KIMIA
03
PROSEDUR KERJA
04 05
KESIMPULAN
PEMBAHASAN
01. TINJAUAN TEORITIS
Kelarutan adalah kemampuan zat terlarut (solute) untuk dapat larut dalam pelarut (solvent) tertentu. Pelarut
merupakan suatu cairan berupa zat murni maupun campuran. Zat terlarut dapat berupa gas, cair atau padat. Dua zat
cair yang bercampur dengan komposisi tertentu dapat mengalami tiga kemungkinan yaitu larut sempurna, larut
sebagian dan tidak larut sama sekali. Etanol dalam air merupakan contoh larutan yang larut sebagian. Sistem biner
fenol-air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu
dan tekanan tetap. Sistem tersebut disebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu
fenol dan air (Marceliana.2013) Penambahan butanol atau fenol dalam air akan diperoleh larutan jenuh butanol atau
fenol dalam air. Penambahan butanol atau fenol diteruskan lagi akan diperoleh larutan air dalam fenol atau butanol
yang memisah sebagai larutan tersendiri. Pada penambahan selanjutnya akan diperoleh larutan jenuh air dalam
butanol atau fenol, dimana pada saat ini kedua lapisan akan menghilang dan menjadi satu lapisan lagi.
Kedua larutan jenuh air dalam butanol atau air dalam fenol atau sebaliknya dikatakan sebagai larutan
konjugat. Larutan konjugat hanya terjadi pada range suhu tertentu. Misalnya untuk sistem air-butanol
terdapat pada range suhu 0-126 °C. Berdasarkan literatur, maka diatas suhu ini air dan butanol dapat
saling melarutkan pada setiap komposisi yang diberikan.Suhu ini disebut suhu kritis air-butanol.
Temperatur kritis (Tc) adalah batas atas temperatur dimana terjadi pemisahan fase. Diatas temperatur
batas atas, kedua komponen benar-benar tercampur. Temperatur ini ada gerakan termal yang lebih
besar menghasilkan kemampuan campur yang lebih besar pada kedua komponen. Dalam hal ini pada
temperatur rendah kedua komponen lebih dapat campur karena komponen-komponen itu membentuk
kompleks yang lemah, pada temperatur lebih tinggi kompleks itu teruarai dan kedua komponen
kurang dapat bercampur.
02. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Tabung reaksi besar 50 ml (1 buah)
2. Beaker gelas 50 ml (1 buah)
3. Gelas ukur 100 ml (2 buah)
4. Pengaduk (1 buah)
5. Termometer 1000 C (1buah)
6. Bunsen (1 buah)
7. Pipet tetes (2 buah) BAHAN
8. Kassa (1buah) 1. Aquades 10 ml
9. Penjepit (1 buah) 2. n-butanol atau fenol C 15 ml
03. PROSEDUR KERJA
A. Prosedur penambahan butanol ke dalam air.
1. Menyiapkan penangas dan alat-alat
2. Masukkan 10 ml air dalam tabung reaksi
3. Melalui pipet tetes Masukkan 1 ml butanol ke dalam air dalam tabung reaksi
4. Panaskan tabung beserta isinya dalam penangas sambil diaduk sampai tidak tampak keruh
5. Mengangkat tabung dari penangas dan biarkan cairan menjadi dingin sambil diaduk
6. Catat suhu saat larutan keruh
7. Mengulangi langkah yang sama dengan setiap menambahkan 1 ml butanol sampai penambahan butana mencapai 10
ml.
B. penambahan air kedalam butanol.
1. Percobaan yang hampir sama dengan percobaan pertama namun bedanya pada percobaan ke-2 tambahkan 1ml air ke
dalam tabung yang berisi butaro sampai penambahan mencapai 10 ml
04.PEMBAHASAN
Pencampuran butanol ke dalam air akan diperoleh larutan yang tidak saling bercampur
dan membentuk dua lapisan, lapisan atas adalah air dan lapisan bawah adalah butanol.
Hal ini dikarenakan air memiliki massa jenis yang lebih rendah dibandingkan butanol. Pada
penambahan butanol 1 mL yang pertama tidak terjadi kekeruhan sehingga tidak diperlukan
pemanasan dan percobaan dilanjutkan dengan penambahan 1 ml butanol yang kedua.
Pada penambahan 1 mL butanol yang kedua, larutan mengalami kekeruhan yang
menandakan bahwa larutan bercampur sebagian. Kemudian campuran air dan butanol ini
dipanaskan sambil diaduk hingga kekeruhan tersebut hilang. Hilangnya kekeruhan
tersebut menandakan bahwa pada suhu tersebut kedua larutan dapat saling melarutkan.
Setelah campuran menjadi jernih, tabung reaksi diangkat dan didinginkan sambil tetap
diaduk. Kemudian diamati dan dicatat suhu larutan ketika mulai keruh kembali yang disebut sebagai suhu
terbentuknya sistem dua fase.
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa adanya pengaruh komposisi terhadap kelarutan dua zat cair yang
bercampur sebagian dimana semakin besar volume butanol yang ditambahkan ke dalam air, larutan
semakin keruh dan suhu yang dicapai ketika larutan jernih juga semakin tinggi.
Akibatnya suhu yang dicapai ketika larutan kembali keruh juga meningkat. Hal ini disebabkan karena
penambahan butanol tersebut menyebabkan kedua zat cair (butanol -air) saling tidak bercampur semakin
besar sehingga diperlukan energi yang lebih besar untuk membuat campuran tersebut menjadi homogen
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.
Please keep this slide for attribution.