Anda di halaman 1dari 13

REVIVALISME

&
PIETISME
DALAM GEREJA
Latar Belakang
• Gerakan Pietisme ini muncul pada awal abad ke-17-
18 (k.l 1675) yang berpusat di Belanda, Jerman &
Inggris.
• Penyebab munculnya aliran ini adalah sebagai reaksi
dari beberapa kalangan dalam tubuh gereja Protestan
yang prihatin atas kesuaman dan kelesuan yang
terjadi dalam gereja.
• Adapun penyebab kesuaman dan kelesuan yang
terjadi dalam tubuh gereja saat itu adalah karena
pengaruh gerakan Pencerahan/Rasionalisme/
Sekularisme/ Teologi Liberal yang banyak menyerang
paham-paham pokok dalam kekristenan (mis:
ketuhanan Yesus, kisah Alkitab, mujizat, dll).
GERAKAN PIETISME & REVIVALISME
Pengertian
• Kata Pietisme berasal dari bahasa Latin “Pieta;
Pietis” yang artinya “kesalehan”. Di Belanda &
Jerman disebut Pietisme. Di Inggris & Amerika
disebut Revival yang artinya “dihidupkan kembali”.
• Jadi gerakan Pietime & Revival berarti paham dalam
gereja yang menekankan kepada kesalehan hidup,
dimana paham ini ingin
menghidupkan/membangkitkan kembali kehidupan
rohani dalam gereja yang dipandang mengalami
kesuaman serta kelesuan pada masa tersebut.
• Dampak dari Pencerahan menjadikan khotbah di
gereja hanya untuk memuaskan logika & rasio
belaka, tidak lagi menyentuh aspek jiwa dan rohani
manusia.
• Konsep Teologi menjadi dingin dan menyimpang
dari cita-cita reformasi
• Demikian pula, orientasi hidup warga jemaat
ditujukan semata-mata untuk urusan dunia ini saja.
• Agama dipandang sebagai perkara biasa saja, yang
memang masih ada, tetapi tinggal secara lahiriah
semata. Kehidupan agama tidak lagi
menggerakkan hati serta kurang dipraktekkan
dalam hidup kekristenan sehari-hari.
• Berdasarkan situasi tersebut, maka gerakan
Pietisme berusaha untuk memberantas
kesuaman tersebut dan berusaha membina
kembali kehidupan rohani jemaat.
• Cita-cita/ pengajaran gerakan Pietisme pada
dasarnya sama dengan cita-cita para reformator
gereja (Luther, Calvin dll) yaitu agar anggota-
anggota gereja sesungguh-sungguh percaya dan
hidup dari pengampunan dosa yang telah
dianugerahkan Allah dalam Yesus Kristus dan
melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah
kepada manusia.
Tokoh-Tokoh Pietisme & Revivalisme
I. Di Jerman
1. Philip Jacob Spener (1617-1705)
• Spener adalah seorang pendeta berkebangsaan Jerman. Ia
keberatan terhadap pola dalam Gereja Lutheran pada zaman itu
dan pada pengaruh mistik yang ada di Gereja. Menurutnya,
mistik itu tidak sesuai dengan Alkitab dan hanya menimbulkan
sikap pasif saja.
• Spener mengemukakan pendapatnya bahwa Gereja sudah
cukup lengkap, tetapi hidup jemaat harus dibaharui kembali. Ia
memberi tekanan pada pelajaran Alkitab yang harus
dipraktekan oleh jemaat. Pandangannya tertuju kepada
kesalehan hidup yang lebih besar daripada pengetahuan.
• Pandangan Spener banyak ditentang oleh pemimpin-pemimpin
Gereja masa itu, tetapi tidak sedikit yang tertarik padanya.
2. August Hermann Francke (1663-1727)
•  Francke adalah pendeta di Halle (pusat pietisme di Jerman).
Ia seorang pendeta yang cakap, yang mau untuk melangkah
lebih maju lagi dari sebelumnya.
• Perubahan terjadi ketika pada suatu hari ia mendapat
empat ringgit dalam peti derma untuk orang miskin.
Pemberian itu dianggap olehnya sebagai petunjuk Tuhan
baginya untuk mengurus orang miskin. Dengan modalnya, ia
membuka sebuah sekolah untuk anak-anak miskin, dan
rupanya pekerjaannya mendapat perhatian dari pihak luar
yang menunjang usahanya dalam segi finansial.
• Dari segi rohani sendiri, Francke mendirikan sebuah
perkumpulan untuk menyiarkan Alkitab, yang akan
mengusahakan penjualan Alkitab dengan harga yang sangat
murah agar bisa dimiliki oleh setiap anggota jemaat.
3. Ludwig Graf  von Zinzendorf (1700-1760)
•  Ia dididik di Halle, sehingga sejak masa mudanya ia hidup dalam
suasana Pietis yang sejati. Setamat sekolahnya, ia pulang ke
daerahnya di bagian timur negeri Saksen lalu membuat suatu
persekutuan Gereja dan Sosial yang diberi nama Herrnhut
(perlindungan Tuhan), menurut jiwa dan tujuan Pietis. Namun,
karena didesak oleh Gereja Lutheran, pemerintah Saksen
membuangnya ke luar negeri pada tahun 1738.
• Akhirnya ia mengunjungi banyak Negara dengan mengajarkan paham
Herrnhut yang mendapat sambutan yang baik dari orang-orang.
• Pola Francke dan Zinzendorf berbeda. Francke berfokus pada
pemeriksaan hati yang cemar dan berdosa, pergumulan penyesalan
dan pertobatan yang berujung kepada pengalaman-pengalaman
rohani manusia yang saleh. Sedangkan Zinzendorf lebih kepada
kerajinan dan usaha untuk mengabarkan Injil. Mereka berjalan
dengan iman ketika akan melakukan pekabaran Injil.
II. Di Inggris
1. John Wesley & Charles Wesley
 Mereka adalah Pendeta Gereja Inggris namun
merasa kehidupan rohaninya hampa & kosong.
 Melalui pembacaan surat Roma, mereka
mengalami pembaharuan rohani
 Mereka lalu mulai berkhotbah dimana-mana
(jumlah khotbah kl. 40.000 buah)
 Mereka juga prihatin dengan kondisi gereja di
Inggris.
Ia juga menahbiskan oran-orang awam menjadi
Pendeta (awal berdirinya Gereja Metodis)
Penekanan Ajaran Pietisme
Untuk dapat mencapai tujuannya, kaum
Pietis menekankan:
1.      Iman yang berpusat pada Alkitab
(bukan pada ajaran/ dogma gereja)
2.      Pengalaman khas dalam kehidupan
kristiani (rasa berdosa, pengampunan,
pertobatan, kesucian hidup, dan kasih dalam
persekutuan)
3.      Pengungkapan iman secara bebas
melalui nyanyian, kesaksian dan semangat
menginjili.
4. Kesalehan batin perseorangan
Tiap-tiap orang Kristen harus mengambil bagian dalam hidup rohani.
Masing-masing harus sadar akan dosa-dosanya yang menimbulkan
pergumulan sehingga pada akhirnya menuju ke pertobatan sejati.
Baptisan dan masuk sidi tidak berguna jika tanpa pertobatan.
5. Praktek kesalehan dalam hidup sehari-hari
Seorang Kristen diwajibkan untuk memperlihatkan imannya dengan buah
iman itu. Bukti kesalehan lebih penting daripada teori ajaran.
6. Kebiasaan beraskese
Pandangan Pietisme membawa penganutnya kepada sikap anti terhadap
dunia, karena mengandung banyak dosa dan sangat berbahaya untuk
hidup rohani. Mereka bersifat moralistis dan eskhatologis.
7. Organisasinya berupa konventikel
Orang Pietis suka berhimpun di perkumpulan kecil (konventikal) yang
terdiri dari orang-orang saleh yang tidak puas dengan kebaktian-
kebaktian resmi di gedung-gedung Gereja.
DAMPAK PIETISME
1. Dampak Positif
Dampak Positif yang ditimbulkan oleh aliran Pietisme ini
adalah:
1.      Banyak berdiri lembaga Pekabaran Injil & Lembaga
Alkitab (diantaranya banyak yang datang ke Indonesia)
2.      Pekabaran injil yang dilakukan bersifat umum dan
menyeluruh, dimana ajaran yang dipegang sesuai dengan
Alkitab.
3.      Kehidupan berpusat pada firman Tuhan
4.      Melakukan pembaharuan di bidang sosial (mis:
melarang perbudakan, dll)
5.      Pola kesalehan sangat ditanamkan dalam kehidupan
kelompok-kelompok Kristen khususnya pada diri sendiri.
2. Dampak Negatif
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh aliran
Pietisme ini adalah:
1.      Berpikir pada manusia yang saleh itu adalah
menjadi pusat hidup rohani.
2.      Menimbulkan rasa semangat fanatik dan
sekte-sekte kecil.
3.      Menimbulkan perpisahan-perpisahan
jemaat yang berbeda aliran.
4.      Seringkali menimbulkan pertikaian dalam
gereja.

Anda mungkin juga menyukai