Anda di halaman 1dari 25

URTIKARIA

• Defenisi
Urtikaria adalah lesi
sementara yang terdiri
dari bentol sentral yang
dikelilingi oleh
haloeritematosa. Lesi
tersendiri adalah bulat,
lonjong, atau
berfigurata, dan
seringkali
menimbulkan rasa
gatal. (Harrison, 2005)
• Klasifikasi
Jenis urtikaria : (Mark,1996)
▫ Idiopatik adalah kelompok terbesar, merupakan
sepertiga dari kasus urtikaria akut dan dua pertiga
dari urtikaria kronik.
▫ Fisik. Sekitar 15% kasus. Biasanya dapat ditemukan
penyebab yang dikenali. Terdapat beberapa jenis ;
 Dermatografisme : reaksi terhadap goresan keras pada kulit
yang timbul dalam 1 sampai 3 menit dan berlangsung 5 sampai
10 menit.
 Urtikaria kolinergik. Olahraga atau berkeringat merupakan
agen pencetusnya, menyebabkan timbulnya 10% reaksi,
mengenai orang muda, dan dapat berlangsung selama 6
sampai 8 tahun. Lesi timbul sebagai wheal berukuran 1 sampai
2 mm pada dasar eritematosa yang menyaru serta ditemukan
pada batang badan dan lengan tanpa mengenai telapak tangan,
telapak kaki, dan aksila.
 Urtikaria dingin. Reaksi terhadap pajanan dingin
atau penghangatan kembali setelah terpajan dingin
 Urtikaria sinar matahari. Reaksi yang jarang terjadi,
disebabkan oleh pajanan sinar matahari. Penyakit
ini timbul sebagai pruritus dan eritema, yang diikuti
oleh urtikaria. Awitan mendadak dan timbul pada
setiap kelompok usia.
 Urtikaria tekanan lambat. Reaksi yang jarang
terjadi, disebabkan oleh tekanan terus-menerus.
 Urtikaria akuagenik. Reaksi yang jarang terjadi,
disebabkan oleh kontak dengan air. Urtikaria panas
setempat. Reaksi yang jarang terjadi, disebabkan
oleh air panas.
5

Etiology of Chronic Urticaria


 Idiopathic: over 50% of chronic urticaria
 Physical urticarias: many patients with chronic urticaria
have physical factors that contribute to their urticaria
• These factors include pressure, cold, heat, water (aquagenic),
sunlight (solar), vibration, and exercise
• Cholinergic urticaria is triggered by heat and emotion
• The diagnosis of pure physical urticaria is made when the sole
cause of a patient’s urticaria is a physical factor
 Chronic autoimmune: possibly a third or more of patients
with chronic urticaria
 Other: infections, ingestions, medications
6

 Urticaria: Pathophysiology
Sel mast merupakan sel efektor yang utama
dalam proses terjadinya urtikaria
 Immunologic Urticaria: antigen berikatan dengan
IgE pada permukaan sel mast→ degranulation, →
pelepasan histamin histamine
• Histamine berikatan dengan reseptor H1 dan
H2→ dilatasi arteriolar, vena konstriksi →
permiabilitas kabiler meningkat→ bengkak dan
merah
7

 Pathophysiology (cont.)
Non-Immunologic Urticaria: tidak terjadi ikatan IgE
receptors
• contoh aspirin dapat menginduksi pelepasan
histamin selama proses parmakologisebagai efek
dari arachidonic acid metabolism nya histamin dari
sel mastyang akan mengakibatkan lepascauses
• Physical stimuli juga dapat menyebabkan histamin
dapat keluar langsung dari mast cell degranulation.
• Manifestasi klinis
▫ Dermografisme :
bilur-bilur tampak
sesudah adanya bekas-
bekas garukan. Hal ini
bisa timbul tersendiri
atau bersama dengan
bentuk-bentuk
urtikaria yang lain.
2. Penekanan (timbulnya belakangan) : bilur-bilur
timbul dalam waktu sampai 24 jam sesudah
terjadinya penekanan.
3. Urtikaria kolinergik : yang diserang adalah laki-
laki muda ; kulit yang berkeringat disertai oleh
adanya bilur-bilur kecil berwarna putih dengan
lingkaran berwarna merah pada badan bagian
atas
Komplikasi
1.    Purpura dan excoriasi
2.    Infeksi sekunder
Uji rutin
a. Laboratorium. Hitung darah lengkap dengan
diferensial, profil kimia, laju endap darah (LED), T4,
pengukuran TSH, urinalisis dan biakan urine,
antibody antinuclear
b. Radiografik. Radiograf dada, foto sinus, foto gigi
c. Uji selektif. Krioglobulin, analisis serologic hepatitis
dan sifilis, factor rheumatoid, komplemen serum,
IgM, IgE serum
d. Biopsi kulit.
ASUHAN KEPERAWATAN URTIKARIA
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien.

2. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut
rontok.
3.    Riwayat Kesehatan.
a.    Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b.    Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
c.    Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
d.    Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami
stress yang berkepanjangan.
e.    Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
4. Pemeriksaan fisik
KU : lemah
TTV : suhu naik atau turun.
-       Kepala :
Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
-       Mulut :
Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang
disebabkan oleh obat.
-       Abdomen :
Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
-       Ekstremitas :
Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
• Kulit :
Kulit periorbital mengalami inflamasi dan
edema sehingga terjadi ekstropion pada keadaan
kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi.
Adanya eritema , pengelupasan kulit , sisik halus
dan skuama.
Diagnosa
1. resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan
adanya luka akibat gangguan integritas
2. Kerusakan integritas kulit
3. Perubahan rasa nyaman
4. Gangguan pola tidur
5. Gangguan citra tubuh berhubungan
6.Kurang pengetahuan tentang program terapi
Intervensi

a. Lakukan tekni aseptic dan antiseptic dalam


melakukan tindakan pada pasien.
b. Ukur tanda vital tiap 4-6 jam
c. Observasi adanya tanda-tanda infeksi
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
e. Libatkan peran serta keluarga dalam memberikan
bantuan pada klien.
f. Jaga lingkungan klien agar tetap bersih
a. Ajari klien menghindari atau menurunkan
paparan terhadap alergen yang telah diketahui.
b. Pantau kegiatan klien yang dapat menyebabkan
terpapar langsung dengan alergen. Seperti :
stimulan fisik. dan kimia
c. Baca label makanan kaleng agar terhindar dari
bahan makan yang mengandung alergen.
d. Hindari binatang peliharaan.
e. Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di
tempat kerja, bila memungkinkan.
• Intervensi
a. AJelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya
(misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi)
dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
b. Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk
menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta
hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
c. Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk
memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal.
d. Jaga kebersihan kulit pasien
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang
rasa gatal
• Intervensi
a. Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
b. Menjaga agar kulit selalu lembab.
c. Menghindari minuman yang mengandung
kafein menjelang tidur.
d. Melaksanakan gerak badan secara teratur.
e. Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar
tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang
baik.
• Intervensi
a. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak
mata,ucapan merendahkan diri sendiri).
b. Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
c. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
d. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien
yang cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai
diri dan mengenali masalahnya.
e. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt
merias, merapikan.
f. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
• Intervensi
a. Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya.
b. Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki
kesalahan konsepsi/informasi.
c. Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan pembersihan
serta balutan basah.
d. Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga
lingkungan.
e. tekankan perlunya melanjutkan terapi / penggunaan obat-obatan
topikal.
f. identifikasi sumber-sumber pendukung yang memungkinkan
untuk mempertahankan perawatan di rumah yang dibutuhkan.
• Evaluasi
1. Tidak terjadinya infeksi
2. Tidak terjadinya kerusakan kulit klien
3. klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal
karena berkurangnya pruritus dan ditandai
dengan berkurangnya lecet akibat garukan.
4. Tercapainya pola tidur/istirahat yang memuaskan
5. Menerima keadaan diri
6. Memahami tentang perawatan kulit dan terapi
pengobatan

Anda mungkin juga menyukai