Puslitbun-Peremajaan Sawit Berwawasan Lingkungan Puslitbangbun
Puslitbun-Peremajaan Sawit Berwawasan Lingkungan Puslitbangbun
PEREMAJAAN
SAWIT BERWAWASAN
SAWIT RAKYAT
LINGKUNGAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN
• Kebijakan yang dilakukan adalah kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan dalam upaya
pendayagunaan sumber daya alam dengan tetap mempertahankan aspek-aspek pemeliharaan
dan pelestarian lingkungan.
Ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan antara lain;
1) pembangunan dilaksanakan berdasarkan nilai kemanusiaan,
2) pembangunan memperhatikan lingkungan fisik yang ramah lingkungan,
3) pembangunan mencerminkan usaha meningkatkan produksi nasional,
4) pembangunan dapat memperluas kesempatan kerja,
5) pembangunan bertujuan menuju pemerataan pendapatan, dan
6) pembangunan memiliki usaha terus menerus dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan sosial, budaya, politik dan keamanan.
MASALAH PERKEBUNAN SAWIT RAKYAT:
• Produktivitas rendah (<5 ton tbs/ha/tahun) PB >20 ton dan
hasil penelitian >30 ton.
• Penggunaan bibit unggul < 70%, harga bibit masih terasa
mahal dan sulit
• Luas tanaman tua >30%, tidak berjalannya peremajaan
secara berkelanjutan
Penggunaan bibit unggul <70%:
• Harga bibit siap tanam di penangkar >Rp. 30.000/btg
• Ketersediaannya masih terbatas
• Masih beredarnya bibit non bersertifikat
Peremajaan tidak berjalan:
• Terbatasnya dana petani
• Takut kehilangan pendapatan
• Pendapatan yang diperoleh dari bantuan upah tidak memadai
U S
Ditebang 60%
BAHAN DAN METODE
U S
Ditebang 40%
BAHAN DAN METODE
T
U S
Ditebang 20%
Pengaruh tebang bertahap terhadap kelapa sawit:
Peremajaan bertahap menyisakan tanaman awal yang dapat menimbulkan
naungan bagi tanaman kalapa sawit muda dan tanaman sela. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan terhadap
peremajaan bertahap dengan persentase tahapan yang berbeda-beda
menunjukkan bahwa tingkat peremajaan 30-30-60%, 40-40-20%, 60-40%,
naungan yang ditimbulkan oleh tanaman sawit yang belum ditebang tidak
berpengaruh terhadap tinggi tanaman sawit pada umur >15 bulan (Tabel 1 ).
Tabel 1. Pengaruh peremajaanberthapa terhadap pertumbuhan tinggi kelapa sawit
20-20-60 20-20-60
Diversifikasi pendapatan
Pergiliran tanaman dalam polatanam berbasis tanaman sawit, memberikan peluang
terhadap diversifikasi sumber pendapatan. Pendapatan tidak hanya diperoleh dari
tanaman sawit, tetapi juga dari tanaman sela. Tanaman sela yang diusahakan dapat
lebih dari 2 jenis atau beberapa jenis sebagai pergiliran tanaman, akan menghasilkan
diversifikasi pendapatan lebih beragam lagi. Diversifikasi pendapatan akan lebih
menjamin kestabilan penghasilan petani karena berasal dari beberapa sumber
pendapat. Selain itu penanaman beberapa jenis tanaman sela akan menghasilkan
beberapa macam produk, sehingga fluktuasi harga yang terjadi pada produk tertentu
dapat diimbangi oleh produk yang lain.
Efisiensi pemanfaatan lahan
Pertanaman sawit rakyat yang sudah tua /rusak mencapai luas 900.000 ha (30%),
apabila dilakukan peremajaan 300.000 dengan perbaikan jarak tanam 8 x 8 meter,
maka diperoleh lahan yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman tanaman sela
mencapai 216.000 ha. Apabila lahan tersebut ditanam jagung dengan produktivitas
6 ton/ha, akan diperoleh jagung pipil sebesar 1.296.000 ton/musim tanam. Suatu
potensi ekonomi yang cukup besar dan dapat menunjang swasembada jagung yang
sedang dicanangkan pemerintah.
Terbukanya kesempatan kerja
Usahatani tanaman palawija memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak, karena kegiatan pada
pengelolaan tanaman ini lebih intensif, sehingga walaupun terdapat tenaga dalam keluarga yang belum
termanfaatkan, namun untuk melaksanakan polatanam dengan tanaman sela di bawah tegakan sawit
akan memerlukan tenaga kerja dari luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja di luar keluarga ini merupakan
peluang lapangan kerja baru. Demikian juga di sektor off farm, hasil yang diperoleh dari tanaman sela
memerlukan trasnportasi, prosesing pasca panen, pemasaran dan pengolahan lebih lanjut yang juga
memerlukan tenaga kerja, dan membuka kesempatan kerja lebih besar lagi. Penanaman tanaman sela
secara bergilir jagung-kacang tanah (0,6 ha) untuk 1 ha pertanaman sawit, memerlukan tenaga kerja 210
hok/tahun. Bila yang akan diremajakan seluas 300.000 ha atau 216.000 ha tanaman sela, maka akan
tersedia lapangan kerja sebanyak 210.000 orang/tahun, angka ini termasuk tenaga kerja diperlukan untuk
pemeliharaan sawit dan pasca panen tanaman sela.
Penggunaan pupuk organic:
Isu kerusakan lingkungan karena penggunaan pupuk anorganik berkepanjangan perlu dicermati.
Saat ini meningkatkan produksi dengan menambah dosis pupuk tidak lagi tepat (signifikan), malah
menunjukkan grafik peningkatan produksi yang melandai. Tanah sudah jenuh bahan-bahan kimia dan
tidak mampu lagi untuk menyerapnya:
• Penggunaan pupuk organic
• Penggunaan miko-organisme sepeti mikorhiza
• Penggunaan pupuk anorganik dikombinasikan dengan pupuk organik yang berbasis bioteknologi
yang memiliki kadar mikroba penyubur/pembenah tanah, dan berorientasi pada kesuburan tanah
dengan menjaga proses biologis dan kimia tanah tetap berlangsung secara alami.
Penanggulangan hama dan penyakit secara hayati dan selektif
• Pemberantasan hama kumbang dengan menggunakan cendawan metharezium.
• Perangkap, alat yang digunakan untuk menangkap kumbang dengan menggunakan insektisida
antraktan.
• Kombinasi menggunakan metarhezium dan perangkap.
RESPON DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI
Respon
Hasil wawancara dengan petani peserta dan petani disekitar kegiatan yang mengikuti teknologi ini
menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang menentukan petani melakukan peremajaan bertahap yaitu
harga bibit dan pendapatan petani selama peremajaan. Harga bibit sangat menentukan kesanggupan petani
melakukan peremajaan, karena dengan harga bibit yang mahal kesanggupan petani menjadi sangat terbatas.
Demikian juga dengan pendapatan, pendapatan petani yang sebagian besar berasal dari hasil kelapa sawit
akan merasa kehilangan pendapatan apabila peremajaan dilakukan terhadap sebagian besar tanamannya.
Respon petani akan meningkat terhadap peremajaan apabila terdapat bantuan baik subsidi harga maupun
bantuan bibit kepada petani dengan pola peremajaan bertahap yang tidak mengurangi pendapatannya secara
drastis.
Adopsi teknologi
• Tingkat adopsi teknologi oleh petani dipengaruhi oleh persepsi petani tentang teknologi tersebut.
Terdapat beberapa ciri teknologi tersebut akan lebih cepat diadopsi antara lain;
• Pemiliki keuntungan relative tinggi
• Selaras dengan pengalaman dan kebutuhan petani
• Tidak rumit
• Dapat dicoba
• Dapat diamati
TERIMA KASIH...
PHOTO KEGIATAN
Keragaan Tanaman Kelapa Sawit Muda Tanaman Kelapa Sawit Muda Berbunga
PHOTO KEGIATAN
Penyusunan juknis
demplot peremajaan
sawit di Medan bersama
Sub Dit Tan tahunan
Sosialisasi ke petani di langkat,
SUMUT bersama Ka Sub Dit
Tanaman Tahunan
DISEMINASI HASIL PENELITIAN
Kunjungan ke PTPN XIII Kalimantan Barat
GELAR TEKNOLOGI PEREMAJAAN KELAPA SAWIT RAKYAT SECARA TEBANG BERTAHAP DI BAGANBATU RIAU TANGGAL
8 DESEMBER 2012
DISEMINASI