3) Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan dapat mencapai tiga
kali berat badan lahir, pertambahan berat badan perbulan sekitar 350-450 gram
pada usia 7-9 bulan, 250-350 gram pada usia 10-12 bulan, bila memperoleh gizi baik.
Pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5 kali tinggi badan pada saat lahir. Pada usia 1
tahun, pertambahan tinggi badan masih stabil dan diperkirakan mencapai 75 cm.
12
Perkembangan psikososial (Erikson)
13
Kanak-kanak akhir (3-5 tahun) Anak akan mulai inisiatif dalam
(inisiatif vs rasa bersalah) belajar mencari pengalaman baru
secara aktif dalam aktivitasnya.
Apabila pada tahap ini anak dilarang
akan timbul rasa bersalah.
14
Perkembangan psikoseksual anak
(Freud)
Fase Oral (lahir – 18 bulan) Pada masa ini kepuasan dan
kesenangan, kenikmatan dapat
melalui dengan cara menghisap,
menggigit, mengunyah atau bersuara,
ketergantungan sangat tinggi dan
selalu minta dilindungi untuk
mendapatkan rasa aman. Masalah
yang diperoleh pada tahap ini adalah
menyapih dan makanan.
Fase Anal (1-3 tahun) Kepuasan pada fase ini adalah pada
pengeluaran tinja.Anak akan
menunjukkan keakuannya dan
sikapnya sangat narsistik yaitu cinta
terhadap dirinya sendiri dan sangat
egosentrik, mulai mempelajari
struktur tubuhnya
15
Fase phalik ( 3-5 tahun) Kepuasan pada anak terletak pada
rangsangan autoerotik yaitu meraba-
raba, merasakan kenikmatan dari
beberapa daerah erogennya, suka
pada lain jenis. Anak laki-laki
cenderung suka pada ibunya dan
anak perempuan cenderung suka
pada ayahnya.
16
Stimulasi Perkembangan Balita
Usia Perkembangan
Motorik Kognitif
0–3 bulan Menggerakkan beberapa bagian Mulai mengenal suara, bentuk benda
tubuh seperti tangan, kepala, dan dan warna.
mulai belajar memiringkan tubuh.
6–9 bulan Dapat menegakkan kepala, belajar Mengoceh, sudah mengenal wajah
tengkurap sampai dengan duduk (pada seseorang, bisa membedakan
usia 8 – 9 bulan), dan memainkan ibu suara, belajar makan dan mengunyah
jari kaki.
12–18 bulan Belajar berjalan dan berlari, Mulai belajar berbicara, mempunyai
mulai bermain, dan koordinasi ketertarikan terhadap jenis-jenis
mata semakin baik. benda, dan mulai muncul rasa ingin
tahu.
2–3 tahun Sudah pandai berlari, berolahraga, dan Keterampilan tangan mulai membaik,
dapat meloncat pada usia 3 tahun belajar menggunting
kertas, belajar
menyanyi, dan membuat coretan
sederhana.
4–5 tahun Dapat berdiri pada satu kaki, dapat Mulai belajar membaca, berhitung,
menari, melakukan gerakan olah menggambar, mewarnai, merangkai
tubuh, keseimbangan baik kalimat dengan baik.
Stimulasi perkembangan masa anak-anak
Usia Perkembangan
Motorik Kognitif
6–8 tahun Mampu meloncati tali setinggi 25 Menggambar dengan bentuk
cm, belajar naik sepeda. proporsional,
memakai dan mengancingkan
baju, menulis, lancar
membaca, tangkas dalam
berhitung, belajar bahasa asing,
belajar memainkan alat musik.
19
Tumbuh Kembang
pada Remaja
Nurul Fatihah Auliani 1710711076
Husna Maharani 1710711078
1. Pertumbuhan Fisis dan
Perkembangan Remaja
21
REMAJA PEREMPUAN REMAJA LAKI-LAKI
■ Ukuran/besar testis >2,5cm.
◎ Breast budding (telarke). ■ Tumbuhnya rambut pubis pada
◎ Tumbuh rambut pubis. basis penis (adrenarke) dan
rambut ketiak pada tahun
◎ Menstruasi.
selanjutnya.
◎ Munculnya jerawat.
■ Perubahan suara pecah.
◎ Mood jadi labil.
■ Tumbuh rambut pada wajah.
■ Muncul jerawat.
22
2. Pertumbuhan dan Perkembangan
Psikologis Remaja
“
Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif
yang kuat, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah
tersinggung, marah, sedih, dan murung). Sedangkan remaja akhir
sudah mulai mampu mengendalikannya.
23
Perbedaan di Lingkungan Kondusif dan Tidak Kondusif
melawan, keras
simpati, altruis,
Sikap Adekuasi respek,ramah, dll. Agresif kepala, berkelahi,
suka menggangu dll.
tidak mudah
suka melamun,
tersinggung, tidak
pendiam, senang
agresif, wajar,
menyendiri,
optimistik, tidak
Sifat Stabil meledak-ledak, Regresif mengkonsumsi obat
penenang, minuman
menghadapi
keras, atau obat
kegagalan secara
terlarang.
sehat dan bijak.
24
Macam-macam Perkembangan Psikologi Remaja
Perkembangan
Moral
Perkembangan
Remaja sudah Perkembangan Kepribadian
mampu berperilaku Sosial Remaja mulai sibuk
yang tidak hanya Remaja telah dan heboh dengan
mengejar kepuasan mengalami problem “siapa
fisik saja, tetapi perkembangan saya?” (Who am I ?).
meningkat pada kemampuan untuk Terkait dengan hal
tatanan psikologis memahami orang lain tersebut remaja juga
(rasa diterima, (social cognition) risau mencari idola-
dihargai, dan dan menjalin idola dalam hidupnya
penilaian positif dari persahabatan. yang dijadikan tokoh
orang lain).
panutan dan
kebanggaan.
25
3. Pelayanan Kesehatan Remaja
26
Pemeriksaan
Pelvis
27
■ Inpeksi genitalia (rambut pubis, labia
mayora dan labia minora, klitoris, uretra
dan hymen.)
■ Pap smear tidak perlu dilakukan sampai
remaja aktif secara seksual, kecuali jika
terdapat riwayat kekerasan seksual atau
infeksi vulva akibat Human Papilloma
Virus.
■ Gunakan spekulum Huffman (0,5 inci x
4,5 inci) atau Pedersen (0,9 inci x 4,5
inci). 28
Varian Pubertas Normal
Ginekoma
stia
Leukorea
Fisiologis
Menstruasi
tak Teratur
Payudara
Asimetri
29
4. Ginekologi
Remaja
Kelainan
menstru
asi
Kehamil
an
Perkosa
an
30
1. Kelainan Menstruasi
31
2. Kehamilan
32
PERKOSAAN
Perkosaan merupakan definisi legal dari koitus yang tidak
diinginkan. Sebagian korban ini adalah remaja, dan
pemerkosanya biasanya adalah orang yang dikenal.
Anamnesis meliputi detil serangan seksual, waktu mulai dari
serangan sampai saat korban diperiksa di pusat kesehatan,
apakah korban membersihkan diri sendiri, tanggal menstruasi
terakhir, dan aktivitas seksual terakhir, jika ada.
Untuk hasil yang optimal, material forensik harus
dikumpulkan dalam 72 jam setelah serangan. Harus dicari
tanda – tanda bengkak, bekas gigitan, dan trauma oral,
genital dan anal. Foto merupakan cara yang paling baik untuk
mendokumentasikan cidera. Spesimen harus dikumpulkan
dari kuku, mulut, vagina, rambut pubis, dan anus.
Terapi setelah perkosaan termasuk profilaksis dengan
kontrasepsi darurat dan infeksi menular seksual, jika
terindikasi dapat diberikan vaksin hepatitis dan hepatitis
immune globulin. Dapat diberikan sefiksim 400 mg dan
azithromisin 1 gram dosis tunggal untuk terapi klamidia,
gonorea, dan sifilis. Regimen alternatifnya adalah seftriakson
intramuskular 125 mg dosis tunggal, dengan azitromisin 1
gram dosis tunggal. Untuk profilaksis terhadap vaginosis
bakterialis dan trichomonas maka dapat diberikan
metronidazol dosis tunggal 2 gram.
Kultur ulang, periksa cairan vagina, dan pemeriksaan
kehamilan harus dilakukan 3 minggu setelah kejadian, diikuti
serologi untuk sifilis, hepatitis, HIV pada 12 minggu. Sering
ditemukan sekuele jangka panjang. Pasien korban perkosaan
ini harus mendapat dukungan psikologis segera dan
berkelanjutan, misalnya pusat krisis terpadu lokal
GANGGUAN MAKAN
REMAJA
ANOREKSIA NERVOSA
Penyebab pasti anoreksia nervosa masih belum jelas,
interaksi faktor sosial, lingkungan, psikologis, dan biologis.
Faktor risikonya berupa familial, jenis kepribadian, riwayat
kelebihan berat badan sebelumnya, gangguan afek (riwayat
keluarga), impulsif/negatif (bulimia nervosa), dan gangguan
psikiatri.
Remaja dengan gangguan makan biasanya berusaha
menutupi dirinya mengalami gangguan makan. Kejadian
pertama menandakan seorang pasien menderita anoreksia
atau bumilia antara lain perubahan perilaku makan atau
olahraga (terobsesi dengan makanan, rutinitas makan, dan
perubahan mood). Pada umumnya, pasien memiliki kesan
body image (bentuk tubuh) tidak realistik dan sering merasa
dirinya terlalu gemuk padahal sebenarnya sangat kurus.
Dokter tidak boleh bersikap menghakimi, wajib
mengumpulkan informasi dan mencari diagnosis banding.
Diagnosis banding penurunan berat badan meliputi refluks
gastroesophageal, ulkus peptikum, keganasan, diare kronik,
malabsorpsi, inflammatory bowel disease, peningkatan
kebutuhan energi, lesi hipotalamik, hipertiroidisme, diabetes
melitus, dan penyakit addison. Kelainan psikiatrik harus
dipertimbangkan misalnya seperti penyalahgunaan obat,
depresi, kelainan obsesif-kompulsif.
Pasien anoreksia nevrosa biasanya memakai baju
berlapis – lapis untuk menyembunyikan bentuk badan
sebenarnya, rambut halus pada wajah dan badan (rambut
yang mirip lanugo), kulit kasar bersisik, bradikardia,
hipotermia, indeks massa tubuh menurun, erosi enamel gigi
(akibat asam yang berasal dari emesis), dan akrosianosis
tangan dan kaki.
Terapi memerlukan pendekatan multidisiplin, terdiri
atas program pengaturan makan, terapi individu dan
keluarga. Langkah pertama adalah mengembalikan berat
badan pasien. Terkadang perlu perawatan di rumah
sakit. Jika berat badan sudah mencapai 80% berat
badan ideal maka pasien boleh pulang ke rumah.
BULIMIA NERVOSA
Episode makan terdiri atas binge eating (makan berlebihan),
makanan terlarang atau makanan sisa atau keduanya, dimakan
dengan cepat kemudian dimuntahkan. Kelainan metabolik timbul
akibat muntah berlebihan dan pemberian laksatif secara diuretik.
Episode makanan berlebihan binge-eating dan tidak mampu
mengontrol makanan biasanya terjadi pada wanita muda sedikit
overweight dengan riwayat diet sebelumnya
Teknik terapi nutrisional, edukasional, dan pemantauan mandiri
untuk meningkatkan kesaran perilaku maladaptif dilanjutkan dengan
upaya mengubah perilaku makan. Pasien bumilia nervosa mungkin
berespons dengan terapi antidepresan karena terkadang pasien
memiliki gangguan kepribadian, kesulitan mengontrol impuls, dan
riwayat keluarga dengan kelainan afektif. Pasien biasanya merasa
malu dan bersalah atas tindakan mereka.
PENYALAHGUNAAN
ZAT DAN OBAT –
OBATAN
OVERDOSIS AKUT
PENYAKIT AKUT
TERAPI
43
STIMULASI, DETEKSI DAN
INTERVENSI DINI TUMBUH
KEMBANG (SDIDTK)
Intervensi
bila anak beresiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan
perkembangan, rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.
DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN
PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH)
PADA ANAK PRASEKOLAH
Tujuan :
Mendeteksi secara dini adanya gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan atas.
Jadwal :
Pemeriksaan atas indikasi kecurigaan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
Alat ; yang digunakan adalah formulir gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
10 pertanyaan yang dijawab oleh orangtua/pengasuh anak
Cara deteksi dini menggunakan formulir formulir GPPH
Ajukan pertanyaan dengan lambat. Jelas, nyaring, satu per satu perilaku
yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orang
tua / pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab
Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH
Keadaan yang ditanyakan/ diamati ada pada anak dimanapun anak
berada , misal ketika dirumah., sekolah, pasar, toko, dll) ; setiap saat dan
ketika anak dengan siapa saja
Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku aak selama dilakukan
pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab
INTERPRETASI
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan “bobot nilai “
berikut ini dan jumlahka nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total
Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak
87
“
Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver
Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver
Developmental Screening Test (DDST-R).
Tes Denver II bukan merupakan tes IQ sehingga tidak dapat meramal
kemampuan intelektual, adaptif atau perkembangan anak dimasa
mendatang. Tujuannya adalah menilai tingkat perkembangan anak
sesuai kelompok seusianya, serta digunakan untuk memonitor dan
memantau perkembangan bayi atau anak dengan resiko tinggi
terjadinya penyimpangan perkembangan secara berkala
88
1. Askep Perkembangan yang Dinilai
89
1) Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
90
2. Alat yang Diperlukan
91
92
3. Prosedur DDST Terdiri dari 2 Tahap:
Setelah dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang
F, selanjutnya berdassarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam :
Normal, Abnormal, Meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites
( Untestable ).
94
1) Abnormal
- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih.
- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan
PLUS 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada 1 sektor yang
sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan
garis vertikal usia.
2) Meragukan
- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor
yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan
garis verikal usia.
3) Tidak dapat dites
- Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal
atau meragukan.
4) Normal
- Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut diatas.
95
Cara Pengukuran DDST
96
Prematur
Untestable/ Tidak dapat diuji • Bila ada skor menolak pada > 1
uji coba terletak disebelah kiri garis umur atau menolak pada
> 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75-90%
• Lakukan uji ulang dalam 1 -2 minggu.
101
Sumber :
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Buku Saku Pratikum
Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Ilmu Kesehatan Anak
Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta :Salemba
Medika.
Donna, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatric.
Jakarta : EGC.
Redha Ivantoni, & Izzati Muhimmah. 2015. Aplikasi
Penentuan Tingkat Tumbuh Kembang Anak
Menggunakan Tes Denver II. Jurnal Universitas
Islam Indonesia. Hal : 2
Terima Kasih !