIV diisolasi dari ikan carp dng inflamasi gelembung
renang
Infectious Haematopoietic Necrosis
Penyakit viral yg menular
Mula-mula pada rainbow trout dan salmon
Morfologi
Partikel berbentuk peluru
Ø rata-rata 70 nm, pj 170 nm
Amplop virus labil terhadap panas, asam dan eter
Infektivitas berkurang pd pH 5 dan 9
Tetap infektif pd pH 6-8 selama 10 hari
≠ survive pada kondisi kering
Dalam air tawar survive > 30 hari pada 15°C dan ± 17
hari pada 20°C
Dalam air laut survival 17 hari pada 20°C dan 22 hari
pada 15°C
Penyimpanan -20°C infektif 3-5 bln, 4°C 2 minggu
Gejala klinis
Perubahan behaviour
Lemah
Menghindari arus
Bergerak ke tepi kolam / diam pada dasar dng
pernapasan lemah
Gerakan renang dalam putaran dan menggantung
vertikal atau gerakan cepat mati
Perubahan eksternal
Kulit gelap
Exophthalmia
Abdomen bengkak
Insang pucat
Hemoragis pada dasar sirip, mulut dan permukaan
tubuh
Hemoragis subdermal di belakang tengkorak dan
di atas lateral line.
Pada ikan yg mati / sekarat
Terdapat lesi pd caudal peduncle meluas hingga
pelvic dan pectoral fin
Hemoragis pada insang dan mata
Perubahan internal
Petechiae pada mesenteris, peritoneum, hati,
ginjal, gelembung renang
Digestive tract tdk berisi makanan, berisi lendir
Rongga tubuh berisi cairan warna kekuningan
Analisis IHNV
Isolasi virus pada
CHSE-214 (Chinook Salmon Embryo)
Elisa
FAT
Deteksi virus dari darah, usapan organ juvenil, cairan
ovarium ikan dewasa, hasil perbenihan pada kultur
sel setelah inkubasi 48 jam.
Digunakan antibodi poliklonal atau monoklonal
Epizootiology
Mortalitas bervariasi (rendah – 100% tergantung
pada
Spesies
Stock
Umur dan ukuran ikan
Kondisi lingkungan / suhu
Strain virus (Idaho, Oregon, California)
Pada suhu 10°C strain Idaho mortalitas 62%
Oregon mortalitas 4 %
California mortalitas 67%
Pada suhu 10°C masa inkubasi pendek, berat dan
mortalitas tinggi
Pada suhu < 10°C inkubasi lama, penyakit kronis
Pada suhu > 10°C inkubasi pendek, penyakit lebih
akut dan mortalitas rendah
Pada suhu > 15°C penyakit IHN tidak terjadi
Penyebaran
Horisontal
Pakan
Vertikal
Virus bermultiplikasi di dalam telur dan membunuh
embrio
Pengendalian
Eksterminasi dan karantina
Vaksinasi (vaksin aktif dan vaksin inaktif)
Beberapa alasan kegagalan vaksinasi :
Umur ikan yg peka masih muda
Waktu yg dibutuhkan untuk perkembangan kekebalan
yg protektif
Temperatur saat menetas dan tumbuh tidak menunjang
perkembangan respon imun.
Changing host species
Meningkatkan temperatur
Kemoterapi
100 mg/l iodine pada pH 6 15 menit membunuh
virus pada permukaan telur
Penambahan 0,14 mg/l iodine ke dalam bak penetasan
mencegah infeksi oleh virus yg terbawa air
Membatasi distribusi
Viral Haemorrhagic Septicaemia (VHS)
Penyebab : Viral Haemorrhagic Septicaemia Virus
Famili : Rhabdoviridae
Morfologi :
♦ Partikel berbentuk peluru dan beramplop
♦ Ukuran : Ø 65 nm dan pj 180 nm
♦ Genome : RNA beruntai tunggak (ss)
♦ mempunyai protein matrix untuk menambah kekakuan
virion
Sifat virus
♦ Labil terhadap gliserin, panas, eter dan asam
♦ Stabil pada pH 5 – 10
Pada pH 2,5 dalam waktu 10 menit labil
Pada pH 12,2 dalam waktu 2 jam labil
♦ Inaktivasi dengan formalin 3%, NaOH 2%, I2
(actomar) 0,01% dalam waktu 5 menit.
Inaktivasi dengan chlorine 500 ppm 2 menit
Inaktivasi dengan sinar gamma dan UV
♦ Dalam air yang mengalir suhu 10° C , 90 % virus
dapat menjadi inaktif setelah 14 hari
♦ Dalam lumpur pada suhu 4° C selama 10 hari, 99%
virus menjadi inaktif
Gejala klinis
♦ Bentuk akut (mortalitas tinggi)
♦ Bentuk kronik (mortalitas rendah)
♦ Bentuk nervous (tidak ada mortalitas)
♦ Ciri salmon yg terinfeksi VHSV
Tidak mau makan
Perubahan gerakan renang (lemah ---- hiperaktif)
♦ Bentuk akut
• Perubahan behaviour
nafsu makan menurun
• Perubahan eksternal
kulit gelap
insang pucat (menunjukkan anaemia) dan
terdapat bintik-bintik perdarahan
• Perubahan internal
multiple haemorrhagis pada otot rangka dan
gelembung renang
ginjal bengkak, hyperemic necrotic
hati hyperemic, berwarna keabu-abuan atau
kekuningan
intestine bengkak dan kosong
♦ Bentuk kronis
• Perubahan behaviour
aktivitas berkurang
• Perubahan eksternal
warna kulit gelap
Exophthalmia
Abdomen bengkak
• Perubahan internal
hati pucat keabu-abuan
ginjal kasar
♦ Bentuk nervous
• Perubahan behaviour
gerakan renang tidak menentu
keseimbangan kurang
• Perubahan eksternal
kadang-kadang anemia
abdomen cekung
• Perubahan internal tidak ada
Analisis penyakit
♦ Isolasi virus dari ikan yg menunjukkan gejala klinis
♦ Virus tidak dapat diisolasi dari ikan yg survive
♦ Organ : ginjal , limpa
♦ Isolasi virus pada sel BF2, CHSE – 214, EPC, RTG-2,
STE – 137
pH medium : 7,6 – 7,7 dan suhu inkubasi ± 15° C
♦ CPE : penyusutan sel rounding dan diikuti lisis
focal area
♦ Identifikasi virus : FAT atau IFAT
sebagai Ag virus : isolat dari TC atau ulasan jaringan
ikan yang terinfeksi akut
♦ Deteksi antibodi
serum netralisasi test
Untuk meningkatkan netralisasi dapat ditambah komplemen
dari serum normal
IFAT
Elisa
Penyebaran VHSV
♦ Melalui air yang tercemar
♦ Anak ikan yang sakit
♦ Telur yang terinfeksi
Pengendalian
♦ Pengawasan terhadap stressor lingkungan
♦ Desinfeksi telur dengan iodophor dosis 100 mg/l , pH 6,5
selama 10 menit
♦ Desinfeksi peralatan dng chlorine / sodium hypochlorite
♦ Membinasakan populasi yang terinfeksi
♦ Menggunakan stok yg SPF (specific pathogen free) atau
SPR (specific pathogen resistant)
♦ Kontrol distribusi
♦ Vaksinasi
Vaksin inaktif melalui injeksi
Vaksin aktif (virus diatenuasi dng pasase
berulang, suhu > 20° C) immersion
Vaksin sub unit (protein G)