Anda di halaman 1dari 105

QBL 2

“ Konsep Tumbuh Kembang Anak”


Pertumbuhan dan Perkembangan
mulai neonatus sampai usia sekolah
Yahya Syukria
Ega Shafira P
Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah
dan besar sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel
tersebut membelah diri dan menyintesis protein-
protein baru dan menghasilkan penambahan jumlah
berat secara keseluruhan atau sebagian.
Perkembangan
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh
Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan
prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari
keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai
kekeadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan
integrasi meningkat secara bertahap. Proses
diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri
anak. Dari penghayatan totalitas itu lambant laun
bagian bagiannya akan menjadi semakin nyata dan
tambah jelas dalam rangka keseluruhan.
Prinsip tumbuh kembang menurut Potter &
Perry
a. Perkembangan merupakan hal yang terartur dan mengikuti
rangkaian tertentu
b. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung
terus menerus, dalam pola sebagai berikut :
• Cephalocaudal : pertumbuhan berlangsung terus dari kepala ke
arah bawah bagian tubuh
• Proximodistal : perkembangan berlangsung terus dari daerah
pusat ( proksimal ) tubuh kea rah luar tubuh ( distal )
• Differentiation : ketika perkembangan berlangsung terus dari
yang mudah kearah yang lebih kompleks.
• Perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat diprediksi ,
terjadi dengan pola yang konsisten dan kronologis
Faktor Tumbuh Kembang Anak
faktor genetik di antaranya jenis kelamin, ras (suku
bangsa), dan faktor bawaan yang sifatnya patologik
(penyakit tertentu). Potensi genetik yang baik, bila
berinteraksi dengan lingkungan yang positif, akan
membuahkan hasil perkembangan yang optimal.
Faktor lingkungan Contoh lingkungan fisik yang
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
yaitu:
Cuaca
Sanitasi
Rumah tinggal
Nutrisi
Pemberian nutrisi yang memadai, bersama dengan
stimulasi, sangatlah penting untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan otak si kecil. Salah
satu nutrisi, seperti kolin berperan serta dalam proses
pembentukan sel saraf otak dan mielinisasi
(pematangan selubung saraf).
Tahap tumbuh kembang anak
1. Masa Prenatal
2.      Masa Pascanatal
Tumbuh kembang pada masa pascanatal dibagi ke dalam beberapa fase berikut :
a.       Masa Neonatus (0-28 hari)
Pada masa ini terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh, dimulai dari
aktifitas pernafasan, pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50
kali permenit, penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali permenit,
perubahan ukuran jantung menjadi lebih besar di bandingkan dengan rongga
dada, kemudian gerakan bayi mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan
gizi. Masa neonatal dibagi menjadi
1)      masa neonatal dini         : 0-7 hari
2)      masa neonatal lanjut      : 8-28 hari
 
b.      Masa Bayi (29 hari – 1 tahun)
3 tahap yaitu :
1)      Usia 1-4 bulan, tumbuh kembang pada tahap ini diawali dengan perubahan
berat badan. Bila gizi anak baik, maka perkiraan berat badan akan mencapai 700-
1000 g/bulan. Pertumbuhan tinggi badan agak stabil, tidak mengalami kecepatan
dalam pertumbuhan tinggi badan.
2)      Usia 4-8 bulan, pertumbuhan pada usia ini ditandai dengan perubahan berat
benda pada waktu lahir. Rata-rata kenaikan berat benda adalah 500-600 g/bulan,
apabila mendapatkan gizi yang baik. Sedangkan pertumbuhan tinggi badan tidak
mengalamikecepatan dan stabil berdasarkan pertambahan umur.

3)      Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan dapat mencapai tiga
kali berat badan lahir, pertambahan berat badan perbulan sekitar 350-450 gram
pada usia 7-9 bulan, 250-350 gram pada usia 10-12 bulan, bila memperoleh gizi baik.
Pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5 kali tinggi badan pada saat lahir. Pada usia 1
tahun, pertambahan tinggi badan masih stabil dan diperkirakan mencapai 75 cm.

c.       Masa Anak (1-2 tahun)


      Akan mengalami beberapa perlambatan dalam pertumbuhan fisik. Pada tahun
kedua, anak hanya mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan
penambahan tinggi badan 6-10 cm. Pertumbuhan otak juga akan mengalami
perlambatan, kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm. untuk pertumbuhan gigi,
terdapat tambahan 8 buah gigi susu, termasuk gigi geraham pertama dan gigi
taring, sehingga seluruhnya berjumlah 14-16 buah. Pada usia 2 tahun, pertumbuhan
fisik berat badan sudah mencapai 4x berat badan lahir dan tinggi badan sudah
mencapai 50 persen tinggi badan orang dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata
berat badan naik menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun, dan
lingkar kepala menjadi sekitar 50 cm.
d.      Masa Prasekolah (3-6 tahun)
      Pada masa prasekolah, berat badan mengalami kenaikan rata-rata 2kg/tahun.
Tubuh anak terlihat kurus, akan tetapi aktivitas motorik tinggi dan sistem tubuh
mencapai kematangan dalam hal berjalan, melompat, dan lain-lain. Tinggi badan
bertambah rata-rata 6,75 – 7,5 cm setiap tahun.
Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola makan, umumnya mengalami
kesulitan untuk makan. Anak juga mulai menunjukkan kemandirian pada proses
eliminasi.

e.       Masa Sekolah (6-12 tahun)


Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 12 tahun, sama
dengan masa usia Sekolah Dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan
dasar membaca, menulis dan berhitung. Secara formal mereka mulai memastiki
dunia yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah
perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.
“ Teori Perkembangan Anak

12
Perkembangan psikososial (Erikson)

Bayi (lahir- 18 bulan) Bayi sudah terbentuk rasa percaya


(percaya vs tidak percaya) kepada seseorang baik orang tua
maupun orang yang mengasuhnya
ataupun tenaga kesehatan yang
merawatnya. Kegagalan pada tahap ini
apabila terjadi kesalahan dalam
mengasuh atau merawat maka akan
timbul rasa tidak percaya.

Kanak-kanak awal (1-3 tahun) Anak sudah mulai mencoba dan


(otonomi vs rasa malu dan ragu) mandiri dalam tugas tumbuh kembang
seperti kemampuan motorik dan
bahasa. Pada tahap ini jika anak tidak
diberikan kebebasan anak akan merasa
malu.

13
Kanak-kanak akhir (3-5 tahun) Anak akan mulai inisiatif dalam
(inisiatif vs rasa bersalah) belajar mencari pengalaman baru
secara aktif dalam aktivitasnya.
Apabila pada tahap ini anak dilarang
akan timbul rasa bersalah.

Usia sekolah (6-12 tahun) Anak selalu berusaha untuk


(industri vs inferioritas) mencapai sesuatu yang diinginkan
atau prestasinya sehingga anak pada
usia ini adalah rajin dalam
melakukan sesuatu. Apabila pada
tahap ini gagal anak akan rendah
diri.

14
Perkembangan psikoseksual anak
(Freud)
Fase Oral (lahir – 18 bulan) Pada masa ini kepuasan dan
kesenangan, kenikmatan dapat
melalui dengan cara menghisap,
menggigit, mengunyah atau bersuara,
ketergantungan sangat tinggi dan
selalu minta dilindungi untuk
mendapatkan rasa aman. Masalah
yang diperoleh pada tahap ini adalah
menyapih dan makanan.
Fase Anal (1-3 tahun) Kepuasan pada fase ini adalah pada
pengeluaran tinja.Anak akan
menunjukkan keakuannya dan
sikapnya sangat narsistik yaitu cinta
terhadap dirinya sendiri dan sangat
egosentrik, mulai mempelajari
struktur tubuhnya

15
Fase phalik ( 3-5 tahun) Kepuasan pada anak terletak pada
rangsangan autoerotik yaitu meraba-
raba, merasakan kenikmatan dari
beberapa daerah erogennya, suka
pada lain jenis. Anak laki-laki
cenderung suka pada ibunya dan
anak perempuan cenderung suka
pada ayahnya.

Fase Laten ( 6-12 tahun) Kepuasan anak mulai terintegrasi,


anak masuk dalam fase pubertas dan
berhadapan langsng pada tuntutan
sosial seperti suka hubungan dengan
kelompoknya atau sebaya, dorongan
libido mulai mereda.

16
Stimulasi Perkembangan Balita
Usia Perkembangan
Motorik Kognitif
0–3 bulan Menggerakkan beberapa bagian Mulai mengenal suara, bentuk benda
tubuh seperti tangan, kepala, dan dan warna.
mulai belajar memiringkan tubuh.

6–9 bulan Dapat menegakkan kepala, belajar Mengoceh, sudah mengenal wajah
tengkurap sampai dengan duduk (pada seseorang, bisa membedakan
usia 8 – 9 bulan), dan memainkan ibu suara, belajar makan dan mengunyah
jari kaki.

12–18 bulan Belajar berjalan dan berlari, Mulai belajar berbicara, mempunyai
 mulai bermain, dan koordinasi ketertarikan terhadap jenis-jenis
mata semakin baik. benda, dan mulai muncul rasa ingin
tahu.
2–3 tahun Sudah pandai berlari, berolahraga, dan Keterampilan tangan mulai membaik,
dapat meloncat pada usia 3 tahun belajar menggunting
kertas, belajar
menyanyi, dan membuat coretan
sederhana.

4–5 tahun Dapat berdiri pada satu kaki, dapat Mulai belajar membaca, berhitung,
menari,  melakukan gerakan olah menggambar, mewarnai, merangkai
tubuh, keseimbangan baik kalimat dengan baik.
Stimulasi perkembangan masa anak-anak
Usia Perkembangan
Motorik Kognitif
6–8 tahun Mampu meloncati tali setinggi 25 Menggambar dengan bentuk
cm, belajar naik sepeda. proporsional,
memakai dan mengancingkan
baju, menulis, lancar
membaca, tangkas dalam
berhitung, belajar bahasa asing,
belajar memainkan alat musik.

9–10 tahun Melakukan olah raga permainan Pandai menyanyi, mampu


seperti bulutangkis, sepak bola, membuat sebuah karangan,
tangkas bersepeda. Menyerap
pelajaran dengan optimal, mulai
belajar berdiskusi dan
mengemukakan
pendapat.
1
1–12 tahun Melompat tali sampai di atas 50 cm, Konsentrasi belajar meningkat,
meloncat sejauh lebih dari 1 meter, mulai belajar bertanggung jawab,
 terampil dalam menggunakan senang berpetualang dan
peralatan. mempunyai rasa ingin tahu yang
besar.
18
Daftar Pustaka
Soetjiningsih, SpAk. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Hidayah, Indrawarti Nurul. 2013. Tumbuh Kembang Manusia. Jakarta: EGC.


Hidayat, A.Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Aplikasi  Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
 

19
Tumbuh Kembang
pada Remaja
Nurul Fatihah Auliani 1710711076
Husna Maharani 1710711078
1. Pertumbuhan Fisis dan
Perkembangan Remaja

21
REMAJA PEREMPUAN REMAJA LAKI-LAKI
■ Ukuran/besar testis >2,5cm.
◎ Breast budding (telarke). ■ Tumbuhnya rambut pubis pada
◎ Tumbuh rambut pubis. basis penis (adrenarke) dan
rambut ketiak pada tahun
◎ Menstruasi.
selanjutnya.
◎ Munculnya jerawat.
■ Perubahan suara pecah.
◎ Mood jadi labil.
■ Tumbuh rambut pada wajah.
■ Muncul jerawat.

22
2. Pertumbuhan dan Perkembangan
Psikologis Remaja

Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif
yang kuat, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah
tersinggung, marah, sedih, dan murung). Sedangkan remaja akhir
sudah mulai mampu mengendalikannya.

23
Perbedaan di Lingkungan Kondusif dan Tidak Kondusif

Lingkungan Lingkungan Tidak


Contoh Contoh
Kondusif Kondusif

melawan, keras
simpati, altruis,
Sikap Adekuasi respek,ramah, dll. Agresif kepala, berkelahi,
suka menggangu dll.

tidak mudah
suka melamun,
tersinggung, tidak
pendiam, senang
agresif, wajar,
menyendiri,
optimistik, tidak
Sifat Stabil meledak-ledak, Regresif mengkonsumsi obat
penenang, minuman
menghadapi
keras, atau obat
kegagalan secara
terlarang.
sehat dan bijak.

24
Macam-macam Perkembangan Psikologi Remaja

Perkembangan
Moral
Perkembangan
Remaja sudah Perkembangan Kepribadian
mampu berperilaku Sosial Remaja mulai sibuk
yang tidak hanya Remaja telah dan heboh dengan
mengejar kepuasan mengalami problem “siapa
fisik saja, tetapi perkembangan saya?” (Who am I ?).
meningkat pada kemampuan untuk Terkait dengan hal
tatanan psikologis memahami orang lain tersebut remaja juga
(rasa diterima, (social cognition) risau mencari idola-
dihargai, dan dan menjalin idola dalam hidupnya
penilaian positif dari persahabatan. yang dijadikan tokoh
orang lain).
panutan dan
kebanggaan.

25
3. Pelayanan Kesehatan Remaja

Periode remaja awal Periode remaja tengah Periode remaja akhir


(10-14 tahun) (15-17 tahun) (18-21 tahun)

26
Pemeriksaan
Pelvis

27
■ Inpeksi genitalia (rambut pubis, labia
mayora dan labia minora, klitoris, uretra
dan hymen.)
■ Pap smear tidak perlu dilakukan sampai
remaja aktif secara seksual, kecuali jika
terdapat riwayat kekerasan seksual atau
infeksi vulva akibat Human Papilloma
Virus.
■ Gunakan spekulum Huffman (0,5 inci x
4,5 inci) atau Pedersen (0,9 inci x 4,5
inci). 28
Varian Pubertas Normal

Ginekoma
stia
Leukorea
Fisiologis

Menstruasi
tak Teratur

Payudara
Asimetri

29
4. Ginekologi
Remaja
Kelainan
menstru
asi

Kehamil
an

Perkosa
an

30
1. Kelainan Menstruasi

Menstruasi irreguler merupakan keluhan yang paling sering


dikemukakan oleh gadis remaja. Pada saat siklusnya menjadi
regular dan ovulation maka remaja sering mengeluh nyeri saat
menstruasi (dismenorea). Macam-macam kelainan menstruasi:
■ Amenorea
■ Perdarahan uterus abnormal
■ Dismenorea

31
2. Kehamilan

Sekitar 900.000 perempuan usia 12 sampai 19 tahun hamil tiap


tahunnya. Pada wanita yang lebih muda dari 20 tahun,
ditemukan 97 kehamilan, 54 kelahiran dan 29 aborsi per 1000.

32
PERKOSAAN
Perkosaan merupakan definisi legal dari koitus yang tidak
diinginkan. Sebagian korban ini adalah remaja, dan
pemerkosanya biasanya adalah orang yang dikenal.
Anamnesis meliputi detil serangan seksual, waktu mulai dari
serangan sampai saat korban diperiksa di pusat kesehatan,
apakah korban membersihkan diri sendiri, tanggal menstruasi
terakhir, dan aktivitas seksual terakhir, jika ada.
Untuk hasil yang optimal, material forensik harus
dikumpulkan dalam 72 jam setelah serangan. Harus dicari
tanda – tanda bengkak, bekas gigitan, dan trauma oral,
genital dan anal. Foto merupakan cara yang paling baik untuk
mendokumentasikan cidera. Spesimen harus dikumpulkan
dari kuku, mulut, vagina, rambut pubis, dan anus.
Terapi setelah perkosaan termasuk profilaksis dengan
kontrasepsi darurat dan infeksi menular seksual, jika
terindikasi dapat diberikan vaksin hepatitis dan hepatitis
immune globulin. Dapat diberikan sefiksim 400 mg dan
azithromisin 1 gram dosis tunggal untuk terapi klamidia,
gonorea, dan sifilis. Regimen alternatifnya adalah seftriakson
intramuskular 125 mg dosis tunggal, dengan azitromisin 1
gram dosis tunggal. Untuk profilaksis terhadap vaginosis
bakterialis dan trichomonas maka dapat diberikan
metronidazol dosis tunggal 2 gram.
Kultur ulang, periksa cairan vagina, dan pemeriksaan
kehamilan harus dilakukan 3 minggu setelah kejadian, diikuti
serologi untuk sifilis, hepatitis, HIV pada 12 minggu. Sering
ditemukan sekuele jangka panjang. Pasien korban perkosaan
ini harus mendapat dukungan psikologis segera dan
berkelanjutan, misalnya pusat krisis terpadu lokal
GANGGUAN MAKAN
REMAJA
ANOREKSIA NERVOSA
Penyebab pasti anoreksia nervosa masih belum jelas,
interaksi faktor sosial, lingkungan, psikologis, dan biologis.
Faktor risikonya berupa familial, jenis kepribadian, riwayat
kelebihan berat badan sebelumnya, gangguan afek (riwayat
keluarga), impulsif/negatif (bulimia nervosa), dan gangguan
psikiatri.
Remaja dengan gangguan makan biasanya berusaha
menutupi dirinya mengalami gangguan makan. Kejadian
pertama menandakan seorang pasien menderita anoreksia
atau bumilia antara lain perubahan perilaku makan atau
olahraga (terobsesi dengan makanan, rutinitas makan, dan
perubahan mood). Pada umumnya, pasien memiliki kesan
body image (bentuk tubuh) tidak realistik dan sering merasa
dirinya terlalu gemuk padahal sebenarnya sangat kurus.
Dokter tidak boleh bersikap menghakimi, wajib
mengumpulkan informasi dan mencari diagnosis banding.
Diagnosis banding penurunan berat badan meliputi refluks
gastroesophageal, ulkus peptikum, keganasan, diare kronik,
malabsorpsi, inflammatory bowel disease, peningkatan
kebutuhan energi, lesi hipotalamik, hipertiroidisme, diabetes
melitus, dan penyakit addison. Kelainan psikiatrik harus
dipertimbangkan misalnya seperti penyalahgunaan obat,
depresi, kelainan obsesif-kompulsif.
Pasien anoreksia nevrosa biasanya memakai baju
berlapis – lapis untuk menyembunyikan bentuk badan
sebenarnya, rambut halus pada wajah dan badan (rambut
yang mirip lanugo), kulit kasar bersisik, bradikardia,
hipotermia, indeks massa tubuh menurun, erosi enamel gigi
(akibat asam yang berasal dari emesis), dan akrosianosis
tangan dan kaki.
Terapi memerlukan pendekatan multidisiplin, terdiri
atas program pengaturan makan, terapi individu dan
keluarga. Langkah pertama adalah mengembalikan berat
badan pasien. Terkadang perlu perawatan di rumah
sakit. Jika berat badan sudah mencapai 80% berat
badan ideal maka pasien boleh pulang ke rumah.
BULIMIA NERVOSA
Episode makan terdiri atas binge eating (makan berlebihan),
makanan terlarang atau makanan sisa atau keduanya, dimakan
dengan cepat kemudian dimuntahkan. Kelainan metabolik timbul
akibat muntah berlebihan dan pemberian laksatif secara diuretik.
Episode makanan berlebihan binge-eating dan tidak mampu
mengontrol makanan biasanya terjadi pada wanita muda sedikit
overweight dengan riwayat diet sebelumnya
Teknik terapi nutrisional, edukasional, dan pemantauan mandiri
untuk meningkatkan kesaran perilaku maladaptif dilanjutkan dengan
upaya mengubah perilaku makan. Pasien bumilia nervosa mungkin
berespons dengan terapi antidepresan karena terkadang pasien
memiliki gangguan kepribadian, kesulitan mengontrol impuls, dan
riwayat keluarga dengan kelainan afektif. Pasien biasanya merasa
malu dan bersalah atas tindakan mereka.
PENYALAHGUNAAN
ZAT DAN OBAT –
OBATAN
OVERDOSIS AKUT

Beberapa obat (paling sering alkohol, amfetamin, opiat, dan


kokain) menyebabkan kedaruratan toksikologis. Situasi ini sering
timbul pada remaja yang baru pertama kali menggunakan obat –
obatan mengakibatkan identifikasi obat tersangka cukup sulit.
Tatalaksana awal ditujukan untuk tatalaksana medis suportif
dilanjutkan dengan konseling setelah efek toksik menghilang.

PENYAKIT AKUT

Konsumsi alkohol berlebihan dapat menyebabkan gastritis dan


pankrearitis akut. Penggunaan obat intravena dapat menyebabkan
hepatitis B, endokarditis bakterial, osteomielitis, emboli septik
pulmoner, dan infeksi atau sindrom imunodefisiensi didapat (SIDA-
acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Komsumsi
mariyuana atau tembakau kronik berhubungan dengan
bronkokontriksi dan bronkitis.
PENGGUNAAN KRONIK

Penggunaan obat kompulsid atau alkohol menyebabkan remaja


tidak mampu mebantu dirinya lepas dari ketergantungan obat –
obat tersebut dan tidak mampu mengatasi sekuele psikososial
yang mengakibatkan perilaku kriminal/merusak (misalnya mencuri,
prostitusi, perdagangan obat, tidak bekerja, putus sekolah, dan
isolasi lingkungan).

TERAPI

Tatalaksana spesifik penyalahgunaan obat remaja tergantung dari


maisng – masing individu. Karena sebagian besar zat – zat ini
sangat poten menyebabkan ketergantungan maka
direkomendasikan untuk dirawat di fasilitas rehabilitas medis,
terutama pada dewasa muda.
Referensi:

Marcdante, Karen J. 2014. Ilmu


Kesehatan Anak Esensial.
Singapore: Elsevier

43
STIMULASI, DETEKSI DAN
INTERVENSI DINI TUMBUH
KEMBANG (SDIDTK)

SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif


dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5 tahun pertama kehidupan.
SDIDTK ANAK
Meliputi
 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan

 Deteksi dini penyimpangan perkembangan

 Deteksi dini penyimpangan emosional.


PERKEMBANGAN ANAK menggambarkan
peningkatan kematangan fungsi individu
• Harus dipantau secara berkala
• Bayi/Anak dengan resiko tinggi perlu mendapat prioritas, antara lain bayi
prematur, berat lahir rendah, riwayat asfiksia, hiperbilirubinemia, infeksi
intrapartum, ibu diabetes melitus, gemeli dll.
• Denver II merupakan salah satu alat skrining perkembangan untuk
mengetahui sedini mungkin penyimpangan perkembangan yang terjadi
pada anak sejak lahir sampai umur 6 tahun
• Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) oleh depkes
DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN

1. Tanya perkembangan anak dengan KPSP


(Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) mulai
umur 3 bulan :
 minimal tiap 3 bln sampai umur 2 thn
 minimal tiap 6 bulan umur 2 - 6 thn.

2. Tanya pendengaran anak dengan TDD (tes daya


dengar) mulai umur 3 bln :
 minimal tiap 3 bln sampai umur 1 thn
 minimal tiap 6 bulan sampai umur 6 thn
…DETEKSI DINI PENYIMPANGAN
PERKEMBANGAN
3. Tes penglihatan anak dengan TDL (tes daya lihat)
mulai umur 3 tahun tiap 6 bulan.
DETEKSI DINI PENYIMPANGAN
PERTUMBUHAN :
1. Pengukuran Berat badan dan Tinggi badan
2. Pengukuran Lingkar kepala
DETEKSI DINI PENYIMPANGAN MENTAL EMOSIONAL

1. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak


usia 36-72 bulan
2. Ceklis Autis Anak Pra Sekolah (Checklist for Autism in
Toddlers =CHAT) bagi anak usia 18-36 bulan
3. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktifitas (GPPH) bagi anak usia 36 bulan ke atas
1. KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN
(KPSP)

 Berisi 10 pertanyaan singkat mengenai kemampuan


yang telah dicapai oleh bayi dan anaknya.
 Tujuan : untuk mengetahui apakah perkembangan
bayi / anak normal atau ada penyimpangan
 Jadwal rutin : tiap 3 bulan sejak usia 3 – 24 bulan kmd
tiap 6 bulan sampai usia 72 bulan.
 Tiap Usia memiliki kuesioner tersendiri
 Pilih daftar pertanyaan yang sesuai dengan usia bayi /
anak
KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP )
(LANJT..)
9-10 pertanyaan singkat pada orang-tua / pengasuh, tentang
kemampuan yang telah dicapai oleh anak mulai umur 3 bulan,
minimal tiap 3 bulan sampai umur 2 tahun, minimal tiap 6 bulan
sampai umur 6 tahun untuk mengetahui perkembangan anak sesuai
umurnya atau terlambat
Alat :
1. Kuesioner (daftar pertanyaan) sesuai umur anak
2. Kertas, pensil,
3. bola karet atau plastik seukuran bola tenis,
4. kerincingan,
5. kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah,
6. benda-benda kecil seperti kismis/potongan biskuit kecil berukuran
0,5-1 cm
• Jika anak datang belum mencapai usia pemeriksaan
rutin, maka ibu diminta kembali kontrol pada usia
terdekat dengan pemeriksaan rutin

• Jika ibu datang dengan masalah tumbuh kembang anak,


sedangkan umur anak bukan umur skrining, maka
lakukan skrining dengan menggunakan formulir KPSP
usia terdekat – yang lebih muda.
INTERPRETASI KPSP
• Hitunglah jumlah jawaban Ya.
• Apabila jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan
anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S)
• Jumlah jawaban Ya = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan (M)
• Jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P)
• Jawaban tidak harus diperinci menurut jenis
keterlambatan
• Apabila jumlah jawaban Ya = kurang dari 9, maka
perlu diteliti kembali mengenai:
a) Cara menghitung umur anak
b) Daftar pertanyaan, apakah sesuai dengan
umur anak
c) Apakah jawaban orang tua/pengasuh anak
sesuai dengan yang dimaksudkannya.
INTERVENSI
Bila perkembangan sesuai (S):
• Puji ibu, teruskan pola asuh anak
• Beri stimulasi sesering mungkin, tiap saat
sesuai umur dan kemampuan anak
• Lakukan pemeriksaan / skrining rutin sesuai
umur
Perkembangan meragukan (M) :

• Beri ibu petunjuk stimulasi, lebih sering, setiap saat untuk


mengejar ketertinggalannya
• Lacak kemungkinan gangguan kesehatan lain yang
menyebabkan penyimpangan perkembangan
• Ulangi KPSP 2 minggu kemudian
• Jika hasil tetap 7 atau 8, ulangi 2 minggu kemudian.
• Jika hasil tetap 7 atau 8 kemungkinan ada penyimpangan (P)
Perkembangan ada Penyimpangan (P):

Rujuk ke klinik tumbuh kembang RS untuk


memeriksa perkembangan anak lebih lanjut /
penanganan Tim spesialistik
DETEKSI DINI PENYIMPANGAN
MENTAL EMOSIONAL
 Tujuan :
 Mendeteksi secara dini penyimpangan mental emosional pada anak pra sekolah
 Jadwal :
 setiap 6 bulan pada umur 36-72 bulan
 Alat : Kuesioner masalah Mental Emosional (KMME)
 12 pertanyaan mengenai problem mental emosional anak umur 36-72 bulan
KMME

Interpretasi : bila jawaban YA maka mengalami masalah


mental emosional
KMME
Intervensi
• Bila jawaban YA hanya satu : lakukan konseling Buku
Pedoman Pola Asuh yang Mendukung Perkembangan Anak
• Evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke
RS
• Bila jawaban YA ditemukan 2 atau lebih : rujuk ke RS
(fasilitas tumbuh kembang anak)
DETEKSI DINI AUTIS PADA
ANAK PRASEKOLAH
 Tujuan :
 Mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18-36 bulan.
 Jadwal :
 Pemeriksaan atas indikasi kecurigaan autis.
 Alat ; yang digunakan adalah CHAT ( Checklist for Autism in’ Toddlers)
 9 pertanyaan yang dijawab oleh orangtua/pengasuh anak
 5 perintah untuk anak
 Intepretasi

 Risiko tinggi menderita autis : bila jawaban “Tidak” pada pertanyaan


A5, A7,B2,B3 dan B4
 Risiko rendah menderita autis : bila jawaban “ Tidak” pada pertanyaan
A7 dan B4
 Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban “tidak”
jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4, A6; A8 – A9; B1-B5.
 Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1,2 dan 3.

 Intervensi
 bila anak beresiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan
perkembangan, rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.
DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN
PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH)
PADA ANAK PRASEKOLAH

 Tujuan :
 Mendeteksi secara dini adanya gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan atas.
 Jadwal :
 Pemeriksaan atas indikasi kecurigaan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
 Alat ; yang digunakan adalah formulir gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
 10 pertanyaan yang dijawab oleh orangtua/pengasuh anak
 Cara deteksi dini menggunakan formulir formulir GPPH
 Ajukan pertanyaan dengan lambat. Jelas, nyaring, satu per satu perilaku
yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orang
tua / pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab
 Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH
 Keadaan yang ditanyakan/ diamati ada pada anak dimanapun anak
berada , misal ketika dirumah., sekolah, pasar, toko, dll) ; setiap saat dan
ketika anak dengan siapa saja
 Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku aak selama dilakukan
pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab
INTERPRETASI
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan “bobot nilai “
berikut ini dan jumlahka nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total
 Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
 Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
 Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
 Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak

Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH


INTERVENSI
 Anak dengan kemampuan GPPH perlu dirujuk ke rumah
sakit yang mem tetapi memiliki fasilitas kesehatan jiwa/
tumbuh kembang anak untuk konsultasi dan lebih lanjut
Bila nanti total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu ,
jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan
pertanyaan kepada orang-orang terdekat dega anak ( orag
tua, pengasuh, nenek, guru, dsb.
2. TES DAYA DENGAR (TDD)
 Tujuan :
 Menemukan gangguan pendengaran sejak dini.
 Dapat memberi intevensi sedini mungkin pada anak yang mengalami
gangguan pendengaran.
 Jadwal
 Setiap 3 bulan pada bayi umur  12 bulan
 Setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas.
 Tes dapat dilaksanakan oleh tenaga, Guru TK, Tenaga PADU dan petugas
terlatih lainnya.
 Alat / sarana yang diperlukan adalah :
 Instrumen TDD menurut umur anak
 Gambar binatang (ayam anjing, kucing), manusia
 Mainan (Boneka, Kubus, Sendok, Cangkir, Bola)
 Cara melakukan TDD :
 Menghitung umur anak dalam bulan
 Memilih daftar pertanyaan sesuai umur anak
 Pada anak umur  24 bulan :
 semua pertanyaan harus dijawab orang tua/pengasuh anak.
 Membacakan pertanyaan anak dengan jelas, dan berurutan.
 Menunggu jawaban dari orang tua/ pengasuh
 Jawaban “YA” jika menurut orangtua/pengasuh, anak dapat
melakukannya satu bulan terakhir.
 Jawaban “TIDAK” jika menurut orangtua/pengasuh anak tidak
pernah, tidak tahu atau tidak dapat melakukannya dalam satu
bulan terakhir,
 Pada anak umur 24 bulan atau lebih
 Pertanyaan berupa perintah melalui orangtua/ pengasuh
untuk dikerjakan oleh anak.
 Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang
tua/pengasuh.
 Jawaban “YA” jika anak dapat melakukan perintah orang
tua/ pengasuh.
 Jawaban “TIDAK” jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orang tua/ pengasuh.
 Intepretasi
 Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan
anak mengalami gangguan pendengaran.
 Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayi/ balita atau
status/catatan medik anak, jenis kelainan.
 Intervensi
 Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada .
 Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi.
 Tujuan :
3. TES DAYA LIHAT (TDL)
 Mendeteksi secara dini kelainan daya lihat.

 Dapat melakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk


memperoleh ketajaman daya lihat menjadi besar.
 Jadwal tes daya lihat :
 Setiap 6 bulan pada anak usia pra sekolah (umur 36-37 bulan)
 Tes dapat dilaksanakan oleh tenaga, Guru TK, Tenaga PADU dan
petugas terlatih lainnya.
 Alat/ sarana yang diperlukan adalah :
 Ruang bersih, tenang, pencahayaan baik.
 Dua buah kursi, satu untuk anak, satu untuk pemeriksa
 Poster “ E” untuk digantung, dan kartu “E” untuk dipegang anak.
 Alat penunjuk.
 Cara melakukan tes daya lihat :
 menggantungkan poster “E” setinggi mata anak pada
posisi duduk
 Letakkan kursi anak sejauh 3 meter dari poster “E”
menghadap ke poster “E”
 Letakan kursi pemeriksa disamping poster “E”
 Mengajari anak menggunakan kartu “E”

 Beri pujian anak jika dapat melakukannya.

 Minta anak menutup sebelah matanya dengan


buku/kertas.
 Cara melakukan tes daya lihat
(lanj..)
 Tunjuk huruf “E” pada poster
satu per satu mulai baris
pertama sampai baris ke empat
atau bari “E” terkecil yang
masih dapat dilihat.
 Puji anak setiap kali dapat
melakukannya
 Ulangi pemeriksaan pada mata
satunya dengan cara yang sama.
 Tulis baris “E” terkecil yang
masih dapat dilihat
Mata kanan : ........, Mata Kiri
: .........
 Interpretasi :
 Bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris
ketiga poster “E”, artinya tidak dapat mencocokan
arah kartu “E” yang dipeganggnya dengan arah “E”
pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa,
kemungkinan anak mengalami gangguan daya
lihat.
 Intervensi
 melakukan pemeriksaan ulang.

Bila pemeriksaan berikutnya, anak tidak dapat melihat


sampai baris yang sama dengan kedua matanya, rujuk
ke`Rumah Sakit dengan menuliskan mata yang
mengalami gangguan (kanan, kiri, atau keduanya).
Denver Developmental
Screening Test (DDST)
Muhamad Alfian [1710711103]
Feny Ditya H. [1710711110]

Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah
metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk
menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun.
Manfaat pengkajian perkembangan dengan menggunakan
DDST bergantung pada usia anak. Pada bayi baru lahir,
tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis,
salah satunya serebral palsi.

87

Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver
Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver
Developmental Screening Test (DDST-R).
Tes Denver II bukan merupakan tes IQ sehingga tidak dapat meramal
kemampuan intelektual, adaptif atau perkembangan anak dimasa
mendatang. Tujuannya adalah menilai tingkat perkembangan anak
sesuai kelompok seusianya, serta digunakan untuk memonitor dan
memantau perkembangan bayi atau anak dengan resiko tinggi
terjadinya penyimpangan perkembangan secara berkala

88
1. Askep Perkembangan yang Dinilai

■ Terdiri dari 125 tugas perkembangan.


■ Tugas yang diperiksa setiap kali skrining
hanya berkisar 25-30 tugas
■ Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai,
yaitu:

89
1) Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya.

2) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)


Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3) Language (Bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah
ddan berbicara spontan.

4) Gross Motor (gerakan motorik kasar)


Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Setiap tugas (
kemampuan ) digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang
horisontal yang berurutan menurut umur, dalam lembar DDST.

90
2. Alat yang Diperlukan

 Alat peraga : benang wol merah,


kismis/manik-manik, kubus warna merah-
kuning-hijau-biru, permainan anak, botol kecil,
bola tenis, bel kecil,kertas dan pensil.
 Lembar formulir DDST
 Buku petunjuk sebagai refensi yang
menjelaskan cara-cara melakukan tes dan
cara penilaiannya.

91
92
3. Prosedur DDST Terdiri dari 2 Tahap:

 Tahap I  : secara periodik dilakukan pada semua anak


yang berusia :
- 3-6 bulan
- 9-12 bulan
- 18-24 bulan
- 3 tahun
- 4 tahun
- 5 tahun

 Tahap II  : dilakukan pada mereka yang dicurigai


adanya hambatan perkembangan pada tahap I.
Kemudian dilanjutkan pad eveluasi diagnostik yang
lengkap.
93
4. Penilaian

Dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan


penilaian:
• Lulus ( passed = P )
• Gagal ( Fail = F)
Jika anak tidak mendapatkan kesempatan melakukan tugas, maka:
• ( No Opportunity = N.O )

Setelah dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang
F, selanjutnya berdassarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam :
Normal, Abnormal, Meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites
( Untestable ).

94
1) Abnormal
- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih.
-  Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan
PLUS 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada 1 sektor yang
sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan
garis vertikal usia.

2) Meragukan
- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
-  Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor
yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan
garis verikal usia.
3) Tidak dapat dites
- Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal
atau meragukan.

4) Normal
- Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut diatas.
95
Cara Pengukuran DDST

 Tentukan usia anak saat pemeriksaan


 Tarik garis pada lembar DDST II sesuai usia
yang telah ditentukan
 Lakukan pengukuran pada anak tiap
komponen dengan batasan garis yang ada,
mulai motorik kasar, bahasa, motorik halus
dan personal sosial.
 Tentukan hasil penilaian apakah normal,
meragukan atau abnormal.

96
Prematur

■ Pada anak-anak yang lahir prematur,


usia disesuaikan hanya sampai anak
usia 2 tahun:
■ Contoh perhitungan anak dengan
prematur:
■ An. Lula lahir prematur pada
kehamilan 32 minggu, lahir pada
tanggal 5 Agustus 2006. Diperiksa
perkembangannya dengan DDST II
pada tanggal 1 April 2008. Hitung
■ Diketahui:
■ Tanggal lahir An. Lula : 5-8-2006
■ Tanggal periksa : 1-4-2008
■ Prematur : 32 minggu
■ Ditanyakan:
■ Berapa usia kronologis An. Lula?
■ Jawab:
■ 2008 – 4 – 1 An. Lula prematur 32 minggu
■ 2006 – 8 – 5 Aterm = 37 minggu
■ _________ - Maka 37 – 32 = 5 minggu
■ 1 – 7 -26
■ Ø Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak
prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari
atau
■ 1 tahun 8 bulan atau 20 bulan
■ Usia tersebut dikurangi usia
keprematurannya yaitu 5 minggu X 7
hari = 35 hari, sehingga usia
kronologis An. Lula untuk
pemeriksaan DDST II adalah:
■ Ø 1 tahun 7 bulan 26 hari – 35 hari =
1 tahun 6 bulan 21 hari
■ Atau
■ 1 tahun 7 bulan atau 19 bulan
LANGKAH
MENGAMBIL
KESIMPULAN
• Normal, Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak
satu caution. • Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.

Suspect/ Suspek • Bila didapatkan > 2 caution dan/atau > 1


keterlambatan. • Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk
menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit
atau kelelahan

Untestable/ Tidak dapat diuji • Bila ada skor menolak pada > 1
uji coba terletak disebelah kiri garis umur atau menolak pada
> 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75-90%
• Lakukan uji ulang dalam 1 -2 minggu.
101
Sumber :
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Buku Saku Pratikum
Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Ilmu Kesehatan Anak
Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta :Salemba
Medika.
Donna, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatric.
Jakarta : EGC.
Redha Ivantoni, & Izzati Muhimmah. 2015. Aplikasi
Penentuan Tingkat Tumbuh Kembang Anak
Menggunakan Tes Denver II. Jurnal Universitas
Islam Indonesia. Hal : 2
Terima Kasih !

Anda mungkin juga menyukai