Anda di halaman 1dari 12

CATATAN KRITIS ASPEK KESEHATAN MASYARAKAT

TENTANG PENGADAAN VAKSIN COVID-19 DI INDONESIA


MELALUI DIPLOMASI PEMERINTAH

Oleh:
Dr. Sumarjati Arjoso, SKM
Majelis Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

12 November 2020
PENDAHULUAN

• Covid-19 merupakan pandemi, tercatat di dunia hampir semua


negara mengalami. WHO mencatat per 10 November 2020,
terdapat kasus konfirmasi positif Covid sebanyak 50,676,072
dengan angka kematian 1,261,075.
• Beberapa negara bahkan sudah mengalami second waves,
termasuk negara2 maju di Eropa.
• Berbagai upaya pencegahan dan pengobatan dicoba dan
dikembangkan oleh berbagai negara, termasuk pengembangan
vaksin Covid-19.
Vaksinasi Covid-19

• Vaksinasi merupakan cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kekebalan tubuh
dan mencegah penularan penyakit. Syarat utama vaksin adalah: safety (aman) dan
efektif/bermanfaat
• Dalam rangka penanggulangan pandemi Covid-19 dan menjaga kesehatan masyakat,
Pemerintah telah mengeluarkan:
• Peraturan Presiden No. 99 tahun 2020 tentang Pengadaan dan Pelaksanaan Vaksin Dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi Covid-19.
• Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 28 Tahun 2020 tentang pelaksanaan pengadaan vaksin dalam rangka
penanggulangan Covid-19

• Presiden telah memberikan arahan agar Menteri/Pimpinan Lembaga segera menyusun


Roadmap Pemberian Vaksin Covid-19. Pelaksanaan vaksinasi dilakukan dengan tidak
tergesa-gesa karena vaksinasi harus memastikan manfaat dan keamanannya
Sumber: Grand Design/Roadmap Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19, Kemenkes 2020
10 KANDIDAT VAKSIN YANG MASUK UJI KLINIS
TAHAP 3 BERDASARKAN RILIS WHO

1. Vaksin inactivated yang dikembangkan Sinovac


2. Vaksin inactivated yang dikembangkan Wuhan Institute of Biological Products/Sinopharm
3. Vaksin inactivated yang dikembangkan Beijing Institute of Biological Products/Sinopharm
4. Vaksin ChAdOx1-S yang dikembangkan University of Oxford/ AstraZeneca
5. Vaksin Ad5-nCoV yang dikembangkan CanSino Biological Inc./Beijing Institute of
Biotechnology
6. Vaksin Adeno-based (rAd26-S+rAd5-S) yang dikembangkan Gamaleya Research Institute
7. Vaksin Ad26COVS1 yang dikembangkan Janssen Pharmaceutical Companies
8. Vaksin Protein Subunit yang dikembangkan Novavax
9. Vaksin LNP-encapsulated mRNA yang dikembangkan Moderna/NIAID
10. Vaksin 3 LNP-mRNAs yang dikembangkan BioNTech/Fosun Pharma/Pfizer
DIPLOMASI PENGADAAN VAKSIN COVID-19

• Dalam hal Diplomasi Antar Negara untuk Pengadaa Vaksin Covid-19, pasti yg paling handal adalah dari
Kementerian Luar Negeri. Namun sisi substansi, mutu, dan keamaman vaksinnya, maka Kementerian
Kesehatan lah yang paling memahaminya. Untuk itu jangan sampai Kemenkes ini ditinggalkan dalam
diplomasi pengadaan vaksin.

• Kebijakan pengadaan Pengadaan vaksin Covid-19 dilakukan melalui 2 cara :


a. Pengembangan dalam negeri, contohnya vaksin merah putih, melibatkan peneliti lokal dipimpin oleh
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan bekerjasama dengan BUMN Farmasi serta para peneliti asing;
b. Pengembangan kerja sama dengan negara lain (Jalur Diplomasi) yang telah melakukan uji klinis
terhadap kandidat vaksin Covid-19 di antaranya:
• Republik Rakyat Tiongkok dengan perusahaan farmasi Sinovac Biotech.
• Inggris dengan AstraZeneca-Oxford dan Imperial College London- VacEquity Global Health Inc.
• Sinopharm (yang bekerja sama dengan G-42 dari Uni Emirat Arab).
• Amerika Serikat dengan Novavax Inc, dll
VAKSIN UNTUK SEMUA

• WHO mengkhawatirkan sekiranya vaksin yg dibuat dg biaya mahal itu


dinikmati oleh negara pembuat vaksin dan negara kaya yg mampu beli
vaksin sehingga " meninggalkan" negara miskin yg tdk mampu bikin atau
beli vaksin, sehingga melanggar keadilan.
• Hingga 7 Oktober SAGE belum merekomendasikan vaksin utk digunakan
dan WHO belum mengeluarkan PQ dan EUL
• Peneliti berpesan agar dalam pengembangan vaksin Covid-19
memerhatikan potensi bahayanya seperti Vaksin Dengue.
CATATAN PENGADAAN VAKSIN INDONESIA

• Menlu dan Menteri BUMN ke Cina, ke Emirat Arab dan negara lainnya untuk Diplomasi vaksin Covid-
19. sayangnya Menteri Kesehatan awalnya tidak diajak padahal Kemenkes lah yang harusnya paling
memahami soal vaksin ini.
• Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia mau mendapat/ membeli 250 juta dosis vaksin.
Negara lain hanya dapat beberapa juta paling 10 juta. Kita akan lakukan vaksinasi, kalau sudah
mencukupi kita export lagi. Padahal belum ada satupun Vaksi Covid-19 yang sudah lolos Uji Klinis
Tahap 3, termasuk Vaksin Sinovac masih dalam proses uji klinis tahap 3 di Jabar/ Bandung kepada
1.650 orang (dilakukan 2 kali).
• Bio Farma disiapkan untuk memproduksi vaksin(atau memasukkan vaksin dari bulk kedalam
botol2). Ujicoba tahap ke 3 Diperkirakan selesai Januari.Belum ada keputusan dari BPOM ttn
keamanan dan eficacy apalagi izin edar.
• Disisi lain Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan mengumumkan vaksinasi akan dilaksanakan mulai
November lalu diundur Desember 2020 diprioritaskan utk tenaga medis, sebnyk 9 juta dosis, terus
berubah lagi.Vaksin yg mana? Sinovac kan baru setelah ada Izin edar atau EUL dari Badan POM?
• Indonesia dgn koordinator Eijkman sedang proses memproduksi vaksin Merah Putih. Vaksin Merah
Putih ditargetkan selesai akhir 2021
• Gub Jabar memberi contoh di vaksinasi, sedangkan Menteri BUMN " MENOLAK" Utk di vaksinasi
sehingga masyarakat skeptis
DIPLOMASI HARUS JAGA ETIKA BIROKRASI

• Diplomasi pengadaan vaksin penting, agar Indonesia bisa memastikan ketersediaan vaksin
dengan jumlah yang cukup. Namun urusan vaksin kan juga urusan kesehatan? Menkes baru
diajak pada tahap akhir dan tdk pernah bersuara.
• Mestilah diplomasi kemudian meninggalkan etika BIROKRASI ? Mengabaikan tupoksi
pembantu presiden? Mengabaikan.ketentuan WHO dengan menyatakan " akan membeli
beratus juta dosis vaksin- dan membiarkan negara lain hanya dapat membeli beberapa juta
dosis saja "?
• Haruskah presiden dan menteri - kecuali menteri kesehatan bicara dengan berbagai pesan yg
tdk konsisten termasuk utk sasaran, harga vaksin dll?- Bila masyarakat bingung dan ada yg
menolak vaksinasi, apakh harus diberi sangsi? Siapa yg salah?
• Diplomasi vaksin sangat diperlukan untuk " merebut" vaksin agar " tidak keduluan " dari
negara lain, tetapi bukan harus meninggalkan ETIKA dan membingungkan masyarakat
PENDANAAN VAKSIN

• Pengadaan vaksin Covid-19 membutuhkan anggaran sangat besar.

• Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas menyampaikan


estimasi kebutuhan anggaran pengadaan vaksin Covid-19 kira-kira kebutuhan
anggarannya mencapai Rp 46 triliun hingga Rp 62 triliun. Rp 46 triliun itu kalau
harganya 10 Dolar AS (per vaksin) kalau Rp 62 triliun itu kalau harganya 15 dolar AS

• Itu belum termasuk angaran untuk Penyediaan sarana dan prasarana dan kegiatan
Pelayanan imunisasi (termasuk insentif bagi vaksinator)
PENUTUP

• Prediksi banyak pakar menunjukkan bahwa kita masih akan lama


hidup bersama dengan Covid-19.
• Belum diketahui secara pasti kapan berakhirnya, sekalipun ada
vaksinasi Covid-19
• Untuk itu penting untuk memperkuat upaya pencegahan Covid-19,
antara lain dengan melaksanakan 3M dan tidak merokok.
• Penting untuk melakukan sosialisasi dan edukasi seluas-luasnya

Anda mungkin juga menyukai