Anda di halaman 1dari 45

Perdarahan Saluran

Cerna
DEFINISI

Perdarahan saluran cerna adalah perdarahan


yang berasal dari intralumen saluran cerna,
mulai dari orofaring hingga rektum.
BEBERAPA ISTILAH

 Saluran cerna bagian atas (SCBA) meliputi esofagus, gaster,


duodenum, jejunum proksimal diatas ligamentum Treitz.
 Saluran cerna bagian bawah (SCBB) meliputi jejunum distal
dibawah ligamentum TReitz, ileum, kolon, rektum dan anus
BEBERAPA ISTILAH

 Hematemesis adalah muntah darah hitam dari SCBA darah


yang keluar bercampur dengan asam lambung

 Warna hematemesis tergantung pada lamanya kontak antara


darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan

 Melena adalah buang air besar darah hitam dari SCBA 


Disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas
BEBERAPA ISTILAH

 Hematokezia adalah buang air besar darah merah segar dari


saluran cerna bagian bawah (SCBB).
 Pseudomelena adalah buang air besar berwarna hitam, tapi
penyebab perdarahan berasal dari saluran cerna bagian bawah
disebabkan darah terlalu lama di usus.
 Pseudohematokezia adalah buang air besar merah segar tapi
disebabkan oleh perdarahan masif dari SCBA, dimana darah
yang keluar tidak sempat bercampur dengan asam lambung.
PERDARAHAN SALURAN
CERNA BAGIAN ATAS
DEFINISI

 Merupakan salah satu kasus emergensi


Perdarahan yang terjadi proximal dari
ligamentum Treitz sehinga berwarna hitam
 Cairan hematin (asam chlorida dengan
hemoglobin)
Epidemiologi

- Penyebab terbanyak perdarahan saluran cerna karena ulkus


peptikum  belakangan ini kematian karena perdarahan saluran
cerna akibat ulkus peptikum menurun selama 10 tahun terakhir (5
– 12%)krn teknologi endoskopi dan farmakologi yg semakin
membaik dapat mengurangi perdarahan ulang
ETIOLOGI

 Ulkus peptikum (35-62%)


 Varises esofagus (4-31%)
 Sindrom Mallory-Weiss tear (4-13%)
 Gastritis erosif (3-11%)
 Varises lambung
 Kanker lambung (1-4%)
 Lesi Dieulafoy
 Lesi vaskuler
 Esofagitis
 Angiodisplasia
 Gastropati kongestif
PATOFISIOLOGI

 ULKUS PEPTIKUM
 Gangguan keseimbangan antara faktor asam dan pepsin (mukus,
bikarbonat, aliran darah) → mukosa dinding lambung melemah
→pecah → perdarahan
 Infeksi kuman Helicobacter Pylori → peradangan langsung pada
mukosa lambung dan duodenum → produksi asam berlebih
→membebani lapisan mukosa lambung →sakit maag
 Obat-obatan anti inflamasi non steroid (NSAID), misalnya aspirin,
ibuprofen, naproxen, dan diklofenak → Konsumsi dalam jangka
waktu yang panjang → merusak lapisan mukosa →ulkus peptikum
PATOFISIOLOGI

 VARISES ESOFAGUS

Obstruksi sistem vena portal →


tekanan portal meningkat →
pelebaran pembuluh darah di
anastomosis → varises esofagus →
dinding varises yang rapuh bisa
pecah 15 → perdarahan
Varises Esofagus
PATOFISIOLOGI

 MALLORY-WEISS TEAR

Kenaikan tekanan intragastrik


yang tiba-tiba atau prolaps
lambung ke esofagus → timbul
laserasi longitudinal di mukosa
lambung maupun esofagus →
sumber perdarahan
Mallory-Weiss tear
Gambaran endoskopi pada pasien Mallory-
Weiss Tear (Savides, T.J., et al., 2010)
Pedoman Umum Tatalaksana Perdarahan SCBA

Penilaian keadaan awal

Hemodinamik tidak
stabil
Hemodinamik stabil

Stabilkan hemodinamik
pasang infus IV
Pertahankan
Obat obat anti
sekresi asam
Non vasises
Tatalaks lambung (gol
oesophagus
Tatalaksana diagnostik ana PPI)
terapi
Varises Somatostatin
oesophagus dan analognya
oktreotid
ANAMNESIS DAN
PEMERIKSAAN FISIK
 Riwayat penyakit dahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati
menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat
ulserogenik dan penyakit darah seperti : leukemia dan lain-lain
 Biasanya perdarahan SCBA yg disebabkan pecahnya varises
esofagus tidak dijumpai adanya keluhan rasa nyeri atau pedih di
daerah epigastrium dan gejala hematemesis timbul secara
mendadak
Diagnosis

 Pemeriksaan fisik
 KU : Kesadaran
 TD, Nadi
 Tanda-tanda anemia
 Gejala-gejala hipovolume
 Tanda-tanda hipertensi portal din serosis hepatis
 Rectal touche
DIAGNOSA

 Upper endoskopi
 Push Enteroskopi
 Angiografi/Arteriografi
 Blood Flow Scientigraphy (Nuclear
Scientigraphy)
 Operasi Laparatomi Eksplorasi
KOMPLIKASI

 Syok hipovolemik
 Gagal ginjal akut
 Anemia
 Infeksi
 Reaksi tranfusi
 Perforasi abdomen
PENATALAKSANAAN
 Diit puasa
 Menghentikan/menghilangkan faktor-faktor yang
berpengaruh (rokok, alkohol, obat ulcerogenik, stress, dll)
 Makan jml sedikit- lebih sering, mengurangi makanan yg
merangsang asam/pepsin
 Obat :
- Obat-obat anti sekresi asam lambung : pilihan terbaik
adalah golongan Proton Pump Inhibitor (omeprazole,
lanzoprazole, pantroprazole, esomeprazole). Dosis
awal diberikan injeksi/ 12jam selama 3 hari, dilanjutkan
oral 1 – 2 minggu
- Proteksi permukaan mukosa : sucralfate
- Hemostatika
PENATALAKSANAAN

 NON ENDOSKOPIS
 Stabilisasi keadaan umum
 Vitamin K 1 mg/kgBB/i.m. (maks. 10 mg) bila ada koagulopati
 Tranfusi suspensi trombosit dapat diberikan bila diperlukan
 Pembilasan lambung : Dilakukan melalui NGT dengan 50-100 ml NaCl
0,9% berulang kali tiap 1-3 jam tergantung perdarahannya sampai cairan
lambung sebersih mungkin.
 Bolus vasopressin 50 unit dalam 100 ml dekstrose 5%, diberikan 0,5-1
mg/menit/iv selama 20-60 menit, dan dapat diulang tiap 3-6 jam. Atau
setelah pemberian pertama dilanjutkan per infus 0,1-0,5 U/menit.
 Untuk menurunkan aliran darah splanknik dapat diberikan bolus
Somatostatin 250 mcg/iv, dilanjutkan per infus 250 mcg/jam selama 12-24
jam atau sampai perdarahan berhenti.
PENATALAKSANAAN
 Bila ada ulkus peptikum dan erosif pada mukosa :
 Omeprazole 80 mg/iv, kemudian dilanjutkan per infus 8 mg/kgBB/jam selama 72 jam.
 Antasida diberikan tiap 1-2 jam dengan dosis 0,5 ml/kgBB/dosis (maks. 30 ml/dosis)
untuk mempertahankan pH > 5 H2 reseptor antagonis
 Simetidin : 7,5 ml/kgBB tiap 6 jam atau Ranitidin : 1,25-2 mg/kgBB tiap 12 jam

 Bila ada varises esofagus → Pemasangan Sengstaken-Blackmore tube (SB-tube)


untuk menghentikan perdarahan
PENATALAKSANAAN
 ENDOSKOPIS
 Contact thermal (monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe)
 Noncontact thermal (laser)
 Nonthermal (misalnya suntikan adrenalin, polidokanol, alkohol, cyanoacrylate, atau
pemakaian klip)
PENATALAKSANAAN

 TERAPI RADIOLOGI
 Penyuntikan vasopressin
 Embolisasi arterial
 TIPS (Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt)

 PEMBEDAHAN
PROGNOSIS

 Prognosis penyakit dipengaruhi oleh usia penderita, penyakit


penyerta, dan kondisi hemodinamik.
 Tingginya tingkat kematian sangat dipengaruhi oleh penyakit
serius yang mendasarinya.
Perdarahan saluran cerna
bagian bawah
Definisi

 Perdarahan yang berasal dari distal ligamentum Teitz.


 80% perdarahan akan berhenti spontan.
 Angka mortalitasnya adalah 2-4%.
Gambaran Klinik
 Melena
Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran
bercampur asam lambung; biasanya mengindikasikan perdarahan saluran
cerna bahagian atas, atau perdarahan daripada usus-usus ataupun colon
bahagian kanan dapat juga menjadi sumber lainnya.
 Hematokezia.
Keluarnya darah dari rectum yang diakibatkan perdarahan saluran cerna
bagian bawah, Biasanya perdarahan terjadi pada kolon descendens,
sigmoid, dan anorektal.
 Maroon Stool
Keluarnya darah dari rectum yang bercampur feses diakibatkan
perdarahan saluran cerna bagian bawah, darah sekilas berwarna merah
gelap, tetapi bila disiram air akan berubah menjadi merah hati. Biasanya
terjadi pada perdarahan caecum dan colon ascendens.
Etiologi

 Hemoroid
 Divertikulosis
 Kolon iskemik
 Kolitis
 Angiodisplasia
 Fisura perianal
 Keganasan rectum dan kolon
 Post polipektomi
 Fistula vascular enteric
 Divertikulum meckel
Prosedur Diagnosis

 Anamnesis gejala dan tanda.


 Pemeriksaan fisik.
 Sigmoidoskopi dan Kolonoskopi.
 Scan sel darah merah.
 Angiografi.
Anamnesis Gejala dan Tanda

Untuk mengetahui perjalanan penyakit dan sumber perdarahan,


perlu ditanyakan adanya hal dibawah ini:
1.Feses diselimuti darah atau darah menetes (hemoroid).
2.Diare bercampur darah dan nyeri perut (inflamasi kolon).
3.Nyeri waktu feses keluar (fissure ani).
4.Perubahan pola buang air besar, bentuk feses, dan berat badan
menurun (Keganasan).
5.Perdarahan tanpa disertai nyeri perut (Diverticulosis coli,
angiodislpasia, atau proktitis radiasi).
Pemeriksaan Fisik

 Ada tidaknya dampak hemodinamik akibat perdarahan.


 Adanya hipotensi ortostatik mengarah kemungkinan perdarahan
<15% total volume darah.
 Colok dubur sangat penting untuk mengetahui ada tidaknya
massa.
Sigmoidoskopi dan Kolonoskopi.

 Sigmoidoskopi dapat menilai kolon bagian kiri (rectum, sigmoid,


dan kolon desenden).
 Sebagian besar perdarahan lebih memerlukan kolonoskopi total.
 Adanya darah segar dalam ileum terminal dapat diasumsikan
perdarahan bukan dari colon.
 Pemeriksaan diprioritaskan pada pasien berumur >45 tahun,
karena prediksi keganasan tinggi.
Indikasi Kolonoskopi

 Pendarahan dari rektum (darah bercampur dengan feses).


 Riwayat keluarga yang mengidap kanser usus besar.
 Sebagai 'screening' untuk Pasien berumur > 50 tahun.
 Seseorang yang pernah menghidap penyakit polip usus besar.
Kontra Indikasi Kolonoskopi

 Pasien tidak kooperatif.


 Belum dipuasakan.
 Penyakit jantung berat.
 Penderita dalam keadaan syok atau koma.
 Perforasi usus.
 Gagal napas berat.
 Hamil trisemester 3.
Tata Laksana
Tata Laksana Khusus
 Divertikulasi Kolon
Penyuntikan epineferin, koagulasi bipolar atau terapi mekanik menggunakan
endoklip. Bila secara endoskopi terkendala, lakukan angiografi yang disertai
unsur terapetik, yaitu pemberian vassopresin atau embolisasi superselektif.
 Malformasi Arteriovenosa
Kolonoskopi dapat mengidentifikasi sebagian besar kasus ini. Teknik koagulasi
dengan kauter elektrik atau koagulasi argon plasma dapat menghentikan
perdarahan.
 Keganasan.
Ditegakan dengan pemeriksaan endoskopi dan biopsy. Lakukan tindakan operatif.
 Hemoroid.
Terapi topical, skleroterapi, ligase, koagulasi inframerah atau operatif.
Reference

 http://www.emedicinehealth.com/gastrointestinal_bleeding/article_em.htm
 https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003133.htm
  http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25274156
Upper Gastrointestinal Bleeding Caused by Severe Esophagitis: A Unique Clinical
Syndrome.
Guntipalli P1, Chason R, Elliott A, Rockey DC.
 http://www.ina-jghe.com/journal/index.php/jghe/article/viewFile/363/171
 http://www.nature.com/ajg/journal/v105/n1/full/ajg2009517a.html
 http://emedicine.medscape.com/article/187857-overview

 http://ghrnet.org/index.php/joghr/article/viewFile/1119/1189
 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4231512/pdf/WJGP-5-467.pdf
Wassalamualikum
Warahmatullahi
wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai