Anda di halaman 1dari 58

PEREMAJAAN

PEREMAJAAN
SAWIT BERWAWASAN
SAWIT RAKYAT
LINGKUNGAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN


Jalan Tentara Pelajar No. 1 Bogor
PENDAHULUAN

Luas perkebunan sawit Indonesia:


• Perkebunan rakyat : 3,95 juta ha (47%)
• Perkebunan Besar Swasta : 3,80 juta ha (46%)
• Perkebunan Besar Negara : 0,60 juta ha (7%)
Total : 8,35 juta ha
Peran tanaman sawit dalam perekonomian Indonesia:
• Sumber devisa Negara (US$ 19,65 miliar, 2012)
• Penyedia lapangan kerja (4,5 jt tk), di on farm
• Sumber pendapatan petani (1.833.550 kk)
• Sumber pendorong pertumbuhan wilayah
Peran perkebunan sawit dari segi lingkungan:
• Lebih hemat dalam penggunaan lahan,
• Poduktivitas 8-9 kali lebih banyak dibandingkan dengan tanaman penghasil
minyak nabati lainnya.
• Berpotensi sebagai tanaman rebiosasi lahan-lahan terbuka dan terlantar.
• Menyerap 36 ton CO2 per hektar dan lebih tinggi dibandingkan dengan
hutan tropis yang hanya menyerap rata-rata 25 ton/ha.
• Luas areal di Indonesia hanya 9 juta ha (60%) dari sekitar 15 juta ha.
pengaruhnya terhadap lingkungan jauh lebih rendah dibanding:
• Kedelai luasnya 104 juta ha
• Rapseed 32 juta ha
Peran perkebunan sawit dari segi energi:
• Sumber energy, ramah lingkungan dan terbarukan dibandingkan
fosil
• bahan baku biodiesel
• limbah padat dan cair sebagai sumber energy listrik
• Mensubsitusi kebutuhan pupuk organik yang juga ramah
lingkungan sehingga dapat mengurangi pencemaran.
FAO, 2002
PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
• Pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber
daya manusia dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya
alam untuk menopangnya.

• Menurut komisi dunia untuk lingkungan dan pembangunan (1987):


Pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan
generasi mendatang.

• Mulai proses perencanaan dan pengambilan kebijakan memerlukan pemahaman yang


komprehensip; berasal dari pengetahuan secara akademis; diperkuat oleh hasil-hasil penelitian
lapangan; menghasilkan kebijakan yang berbasis kerakyatan dan ekologi.

• Kebijakan yang dilakukan adalah kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan dalam upaya
pendayagunaan sumber daya alam dengan tetap mempertahankan aspek-aspek pemeliharaan
dan pelestarian lingkungan.
Ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan antara lain;
1) pembangunan dilaksanakan berdasarkan nilai kemanusiaan,
2) pembangunan memperhatikan lingkungan fisik yang ramah lingkungan,
3) pembangunan mencerminkan usaha meningkatkan produksi nasional,
4) pembangunan dapat memperluas kesempatan kerja,
5) pembangunan bertujuan menuju pemerataan pendapatan, dan
6) pembangunan memiliki usaha terus menerus dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan sosial, budaya, politik dan keamanan.
MASALAH PERKEBUNAN SAWIT RAKYAT:
• Produktivitas rendah (<5 ton tbs/ha/tahun) PB >20 ton dan
hasil penelitian >30 ton.
• Penggunaan bibit unggul < 70%, harga bibit masih terasa
mahal dan sulit
• Luas tanaman tua >30%, tidak berjalannya peremajaan
secara berkelanjutan
Penggunaan bibit unggul <70%:
• Harga bibit siap tanam di penangkar >Rp. 30.000/btg
• Ketersediaannya masih terbatas
• Masih beredarnya bibit non bersertifikat
Peremajaan tidak berjalan:
• Terbatasnya dana petani
• Takut kehilangan pendapatan
• Pendapatan yang diperoleh dari bantuan upah tidak memadai

REMAJAKAN SECARA BERTAHAP


PEREMAJAAN BERTAHAP ADALAH PEREMAJAAN
KELAPA SAWIT BERWAWASAN LINGKUNGAN:
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi petani dalam melakukan peremajaan
kelapa sawit dan isu lingkungan yang berkembang, alternatif peremajaan yang
dapat ditempuh untuk meningkatkan pelaksanaan peremajaan adalah
peremajaan secara bertahap, dengan dukungan teknologi perbersihan lahan
tanpa pembakaran, penanaman tanaman sela, penggunaan pupuk kimia
seminimal mungkin, penggunaan pupuk organik dan penanggulangan
hama/penyakit secara hayati.
Peremajaan secara bertahap:
Peremajaan secara bertahap adalah cara peremajaan dengan menebang dan meremajakan sebagian
baris kelapa sawit dari total jumlah baris tanaman
• Memperkecil dampak peremajaan (900.000 ha).
• Peremajaan bertahap mempunyai kemungkinan besar dapat dilakukan petani secara mandiri, karena:
(a) Tahapan peramajaan dapat disesuaikan dengan kemampuan petani
(b) Bantuan bibit sawit dari pemerintah kepada petani yang jumlahnya terbatas dapat digunakan sebagai benih
peremajaan
(c) petani masih memperoleh mendapatan dari hasil panen tanaman kelapa sawit tua yang belum ditebang dan
tambahan pendapatan dari hasil penanaman tanaman sela di antara tanaman sawit muda,
(d) selain itu peremajaan bertahap yang diikuti dengan penanaman tanaman sela diantara tanaman sawit akan
mengurangi jumlah emisi karbon.
• Program peremajaan mampu mempertahankan pendapatan petani yang berpotensi hilang akibat kegiatan
peremajaan dan mempertahankan daya dukung lingkungan. Peremajaan yang diikuti oleh penerapan teknologi
budidaya anjuran, terutama penggunaan benih unggul dengan potensi produksi TBS lebih dari 30 ton/ha/tahun,
dengan peremajaan dapat meningkatkan penggunaan benih unggul mencapai >70%, sehingga produktivitas
sawit rakyat dapat meningkat mencapai 20 ton/ha/tahun pada
5-6 tahun kemudian.
Pembersihan lahan tanpa pembakaran dan penggunaan mikro-organisme:
• Pekerjaan pembersihan lahan pada peremajaan kelapa sawit terdiri dari penebangan pohon sawit
tua, pembabatan tanaman tanaman pengganggu seperti semak belukar dan membebaskan lahan
dari sisa-sisa penebangan dan pembabatan tersebut. Pembebasan lahan dari sisa-sisa biamassa
dengan cara pembakaran akan menimbulkan asap, matinya mikro-organisme tanah dibermanfaat
bagi tanaman, hilangnya bahan organik dan polusi udara.
• Pada peremajaan bertahap ini sisa bonggol, batang, pelepah dan bongkol tempat tumbuh pelepah
daun, dibersihkan dengan menggunakan mikro-organisme pelapuk
• Biomasa yang sudah melapuk dapat digunakan sebagai kompos penyubur tanaman.
• Pemanfaatan jamur memberikan keuntungan pada microsphere dan biosphere dihubungkan
dengan kedudukannya dalam ekosistem. Seperti dalam tujuannya untuk rehabilitasi ekologis dan
restorasi, melestarikan dan memperbaiki habitat, selain itu juga untuk merehabilitasi daerah bekas
tebangan.
BAHAN DAN METODE
Waktu : 2010 - 2012
Tempat: Kab. Rokan Hilir, Prov. Riau
Kebun bekas PIR,
Tinggi tempat 250 m dpl, tipe iklim B2
Jenis tanah podsolik merah kuning
Perlakuan: rancangan petak terbagi
Petak utama 3 taraf: T1) 20-20-60%; T2) 40-40-20%; T3) 60-40%
Anak petak  jenis tanaman sela yaitu, S1) jagung dan S2) kedelai
Pengamatan untuk kelapa sawit muda : Tinggi tanaman, jumlah daun, luas kanopi, persentase
tanaman berbunga
Pengamatan tanaman sela: pertumbuhan dan produksi.
Uji nilai rata-rata tengah  (BNT)  α = 5%
Pendapatan petani arus kas
 NPV, Net B/C ratio
BAHAN DAN METODE
Lay Out Percobaan
ULANGAN 1 ULANGAN 2 ULANGAN 3

Keterangan: T1 : Tahap peremajaan 20-20-60 %


T2 : Tahap peremajaan 40-40-20 %
T3 : Tahap peremajaan 60-40 %
P1 : Tanaman sela jagung
P2 : Tanaman sela kedelai
BAHAN DAN METODE
T

U S

Ditebang 60%
BAHAN DAN METODE

U S

Ditebang 40%
BAHAN DAN METODE
T

U S

Ditebang 20%
Pengaruh tebang bertahap terhadap kelapa sawit:
Peremajaan bertahap menyisakan tanaman awal yang dapat menimbulkan
naungan bagi tanaman kalapa sawit muda dan tanaman sela. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan terhadap
peremajaan bertahap dengan persentase tahapan yang berbeda-beda
menunjukkan bahwa tingkat peremajaan 30-30-60%, 40-40-20%, 60-40%,
naungan yang ditimbulkan oleh tanaman sawit yang belum ditebang tidak
berpengaruh terhadap tinggi tanaman sawit pada umur >15 bulan (Tabel 1 ).
Tabel 1. Pengaruh peremajaanberthapa terhadap pertumbuhan tinggi kelapa sawit

Perlakuan Tahap 1 (BST)


Tebang (%) Tan sela 3 6 9 12 15
20-20-40 Jagung 164,79 a 174,03 a 202,30 a 277,77 a 283,43 a
kedelai 151,00ab 169,80 a 201,70 a 244,77 b 291,90 a
40-40-20 Jagung 138,77 b 164,43 a 191,03 a 260,90 ab 283,07 a
Kedelai 136,63 b 162,83 a 188,30 a 257,03 ab 278,13 a
60-40 Jagung 143,13 b 168,57 a 201,20 a 265,37 ab 286,27 a
kedele 142,87 b 171,77 a 202,97 a 262,07 ab 283,43 a
Tabel 2. Pengaruh persentase peremajaan terhadap pertumbuhan lilit pangkal batang kelapa
sawit
Perlakuan Tahap 1 (BST)
Tebang (%) Tan sela 3 6 9 12 15
20-20-40 Jagung 23,44 42,64 73,93 109,80 131,66
kedelai 24,39 40,84 75,63 103,80 133,30
40-40-20 Jagung 22,90 43,16 72,43 91,93 126,53
Kedelai 23,50 42,07 71,17 94,17 128,80
60-40 Jagung 21,91 41,21 70,43 100,90 133,03
kedele 22,73 41,76 71,47 104,13 137,57
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Daun Sawit Muda
Perlakuan Tahap 1 (BST) Tahap 2 (BST) Tahap 3 (BST)
Tebang (%) Tan sela 3 6 9 12 15 3 6 3
20-20-60 Jagung 18,27 a 19,20 a 24,23 a 29,47 a 37,87 a 18,23 20,77 a 14,30
kedelai 16,80 ab 19,27 a 24,17 a 29,47 a 37,83 a 18,40 20,30 a 14,30
40-40-20 Jagung 16,47 ab 19,13 a 23,83 a 29,23 a 37,97 a 17,53 19,90 a 14,70
Kedelai 16,56 ab 19,03 a 23,67 a 29,67 a 37,87 a 17,90 20,23 a 14,50
60-40 Jagung 16,43 b 19,27 a 23,33 a 29,47 a 38,00 a 17,97 20,13 a
kedelai 16,67 ab 19,43 a 23,40 a 29,80 a 38,00 a 17,97 20,63 a
HASIL DAN PEMBAHASAN
Indeks Luas Daun  tidak berbeda nyata
Umur tanaman (BST)
Perlakuan Tebang (%)
6 12 18
20-20-60 11,56 12,33 9,65
40-40-20 8,60 9,90 9,87
60-40 10,92 11,39 9,94
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Jagung tidak berbeda nyata
Tahap Penebangan
Perlakuan Tebang (%)
Thap I Tahap II Tahap III
20-20-60 1.226 2.453 5.040
40-40-20 2.880 4.896 5.000
60-40 4.320 7.200 4.800
Gambar 1. Persentase tanaman berbunga, berbuah pasir dan belum berbunga
Penanaman tanaman sela
Naungan yang ditimbulkan pada peremajaan bertahap mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman sela jagung, dan mempengaruhi biomasa kacang tanah, tetapi tidak berpengaruh
terhadap produksi kacang tanah. Namun tetap menguntungkan karena biaya pembersihan gawangan
sawit, sekaligus menjadi sebagian biaya penanaman tanaman sela. Tanaman sela pada tanaman
sawit muda mempunyai keuntungan-keuntungan :
• memperpendek masa non produktif lahan,
• adanya tambahan pendapatan,
• diversifikasi pendapatan,
• efisiensi penggunaan lahan
• dan membuka kesempatan kerja
Memperpendek masa non produktif lahan:
Tanaman sawit dapat dipanen pada umur 4-5 tahun, pada umur TBM (tanaman belum
menghasilkan) tersebut lahan masih belum menghasilkan. Penanaman tanaman sela diantara
tanaman sawit, seperti tanaman palawija atau tanaman semusim, lahan sudah menghasilkan
mulai dari tahun pertama, sehingga tidak terjadi kekosongan pendapatan petani. Selain itu
menurut Dibyo et al (2011) dengan penanaman tanaman sela di antara tanaman sawit dapat
mempercepat masa TBM tanaman pokok, sehingga umur tanaman berbunga lebih cepat. Hal ini
terjadi karena adanya tanaman sela pemeliharaan sawit lebih intensifnya bersamaan dengan
pemeliharaan tanaman sela .
Pendapatan Petani

20-20-60 20-20-60
Diversifikasi pendapatan
Pergiliran tanaman dalam polatanam berbasis tanaman sawit, memberikan peluang
terhadap diversifikasi sumber pendapatan. Pendapatan tidak hanya diperoleh dari
tanaman sawit, tetapi juga dari tanaman sela. Tanaman sela yang diusahakan dapat
lebih dari 2 jenis atau beberapa jenis sebagai pergiliran tanaman, akan menghasilkan
diversifikasi pendapatan lebih beragam lagi. Diversifikasi pendapatan akan lebih
menjamin kestabilan penghasilan petani karena berasal dari beberapa sumber
pendapat. Selain itu penanaman beberapa jenis tanaman sela akan menghasilkan
beberapa macam produk, sehingga fluktuasi harga yang terjadi pada produk tertentu
dapat diimbangi oleh produk yang lain.
Efisiensi pemanfaatan lahan
Pertanaman sawit rakyat yang sudah tua /rusak mencapai luas 900.000 ha (30%),
apabila dilakukan peremajaan 300.000 dengan perbaikan jarak tanam 8 x 8 meter,
maka diperoleh lahan yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman tanaman sela
mencapai 216.000 ha. Apabila lahan tersebut ditanam jagung dengan produktivitas
6 ton/ha, akan diperoleh jagung pipil sebesar 1.296.000 ton/musim tanam. Suatu
potensi ekonomi yang cukup besar dan dapat menunjang swasembada jagung yang
sedang dicanangkan pemerintah.
Terbukanya kesempatan kerja
Usahatani tanaman palawija memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak, karena kegiatan pada
pengelolaan tanaman ini lebih intensif, sehingga walaupun terdapat tenaga dalam keluarga yang belum
termanfaatkan, namun untuk melaksanakan polatanam dengan tanaman sela di bawah tegakan sawit
akan memerlukan tenaga kerja dari luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja di luar keluarga ini merupakan
peluang lapangan kerja baru. Demikian juga di sektor off farm, hasil yang diperoleh dari tanaman sela
memerlukan trasnportasi, prosesing pasca panen, pemasaran dan pengolahan lebih lanjut yang juga
memerlukan tenaga kerja, dan membuka kesempatan kerja lebih besar lagi. Penanaman tanaman sela
secara bergilir jagung-kacang tanah (0,6 ha) untuk 1 ha pertanaman sawit, memerlukan tenaga kerja 210
hok/tahun. Bila yang akan diremajakan seluas 300.000 ha atau 216.000 ha tanaman sela, maka akan
tersedia lapangan kerja sebanyak 210.000 orang/tahun, angka ini termasuk tenaga kerja diperlukan untuk
pemeliharaan sawit dan pasca panen tanaman sela.
Penggunaan pupuk organic:
Isu kerusakan lingkungan karena penggunaan pupuk anorganik berkepanjangan perlu dicermati.
Saat ini meningkatkan produksi dengan menambah dosis pupuk tidak lagi tepat (signifikan), malah
menunjukkan grafik peningkatan produksi yang melandai. Tanah sudah jenuh bahan-bahan kimia dan
tidak mampu lagi untuk menyerapnya:
• Penggunaan pupuk organic
• Penggunaan miko-organisme sepeti mikorhiza
• Penggunaan pupuk anorganik dikombinasikan dengan pupuk organik yang berbasis bioteknologi
yang memiliki kadar mikroba penyubur/pembenah tanah, dan berorientasi pada kesuburan tanah
dengan menjaga proses biologis dan kimia tanah tetap berlangsung secara alami.
Penanggulangan hama dan penyakit secara hayati dan selektif
• Pemberantasan hama kumbang dengan menggunakan cendawan metharezium.
• Perangkap, alat yang digunakan untuk menangkap kumbang dengan menggunakan insektisida
antraktan.
• Kombinasi menggunakan metarhezium dan perangkap.
RESPON DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI
Respon
Hasil wawancara dengan petani peserta dan petani disekitar kegiatan yang mengikuti teknologi ini
menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang menentukan petani melakukan peremajaan bertahap yaitu
harga bibit dan pendapatan petani selama peremajaan. Harga bibit sangat menentukan kesanggupan petani
melakukan peremajaan, karena dengan harga bibit yang mahal kesanggupan petani menjadi sangat terbatas.
Demikian juga dengan pendapatan, pendapatan petani yang sebagian besar berasal dari hasil kelapa sawit
akan merasa kehilangan pendapatan apabila peremajaan dilakukan terhadap sebagian besar tanamannya.
Respon petani akan meningkat terhadap peremajaan apabila terdapat bantuan baik subsidi harga maupun
bantuan bibit kepada petani dengan pola peremajaan bertahap yang tidak mengurangi pendapatannya secara
drastis.
Adopsi teknologi

• Tingkat adopsi teknologi oleh petani dipengaruhi oleh persepsi petani tentang teknologi tersebut.
Terdapat beberapa ciri teknologi tersebut akan lebih cepat diadopsi antara lain;
• Pemiliki keuntungan relative tinggi
• Selaras dengan pengalaman dan kebutuhan petani
• Tidak rumit
• Dapat dicoba
• Dapat diamati
TERIMA KASIH...
PHOTO KEGIATAN

Sosialisasi Kegiatan Peninjauan Lapangan


PHOTO KEGIATAN

Ploting Lokasi Penelitian Penumbangan Tanaman


PHOTO KEGIATAN

Pembersihan areal Pengolahan Tanah


PHOTO KEGIATAN

Pembersihan areal Pengolahan Tanah


PHOTO KEGIATAN

Pengajiran Pembuatan Lubang Tanam


PHOTO KEGIATAN

Penanaman Kelapa Sawit Penanaman Kelapa Sawit


PHOTO KEGIATAN

Penanaman Tanaman Sela Tanaman Sela Jagung


PHOTO KEGIATAN

Keragaan Tanaman Sela Kedelai Keragaan Tanaman Sela Jagung


PHOTO KEGIATAN

Pengamatan Tanaman Sela Kedelai Keragaan Tanaman Sela Jagung


PHOTO KEGIATAN

Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit


Muda Tua
PHOTO KEGIATAN

Pengendalian hama kumbang Kelapa Sawit


PHOTO KEGIATAN

Keragaan Tanaman Kelapa Sawit Muda Tanaman Kelapa Sawit Muda Berbunga
PHOTO KEGIATAN

Panen Kelapa Sawit Tua


JAGUNG
KEDELAI
DISEMINASI HASIL PENELITIAN
Kunjungan Staf Sub Direktorat Tanaman Tanhunan, Ditjenbun

Kunjungan Ketua Asosiasi


Petani Kelapa sawit PIR Prov
Riau

Penyusunan juknis
demplot peremajaan
sawit di Medan bersama
Sub Dit Tan tahunan
Sosialisasi ke petani di langkat,
SUMUT bersama Ka Sub Dit
Tanaman Tahunan
DISEMINASI HASIL PENELITIAN
Kunjungan ke PTPN XIII Kalimantan Barat

1. Direktur Tanaman Tahunan


2. Kasubdit tanaman tahunan
3. Ka Dishutbun Kalbar
4. Manajer kebun PTPN XIII, Ngabang
DISEMINASI

FOCUS GROUP DISCUSSION HASIL KEGIATAN 2012 DI PEKANBARU RIAU


TANGGAL 7 DESEMBER 2012
DISEMINASI

GELAR TEKNOLOGI PEREMAJAAN KELAPA SAWIT RAKYAT SECARA TEBANG BERTAHAP DI BAGANBATU RIAU TANGGAL
8 DESEMBER 2012
DISEMINASI

PANEN PERDANA OLEH KABAG TU PUSLITBANGBUN TANGGAL 8 DESEMBER 2012


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai