Anda di halaman 1dari 25

ANALGETIKA

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
NYERI
• Nyeri  Pain  Peone  Poine =
penalti / hukuman

Nyeri 
• perasaan tidak menyenangkan
• pengalaman emosional
• berhubungan dengan kerusakan
jaringan yang aktual maupun
potensial
EPIDEMIOLOGI
• 50 juta penduduk Amerika secara pasial atau total menderita
karena mengalami nyeri
• Total biaya tahunan penanganan nyeri mencapai milyaran
dolar Amerika
• Laporan dari pasien rawat inap : 50% pasien mengalami
kejadian nyeri, 15% darinya mengalami nyeri moderat – hebat
sepanjang 50% dari waktu tinggalnya di RS, dan 15%
melakukan komplain bahwa mereka tidak puas dengan
kontrol nyeri yg diberikan.
PATOFISIOLOGI
NYERI BERDASARKAN DURASI
1. Nyeri akut ( Nociceptive ) :
A. Somatik : nyeri berdenyut, terlokalisir baik
 nyeri dalaman (tulang, otot, jaringan ikat, sendi )
 nyeri permukaan (nyeri I dan nyeri II)
B. Visceral : nyeri terasa berasal dari struktur lain yang
terhubung atau bisa juga terlokalisasi baik
 organ dalam (usus besar atau pankreas)
PATOFISIOLOGI… LANJUTAN

2. Nyeri kronis ( Neuropathic ) :


• Terjadi karena pemrosesan abnormal dari input sensori
oleh SST atau SSP
• Penyebab  adanya kerusakan syaraf atau rangsang
nyeri yang menetap
• Contoh : diabetic neuropaty, gangguan tulang belakang,
nyeri kanker
• Sulit untuk diterapi
4 SUB TIPE NYERI KRONIK

1. nyeri yang muncul selama proses


penyembuhan normal pada injury akut
2. nyeri yang berhubungan dengan penyakit
kronis
3. nyeri tanpa penyebab organik yang jelas
4. nyeri akut dan kronis karena kanker
GEJALA DAN TANDA
• Nyeri akut : akut, terlokalisasi, jelas, dapat ditangani
dengan analgesik konvensional
1. Nyeri somatik : rasa tidak nyaman yang terlokalisasi, rasa
nyut – nyutan
2. Nyeri visceral : sda bila well localized

• Nyeri kronis : kronik, tidak jelas, tidak bisa diterapi hanya


dengan analgesik konvensional
• Terdapat sensasi panas, perasaan geli, sensasi kejut atau
seperti tertembak, rasa sakit yang berlebih
PENILAIAN KARAKTER NYERI
P : paliative factor -> what make the pain
better
provocative factor -> what make the pain
worse
Q : Quality -> describe the pain
R : Radiation -> where is the pain
S : Severity -> how does this pain compare
with other pain you have experienced
T : Temporal factor -> does the intensity of the
pain change with time ?
TARGET TERAPI
• Meminimalkan nyeri
• Memberikan rasa nyaman dengan memberikan
dosis efektif analgesik yang paling rendah
• Nyeri kronis : rehabilitasi dan penyelesaian
masalah yang berkaitan dengan isu psikososial
ANALGESIK NON OPIAT
Asam propionat:
Parasetamol
• Ibuprofen
Salisilat: • Fenoprofen
• Aspirin • Ketoprofen
• Mg salisilat • Naproksen
• Diflunisal • Asam pirolizin

Fenamat:
karboksilat:
• Meklofenamat
• Asam mefenamat
• Ketorolak

Asam asetat Inhibitor Cox-2:


• Na diklofenak • Celecoxib
• Valdecoxib
Antalgin
PARACETAMOL
• Memiliki khasiat analgetik dan antipiretik yang baik
• Menghambat pembentukan prostaglandin secara sentral, namun
tidak di jaringan, sehingga tidak berefek sebagai anti-inflamasi
• Tidak memiliki efek antiplatelet
• Efek samping ringan dan jarang, relatif tidak menyebabkan
gangguan lambung
• Pada dosis besar (6-12 g) dapat menyebabkan kerusakan hati
• Pada dosis terapinya, merupakan pilihan yang aman bagi banyak
kondisi kesehatan, temasuk untuk anak-anak dan ibu
hamil/menyusui.
ACETOSAL (asam asetilsalisilat, Aspirin

• Memiliki aktivitas analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi


• Memiliki efek antiplatelet sehingga dapat mencegah
pembekuan darah. Sebaiknya tidak digunakan pada
pasien dengan gangguan pembekuan darah (misalnya
hemofili),sirosis hati, trombositopenia, atau pada pasca
operasi.
• Bersifat asam, dapat menyebabkan iritasi mukosa
lambung.
• Sebaiknya jangan diminum ketika lambung kosong. Tidak
direkomendasikan bagi pasien yang memiliki riwayat
gangguan lambung.
• Dapat menyebabkan Reye’s syndrome (suatu gangguan
serius pada sistem hepatik dan susunan saraf pusat),
sebaiknya tidak digunakan pada anak-anak di bawah 12
tahun.
• 20% pasien asma memiliki sensitivitas/alergi terhadap
aspirin.
• Sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan riwayat
alergi (rinitis, urtikaria, asma, anafilaksis, dll).
• Aspirin sebaiknya tidak digunakan pada wanita hamil
karena dapat memperpanjang waktu kelahiran dan
meningkatkan resiko pendarahan pasca kelahiran (post-
partum)
ANTALGIN
(metampiron, metamizole, dipiron

• memiliki efek analgetika, antipiretika, dan anti-


inflamasi yang kuat
• merupakan obat lama, memiliki efek samping
yang cukup berbahaya yaitu leukopenia dan
agranulositosis yang dapat berakibat kematian
(5%)
• di Amerika, Inggris, dan Swedia sudah ditarik dari
peredaran
• Di Indonesia ?
ASAM MEFENAMAT

• Memiliki khasiat analgetik, antipiretik dan anti-inflamasi yang cukup,


tapi tidak lebih kuat daripada asetosal.
• Bersifat asam, dapat menyebabkan gangguan lambung. Sebaiknya
jangan diminum pada saat perut kosong, atau pada pasien dengan
riwayat gangguan saluran cerna/lambung
• Banyak menyebabkan efek samping : diare, trombositopenia,anemia
hemolitik, dan ruam kulit
• Tidak direkomendasikan untuk penggunaan pada anak-anak dan
wanita hamil
• Sebaiknya tidak digunakan dalam jangka waktu lebih dari
seminggu,dan pada pemakaian lama perlu dilakukan pemeriksaan
darah.
IBUPROFEN

• Ibuprofen merupakan derivat asam propionat


yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini
bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi
yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama
dengan aspirin.
• Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita
hamil dan menyusui.
ANALGESIK OPIAT
Agonis seperti morfin:
• Morfin
• Hidromorfon
• Oksimorfon
• Leforvanol
• Kodein
• Hidrokodon
• Oksikodon

Agonis seperti meperidin:


• Meperidin
• Fentanil
Agonis seperti metadon:
• Metadon
• Propoksifen

Antagonis:
• Nalokson

Analgesik sentral:
• tramadol
RESEPTOR OPIAT
• Pada SSP terdapat reseptor opiat  bila
berikatan dengan neurotransmitter dari
sistem opioid endogen akan terjadi
penghambatan impuls nyeri
• Terdapat 3 macam reseptor opioid
1. reseptor µ (mu) berperan dalam analgesia
supraspinal, depresi respirasi, euphoria,
ketergantungan.
2. reseptor к (kappa) berperan dalam
analgesia spinal, miosis dan sedasi
3. reseptor δ (delta) berperan dalam disforia,
halusinasi, stimulasi pusat vasomotor
CONTOH OBAT GOLONGAN OPIAT
MORFIN
• Digunakan sebagai standar analgesik opiat lain
• Umumnya diberikan secara s.c., i.m, iv. Dosis oral 2 x dosis injeksi.
• Efek samping: depresi respirasi, mual-muntah, nggliyeng,
• konstipasi, dll
• Metabolisme di hepar : hati-hati pada pasien dg penyakit liver

KODEIN
• Waktu paruh 3 jam, efikasi 1/10 morfin, ketergantungan lebih
• rendah
• Digunakan untuk nyeri ringan dan sedang
• Dosis oral 30 mg setara dg aspirin 325-600 mg
PETIDIN
• Waktu paruh 5 jam, efektivitas > kodein, tapi
< morfin, durasi analgesianya 3-5 jam, efek
puncak tercapai dlm 1 jam (injeksi) atau 2 jam
(oral)
• Diberikan secara oral atau im
• Efek sampingnya setara dengan morfin
• Dosis 75-100 mg petidin setara dg 10 mg
morfin
FENTANIL
• Waktu paruh 3 jam, digunakan pasca operasi,
tapi biasanya untuk anaestesi
• Efikasinya 80 x morfin, efeknya berakhir dlm 30-
60 menit (dosis tunggal)
• Bisa diberikan dalam bentuk plester yang akan
melepaskan obatnya
• 25 mg/jam untuk 72 jam : untuk pasien kanker
kronis
TRAMADOL
• Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti
morfin.
• Waktu paruh 6 jam, efikasi 10-20% morfin, sebanding dg
petidin
• Sifat adiktif minimal, efek samping lebih ringan drpd
morfin
• Tramadol digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga
parah. Sediaan tramadol pelepasan lambat digunakan
untuk menangani nyeri menengah hingga parah yang
memerlukan waktu yang lama.
• Minumlah tramadol sesuai dosis yang diberikan, jangan
minum dengan dosis lebih besar atau lebih lama dari
yang diresepkan dokter.
• Maksimal 300 mg sehari.
TERIMAKASIH

http://www.free-powerpoint-templates-design.com

Anda mungkin juga menyukai