Anda di halaman 1dari 18

KONSEP BERMAIN PADA

ANAK
Definisi Bermain
• Bermain adalah pekerjaan anak, dalam bermain anak
secara kontinu mempraktikan proses hidup yang rumit
dan penuh stres, komunikasi, dan mencapai hubungan
yang memuaskan dengan orang lain (Wong, 2008).
• Bermain adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan anak-anak sehari-hari karena bermain
sama dengan bekerja pada orang dewasa (Supartini,
2004).
• Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk
mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak
disadarinya (Miller dan Keong, 1983).
Fungsi Bermain
a. Perkembangan sensorik-motorik, pada saat melakukan permainan
aktivitas sensorik-motorik merupakan komponen terbesar yg digunakan
anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot
b. Perkembangan intelektual, pd saat bermain anak melakukan
eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yg ada di lingkungan
sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan
membedakan objek.
c. Perkembangan sosial, Anak belajar memberi & menerima, anak
belajar berinteraksi dgn teman, memahami bahasa lawan bicara, dan
belajar ttg nilai sosial

d. Perkembangan kreativitas, anak akan belajar dan mencoba untuk


merealisasikan ide-idenya
e. Perkembangan kesadaran diri, anak akan mengembangkan
kemampuannya dlm mengatur tingkah laku dan akan belajar
mengenal kemampuannya serta membandingkannya dgn orang
lain.

f. Perkembangan moral, anak mempelajari nilai benar & salah dr


lingkungannya, terutama dr orang tua & guru. Anak akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut shg
dpt diterima di lingkungannya & dpt menyesuaikan diri thd aturan
yg ada
g. Bermain sebagai terapi, anak akan terlepas dari ketegangan &
stress yg dialaminya krn dgn melakukan permainan anak akan
dapat mengalihkan rasa sakitnya (distraksi) & relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan, terutama bagi anak yg
sedang dirawat di RS.
Faktor yang mempengaruhi aktifitas bermain
1. Tahap tumbuh kembang anak
Bermain disesuaikan dengan tahap tumbuh kembang anak dan jenis permainan
dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Status kesehatan
Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan
dengan anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan
banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyak energi.
3. Intelegensi
Anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak yang kurang cerdas.
Anak yang cerdas lebih menyenangi permainan yang bersifat merangsang daya
berpikir mereka.
4. Jenis Kelamin
Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak
energi, Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat
dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak
perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.
5. Status sosial ekonomi
Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang status
sosial ekonomi tinggi, lebih banyak tersedia alat-alat
permainan yang lengkap dibandingkan dengan anak-anak yang
dibesarkan di keluarga yang status ekonomi rendah
6. Lingkungan
Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan
peralatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan
menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.
7. Peralatan bermain
Peralatan main yang dimiliki anak mempengaruhi permainan
KLASIFIKASI PERMAINAN
1. Berdasarkan Isi Permainan :
a. Social Affective Play
Permainan yang membuat bayi/anak merasakan kesenangan dalam
berhubungan dengan orang lain.
b. Sense of Pleasure Play
Permainan dengan menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa
senang pada anak dan biasanya mengasikkan sehingga susah untuk di
hentikan.
c. Skill Play
Permainan ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak shg diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil
dalam sebagai hal. Mis: bayi memegang benda, memindahkan benda, naik
sepeda, main bongkar pasang, dll.
d. Games
Permainan dengan menggunakan alat tertentu dengan perhitungan (skore).
Mis: ular tangga, congklak, puzzle
e. Unoccupied Behavior
Anak tidak bermain tetapi memfokuskan perhatian mereka
secara singkat pada apapun yang menarik perhatian mereka.
Mis: melamun, memainkan pakaian atau objek yang lain,
mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit, bungkuk,
memainkan kursi, meja
f. Dramatic Play
Permainan berpura-pura dalam berperilaku, seperti anak
memperankan sebagai orang dewasa, seorang ibu dan guru
dalam kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah
anak dituntut aktif dalam memerankan sesuatu.
2. Berdasarkan Karakter Sosial
a. Onlooker Play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang
lain tetapi tidak ikut bermain. Permainan ini biasanya
dimulai pada usia toddler. Misalnya memerhatikan
kakak menendang bola.
b. Solitary Play
Selama permainan tunggal, anak bermain sendiri
dengan mainan yang berbeda dengan mainan yang
digunakan oleh anak lain di tempat yang sama. Minat
dipusatkan pada aktifitas mereka sendiri tanpa terkait
dengan aktifitas anak lain
c. Parallel Play
Bermain sendiri di tengah-tengah anak lain yang
sedang bermain akan tetapi tidak ikut dalam kegiatan
orang lain.
d. Associative Play
Pada permainan asosiatif anak bermain bersama dan
mengerjakan aktifitas serupa atau bahkan sama, tetapi
tidak ada organisasi, pembagian kerja, penetapan
kepemimpinan, atau tujuan bersama. Permainan ini
dimulai pada usia todler sampai usia prasekolah.
e. Cooperative Play
Permainan yang terorganisir dalam
kelompok, ada tujuan kelompok dan ada
memimpin. Permainan ini di mulai dari usia
prasekolah, usia sekolah dan remaja.
JENIS PERMAINAN BERDASARKAN
USIA
1. Usia 0-1 tahun (Bayi)
Permainan unuk melatih reflex, melatih kerja sama
antara mata dan tangan, mata dan telinga melatih
mengenal suara, kepekaan perabaan.
Mainan yang dapat dimasukkan kedalam mulut,
gambar bentuk muka, boneka orang  dan binatang,
alat permaianan yang dapat digoyang dan
menimbulkan suara.
2. Usia 1-3 tahun (Todler)
Permainan pada usia ini bertujuan untuk melatih
anak melakukan gerakan mendorong atau menarik,
melatih imajinasi, melatih anak melakukan
kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan beberapa
bunyi dan mampu membedakannya
Jenis permainan pada usia ini seperti alat
permainan yang dapat didorong dan di tarik,
berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku
bergambar, kertas, pensil berwarna, dll.
3. Usia 3-6 tahun (Prasekolah)
Pada usia ini, anak sudah mulai mampu
mengembangkan kreativitasnya dan sosialisasi,
mengembangkan dan mengontrol emosi, motorik
kasar dan halus.
Jenis permainan yang dapat digunakan seperti
benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah
anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar
melipat, gunting, dan air.
4. Usia 6-12 tahun (Sekolah)
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah
dibedakan menurut jenis kelaminnya. Bermain
dengan kelompok, dapat belajar dengan aturan-aturan
kelompok, belajar mandiri, kooperative bersaing,
menerima orang lain dan tingkah laku yang diterima.
Alat permainan yang digunakan adalah: Puzzle (teka-
teki), kartu, buku, alat untuk mencat/melukis,
bersepeda, olah raga, mengumpulkan perangko,
mainan kartu.
Bermain untuk anak yg dirawat di Rumah
Sakit
• Merupakan aktivitas yg sehat dan diperlukan
untuk kelangsungan tumbuh kembang anak
dan memungkinkan untuk dapat menggali dan
mengekpresikan perasaan dan pikiran anak,
mengalihkan perasaan nyeri dan relaksasi
TERAPI BERMAIN PADA ANAK YANG
DIHOSPITALISASI
1. Anak sakit tetap membutuhkan aktivitas bermain
2. Bermain memberi kesempatan kpd anak utk
meyelesaikan tugas perkembangan &
membangun koping thdp stres
3. Bermain menyediakan kebebasan utk
mengekspresikan emosi & menanggulangi
pengalaman yg tdk menyenangkan
4. Respon hospitalisasi berkurang shg anak lebih
kooperatif
PRINSIP BERMAIN DI RS
1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan
sederhana.
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi
silang.
3. Kelompok umur yg sama.
4. Permainan tidak bertentangan dgn pengobatan
5. Semua alat permaianan dpt dicuci
6. Melibatkan ortu.

Anda mungkin juga menyukai