Anda di halaman 1dari 35

PRESENTASI KASUS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA REPONIBLE


Yusrina Alvi Fauzziah
1102009309

Pembimbing: dr. H. Supriyono, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RSUD KOTA CILEGON 2014
Identitas

Nama Tn. K
Jenis Kelamin Laki-laki
Umur 68 Tahun
Pendidikan SD
Pekerjaan Wiraswasta
Status Pernikahan Kawin
Agama Islam
Alamat Pintu Air, Kubang sari, Ciwandan
Tanggal Masuk RS 7 Januari 2014
No. CM 65.50.xx
Anamnesa

 Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 08 Januari 2014 pukul 07.00 WIB di Ruang
Bangsal Aster RSUD Cilegon
 Keluhan Utama : Benjolan di lipat paha kanan
 Keluahan Tambahan : Tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang

 Pasien datang ke RSUD Cilegon dengan keluhan terdapat benjolan pada lipat paha
kanan sejak ± 5 tahun yang lalu. Awalnya benjolan tidak begitu terasa dan diabaikan
oleh pasien, tetapi lama-kelamaan benjolan semakin membesar dan terlihat jelas
serta mengganggu aktivitas, benjolan terlihat jelas bila pasien sedang berdiri,
berjalan, atau aktivitas apapun dan kadang terasa nyeri. Benjolan juga terlihat bila
pasien mengedan maupun batuk. Benjolan akan menghilang bila pasien berbaring
ataupun tidur. Keluhan lain seperti mual, muntah, pusing, dan demam disangkal oleh
pasien. Sebelumnya pasien pernah mnegalami hal serupa dan telah dilakukan operasi
di lipat paha kiri ± 10 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu

 Pasien pernah mengalami keluhan serupa pada lipat paha kiri.


 Riwayat hipertensi, kencing manis, sakit jantung, sakit ginjal, asma, alergi, batuk
dalam jangka waktu yang lama disangkal. Riwayat konsumsi obat-obatan atau jamu
disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


 Pasien mengaku di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang serupa.
Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan dilakukan pada 08 Januari 2014 pukul 07.00 WIB.


 Tanda Vital
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Composmentis
 Tekanan Darah : 130/80 mmHg
 Frekuensi Nadi : 80 x/menit, reguler
 Frekuensi Nafas : 20 x/menit, reguler
 Suhu : 36,4⁰C
Pemeriksaan Fisik

 Status Generalis
 Kulit : Turgor kulit normal
 Kepala : Normosefali. Rambut hitam, lurus, mudah dicabut (-).
 Mata : Simetris kanan kiri, kelopak mata cekung, konjungtiva anemis
-/-, sklera ikterik -/-, kornea jernih, lensa jernih.
 Leher : Pembesaran KGB (-), trakea ditengah, bentuk simetris
 Telinga : Bentuk normal, simetris, liang lapang, serumen (-/-), hiperemis
(-/-)
 Hidung : Septum deviasi (-), pernafasan cuping hidung (-), sekret (-/-)
 Tenggorok: Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, perdarahan (-)
 Mulut : Bibir kering, sianosis (-), lidah bersih
 Thorax : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Pemeriksaan Fisik

Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis, tidak terdapat thrill
Perkusi : Batas kanan ICS IV LSD, pinggang jantung ICS III LPSS, batas kiri ICS V sedikit
medial LMCS
Auskultasi : Bunyi jantung I&II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan pernafasan simetris
Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan-kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, wheezing (-/-),
ronkhi (-/-)
Pemeriksaan Fisik

 Abdomen
Inspeksi: Perut datar simetris, ruam kulit (-), benjolan (-), sikatriks (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani diseluruh abdomen, nyeri ketok (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
 Ekstremitas :
Atas : Akral hangat +/+, Edema -/-
Bawah : Akral hangat +/+, Edema -/-
Pemeriksaan Fisik

 Status Lokalis

Pemeriksaan/Regio Inguinalis Dextra


Inspeksi •Terlihat tonjolan berbentuk lonjong pada daerah inguinalis dextra pada saat
pasien berdiri
•Ukuran kurang lebih 5 cm.
•Warna kulit sama dengan warna kulit sekitarnya.
•Tidak tampak adanya tanda-tanda peradangan.
Palpasi •Teraba benjolan di daerah inguinal dextra : bentuk lonjong, konsistensi kenyal,
batas tegas, mobile, permukaan licin dengan ukuran 5x3cm nyeri tekan (-).
•Benjolan bisa masuk sendiri saat berbaring, Finger test (+) teraba benjolan
pada ujung jari pemeriksa.
•Thumb test (-)
Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 8 Januari 2014  Ureum : 30 mg/dl


 Hb : 13,4 g/dl  Kreatinin : 0,6
 Ht : 40,9 %  Asam Urat : 5,6
 Leukosit : 6660/ul  Natrium :141,4 mmol/l
 Trombosit : 210000/ul  Kalium : 4,24 mmol/l
 Masa pendarahan : 3’  Klorida :111,9 mmol/l
 Masa pembekuan : 8’  HbsAg : negatif
 Golongan darah : A/Rh(+)  Anti HIV : non reaktif
 Glukosa darah sewaktu : 111 mg/dl
Resume

Anamnesis
benjolan pada lipat paha kanan sejak ± 5 tahun yang lalu
benjolan semakin membesar dan terlihat jelas serta mengganggu aktivitas
Benjolan juga terlihat bila pasien mengedan maupun batuk
menghilang bila pasien berbaring ataupun tidur

Pemeriksaan Fisik
Status Present: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis
Tanda Vital : dalam batas normal
Status Generalis : dalam batas normal
Status Lokalis : regio inguinalis dextra
Inspeksi : Terlihat tonjolan berbentuk lonjong pada daerah inguinalis dextra pada saat pasien berdiri, ukuran kurang lebih 5 cm,
warna kulit sama dengan warna kulit sekitarnya, tidak tampak adanya tanda-tanda peradangan.
Palpasi : Teraba benjolan di daerah inguinal dextra : bentuk lonjong, konsistensi kenyal, batas tegas, mobile, permukaan licin dengan
ukuran 5x3cm nyeri tekan (-). Benjolan bisa masuk sendiri saat berbaring, Finger test (+) teraba benjolan pada ujung jari pemeriksa.
Thumb test (-)

Pemeriksaan Laboratorium
Dalam batas normal
 Diagnosis Banding
 Hidrokel
 Varikokel
 Hernia Inguinalis Medialis
 Hernia Femoralis
 Limpadenopati reg.inguinal
 Lipoma

 Penatalaksanaan
 Operatif : Herniotomi
 Laporan Operasi (24 Des 2013)  Prognosis
 Diagnosis pre-operasi : HILD Reponible
 Diagnosis post-operasi : HILD Reponible
 Quo ad vitam : Dubia ad bonam
 Tehnik operasi :Herniotomi
 Quo ad functionam : Dubia ad bonam
 Instruksi pasca operasi :
 Awasi KU dan Vital Sign
 IVFD RL 20 gtt/m
 Cefotaxim 2x1 IV
 Ketorolax 2x1 IV
 Ranitidine 2x1 IV
 Bed Rest 24 jam
 Pasang DC
Follow Up

9 Jan 2014 S/ : Nyeri bila bergerak (+) nyeri pada jahitan (+), mual (-), makan minum (+)
O/ : KU : Sedang, Kesadaran : Compos mentis
TD : 130/80 mmHg, N: 84 x/menit,
RR : 22x/menit, S: 36,5°C
Status generalis: dalam batas normal
Status lokalis: regio inguinalis dextra
Inspeksi: tampak jahitan operasi yang tertutup verband, rembesan darah (-)
Palpasi: nyeri tekan (+)
A/ : Post operasi herniotomi HILD hari ke-1
P/ : Pasien BLPL
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Amoxillin 3 x 500 mg
TINJAUAN PUSTAKA

HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA


REPONIBLE
Anatomi

 Trigonum Hasselbach’s
 Batas superolateral : pemb. Darah epigastrik
interior
 Batas medial : membran m. Rectus abdominis
 Batas inferior : ligamentum inguinal
Definisi

 Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar
pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.
Klasifikasi

1. Menurut lokasi
 Hernia inguinalis: - hernia inguinalis lateralis (indirect)
- hernia inguinalis medialis (direct)
 Hernia femoralis
 Hernia umbilikalis
2. Menurut penyebabnya
 Hernia kongenital
 Hernia traumatic
 Hernia insisional
Klasifikasi

3. Menurut sifat dan keadaanya


 Hernia reponible
 Hernia irreponible
 Hernia inkarserata
 Hernia strangulata
Etiologi

 Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus
internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu.1
 Faktor yang dipandang berperan dalam terjadinya hernia ingunalis antara lain:1
 Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
 Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan
 Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran
kencing
 Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema, alergi
 Partus
 Kelemahan otot dinding perut karena usia.
 Prosesus vaginalis yang terbuka
Bagian Hernia

 Hernia terdiri atas tiga bagian:6


 Kantong hernia, merupakan kantong (divertikulum) peritonei dan mempunyai
leher dan badan (corpus)
 Isi hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang ditemukan di dalam cavitas
abdominalis dan dapat bervariasi dari sebagian kecil omentum sampai organ
besar seperti ren
 Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang dilalui oleh
kantong hernia.
Patofisiologi

 Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus intenus turut
kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan
lebih vertical. Sebaliknya jika otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih
transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis.
 Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga
perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia dapat membentuk pintu masuk hernia
pada annulus internus yang cukup lebar. Sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di
samping itu diperlukan pula factor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang
sudah terbuka cukup lebar tersebut. 1,7
 Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan terjadi jepitan yang
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena
sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong
hernia.
Diagnosis

 Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi 4,5,6
 Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
 Hernia inguinal
 Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolan berbentuk lonjong.
 Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
 Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
 Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
 Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
 Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
Diagnosis

 Pemeriksaan Finger Test :


 Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
 Dimasukkan lewat skrortum melalui
anulus eksternus ke kanal inguinal.
 Penderita disuruh batuk
 Bila impuls diujung jari berarti Hernia
Inguinalis Lateralis.
 Bila impuls disamping jari Hernia
Inguinnalis Medialis.
Diagnosis

 Pemeriksaan Ziemen Test :


 Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan
dulu (biasanya oleh penderita).
 Hernia kanan diperiksa dengan tangan
kanan.
 Penderita disuruh batuk bila rangsangan
pada :
 jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
 jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
 jari ke 4 : Hernia Femoralis.
Diagnosis

 Pemeriksaan Thumb Test :


 Anulus internus ditekan dengan ibu jari
dan penderita disuruh mengejan.
 Bila keluar benjolan berarti Hernia
Inguinalis medialis.
 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia
Inguinalis Lateralis.
Diagnosis Banding

 Hidrokel1
 Tidak dapat dimasukkan kembali. Testis pada pasien hidrokel tidak dapat diraba. Pada hidrokel,
pemeriksaan transiluminasi akan memberi hasil positif. Hidrokel dapat dikosongkan dengan pungsi,
tetapi sering kambuh kembali. Pada pungsi didapatkan cairan jernih
 Varikokel1
 Peninggian tekanan di dalam pleksus pampiniformis dapat diraba sebagai struktur yang terdiri atas
varises pleksus pampiniformis yang memberikan kesan raba seperti kumpulan cacing. Permukaan testis
normal licin tanpa tonjolan dengan konsistensi elastis.
 Hernia Inguinalis Medialis
 Hernia Femoralis
 Limpadenopati regio inguinal
 Lipoma
Tatalaksana

 Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi dilakukan
secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia dan membentuk corong, tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai
terjadi reposisi.1
 Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan vitalitas lebih jarang
disbanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es di
atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan operasi hari berikutnya. Bila tidak
berhasil, operasi segera.1
Tatalaksana

 Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.


Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Tujuan dari operasi adalah reposisi isi
hernia, menutup pintu hernia untuk menghilangkan LMR (Locus Minoris Resistence), dan
mencegah residif dengan memperkuat dinding perut. Operasi elektif dilakukan untuk
mengurangi gejala dan mencegah komplikasi seperti inkarserasi dan strangulasi.
 Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomi: membuka dan memotong kantong hernia.
Pada operasi hernia inguinalis, ada 3 prinsip yang harus diperhatikan, yaitu eksisi kantong
hernia, ligasi tinggi kantong hernia, dan repair dinding kanalis inguinalis.
Tatalaksana

 Herniotomi
 Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka
dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-
ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
 Hernioplasti
 Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti
seperti memperkecil anulus inguinalis internus menurut metode Bassini. Bila defek cukup
besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene,
prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.1, 2, 3
 Herniorraphy
Komplikasi

 Hernia inkarserata
 Isi hernia yang tercekik oleh cincin hernia yang menimbulkan gejala obstruksi usus
yang sederhana, menyebabkan gangguan dari pasase usus, mual, dan muntah.
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang. Pada hernia inkarserasi,
hernia tidak dapat direposisi.
 Hernia strangulata
 Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya
oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredaran darah jaringan terganggu.
Prognosis

 Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong hernia.
 Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani.
Daftar Pustaka

1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.3. 2004. Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta : Erlangga Medical Series
4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : April 24th 2011. (Available from
http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, cited on January 9th 2014)
5. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last Updated December 2008.
6. (Available from http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on January 9th 2014)
7. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health.
8. (Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm cited on January 9th 2014)
9. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati Celal, editor Linda
Chandranata – Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai