PERJANJIAN KELOMPOK 2
ALLIENA FATHI AMRULLAH 2051010384
ANANDA HIDAYAT 2051010355
BAGUS DWI CAHYO 2051010351
IQBAL RAHMAN 2051010334
MUHAMMAD SYAMSUL MA’ARIF 2051010327
Tinjauan Umum Hukum
Perjanjian
1. Pengertian Perjanjian
Perkataan “pengertian” mempunyai arti lebih luas dari perkataan “perjanjian”. Dan diatur juga perihal
hubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu persetujuan atau perjanjian, yaitu perikatan
yang timbul dari perbuatan yang melanggar hukum dan perikatan yang timbul dari pengurusan
kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan.
Definisi perjanjian diberikan Mariam Darus Badrulzaman, diambil dari Pasal 1313 KUH Perdata,
suatu persetujuan adalah suatu perbuatan yang terjadi antara satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap orang lain atau lebih. Dan definisi tersebut adalah tidak lengkap dan terlalu luas.
Untuk beberapa perjanjian undang-undang menentukan bentuk tertentu, apabila bentuk itu dituruti,
perjanjian itu tidak sah.
2. Syarat-Syarat Sahnya
Perjanjian
Dengan melihat Pasal 1320 KUH Perdata, untuk sah nya persetujuan-persetujuan diperlukan
empat syarat, yaitu:
• Sepakat untuk mengikatkan diri;
• Cakap untuk membuat suatu perikatan;
• Suatu hal tertentu;
• Suatu sebab yang halal.
Kedua syarat yang pertama dinamakan syarat subjektif. Adapun kedua syarat terakhir disebut
syarat objektif.
Dengan dilakukannya kata sepakat mengadakan perjanjian. Maka berarti kedua belah pihak
haruslah mempunyai kebebasan kehendak.
Pengertian sepakat dilukiskan sebagai persyaratan kehendak yang di setujui antar pihak-pihak.
Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan tawaran. Pernyataan pihak pihakbyg menerima
tawaran dinamakan accetatif. Selalu dinyatakan saat-saat terjadinya perjanjian antara pihak-pihak.
Mengenai hal ini ada beberapa ajaran, yaitu:
A. Teori Kehendak C. Teori Pengetahuan
Teori kehendak mengajarkan bahwa kesepakatan Teori pengetahuan mengajarkan bahwa pihak
terjadi pada saat kehendak pihak penerima yang menawarkan seharusnya sudah mengetahui
dinyatakan, misalnya dengan melukiskan surat. bahwa tawarannya diterima.
Undang-undang membedakan dua jenis kekhilafan, yaitu mengenai orang dan kekhilafan mengenai
suatu barang yang menjadi pokok perjanjian.
Syarat sahnya perjanjian dikaitkan dengan sistem hukum commn law adalah sebagai berikut:
a. Sepakat untuk mengikatkan diri dikenal sebagai agreement/ consensus.
b. Cakap untuk membuat suatu perikatan dikrnal dengan istilah capacity.
c. Suatu hal tertentu dikenal dengan istilah certanty of terms.
d. Suatu sebab yang halal dikenal dengan istilah consideration.
3. Jenis-Jenis Perjanjian
Perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara. Perjanjian tersebut sebagai berikut:
a. Perjanjian timbal balik
Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah
pihak.
e. Perjanjian obligatoir
Perjanjian obligatoir adalah perjanjian antara pihak-pihak yang mengikatkan diri untuk melakukan
penyerahan kepada pihak lain.
1) Perjanjian liberatoir yaitu perjanjian para pihak yang membebaskan diri dari kewajiban yang
ada.
2) Perjanjian pembuktian, yaitu perjanjian antara para pihak untuk menentukan pembuktian
apakah yang berlaku di antara mereka.
4) Perjanjian publik, yaitu peejanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik
karena salah satu pihak bertindak sebagai penguasa (pemerintah).
4. Akibat Perjanjian, Wanprestasi Dalam
Perjanjian serta Berakhirnya Perjanjian
a. Akibat Perjanjian
Undang-undang menentukan bahwa perjanjian yang sah berkekuatan sebagai undang- undang.
Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali, selain kesepakatan kedua belah pihak
atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.
Dengan istilah “semua” ini pembentukan undang-undang menunjukkan bahwa perjanjian yang di
maksud bukanlah semata-mata perjanjian bersama, tetapi juga meliputi perjanjian yang tidak
bernama.
Dengan istilah “secara sah” pembentuk undang-undang hendak menunjukkan bahwa pembuatan
perjanjian harus menurut hukum. Semua persetujuan yang menurut hukum atau secara sah
mengikat.
b. Wanprestasi Dalam Perjanjian
Wanprestasi artinya tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan seperti yang telah ditetapkan
dalam perikatan. Tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitor disebabkan dua kemungkinan
alasan, yaitu:
1) Karena kesalahan debitor, baik drngan sengaja tidak dipenuhi kewajiban maupun
kelalaian
2) Kerena keadaan memaksa atau diluar kemampuan debitor.
Tindakan debitor merugikan kreditor, ia wajib mengganti kerugian atau disebut dengan ganti
rugi.
Perikatan-perikatan hapus dengan cara-cara sebagai berikut yang tertera dalam Pasal 1381
KUHPerdata:
1) Pembayaran,
2) Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan barang yang hendak dibayarkan itu
disuatu tempat,
3) Pembaruan hutang,
4) Kompensansi atau perhitungan hutang timbal balik,
5) Percampuran hutang,
6) Pembebasan hutang,
7) Hapusnya barang yang dimaksud dalam perjanjian,
8) Pembatalan perjanjian,
9) Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan, dan
10) Lewat waktu.
Thank You