Asfiksia Kelompok 4 Ujian
Asfiksia Kelompok 4 Ujian
Penyusun:
Frida Puspita S.Ked (19360053)
Muhammad Dimas Satrio S.Ked (19360064)
Nia Novia Anggraini S.Ked (19360066)
Siti Amelia Wahyuni S.Ked (19360072)
Perseptor:
Perseptor:
Dr.
Dr. Jims
Jims Ferdinan
Ferdinan Possible,
Possible, Sp.FM,
Sp.FM, M.Ked,
M.Ked, For
For
FK UNIVERSITAS MALAHAYATI
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL
RS PERTAMINA – BINTANG AMIN APRIL 2021
2
I.I. DEFINISI
DEFINISI
ASFIKSIA
ASFIKSIA
Suatu
Suatu keadaan yang
yang ditandai
ditandai dengan
keadaan HIPOKSIA/ANOKSIA dengan terjadinya
terjadinya gangguan
gangguan
pertukaran
pertukaran udara
udara pernapasan,
pernapasan, mengakibatkan
mengakibatkan oksigen
oksigen darah
darah
Keadaan dimana terjadi
ASFIKSIA MEKANIK defisiensi oksigen, yang
berkurang
berkurang (hipoksia)
(hipoksia) disertai
disertai dengan
dengan peningkatan
peningkatan karbon
karbon
mengakibatkan
Mati lemas yangkerusakan
terjadi bilasel akibat
udara penurunan
pernapasan respirasi
terhalang
dioksida
dioksida (hiperkapnea).
(hiperkapnea). Dengan
Dengan demikian
demikian organ
organ tubuh
tubuh
oksidatif aerob sel (Departemen Forensik &
memasuki saluran pernapasan diakibatkan oleh berbagai Medikolegal FK
mengalami
mengalami kekurangan
kekurangan oksigen
oksigen dan
dan terjadi
terjadi kematian
kematian
UI, 2009).
kekerasan (bersifat mekanik) (Budiyanto, 1997).
(Budiyanto,
(Budiyanto, 1997).
1997).
3
1.Asfiksia
1.Asfiksia 2.Alamiah/Penyakit
2.Alamiah/Penyakit 3.
3.Toksik/Racun
Toksik/Racun
Mekanik/Kekerasan
Mekanik/Kekerasan
G1a.
G1a.Jerat
Jerat G1b.
G1b.Tenggelam
Tenggelam G2.
G2.Edema
EdemaGlotis
Glotis G3.
G3.Keracunan
KeracunanNarkotika
Narkotika
4
III. KLASIFIKASI HIPOKSIA/ANOKSIA
BERDASARKAN PERJALANAN KLINIS/PATOFISIOLOGI
ASFIKSIA
G3. LUKA BERBATAS TEGAS G4. HIMPIT PADA DADA
14
5. PENUTUPAN SALURAN PERNAPASAN OLEH CAIRAN
TENGGELAM
TENGGELAM (DROWNING)
(DROWNING)
E.
C. GAMBAR DARITENGGELAM
KLASIFIKASI
A. DEFINISI PERISTIWA TENGGELAM
B. MEKANISME
/ DROWNING
E. GAMBAR DARI PERISTIWA TENGGELAM
c. Mekanisme Kematian
a. Klasifikasi
Pada umumnya: Non Asfiksia
Berdasarkan Volume Berdasarkan Jenis Air
Cairan Yang Masuk
Terhisapnya air/cairan ke jalan napas
Kematian akibat asfiksia
1. Dry Drowning(Tdk Sadar) / Tipe I 2. Wet drowning (Sadar) / Tipe II
karena
Cairan terhalangnya
tdk masuk udara
ke dlm saluranG1b.
pernapasan Cairan masuk ke dlm saluran nafas yg
G1a.
G1a. G1b. G1c.
masuk
dmn kedalam
G5a.
jalan napas saluran
menutup karena
G5a. spasme G5b.
G5b. Masuk
G1c.
mengganggu kepernapasan
dlm
G2. saluran pernapasan
& menyebabkan
G2.SURFAKTAN
SURFAKTANPD PD
shg
ISKEMIK,
laring yg disebabkan KERIPUT
adanya air. &
&KERING sistemsaluran
KERING menutup sirkulasi kolaps.
pernapasan
pernafasan ISKEMIK,
TENGGELAM
KERIPUT
disebabkan
SELURUH TUBUH
MULUT
MULUT
G6.
G6.
& HIDUNG & paru2
&HIDUNG
DIATOME
DIATOME
TENGGELAM SELURUH TUBUH
tersumbat oleh cairan (Dept.
Forensik & Medikolegal FK Berdasarkan Jenis Air
b. Klasifikasi
USU, 2009). Udara tidak bisa masuk ke paru2
1. Air Tawar / Tipe IIa 2. Air Asin / Tipe IIb
Tenggelam G7.
pd air yg memiliki konsentrasi
KEPALA Tenggelam
G8a. pd air yg memiliki konsentrasi
G8a. G8b.
G4b.
G8b.
G4b.
G3. G7. KEPALA
CADAVERIC G4a.
G4a. ASFIKSIA
elektrolit
G3. lebih rendah daripada darah.
CADAVERIC
TELUNGKUP elektrolitSEBAGIAN
TENGGELAM lebih tinggi daripada darah.
TUBUH
ANSERINA(Goose (Gooseflesh)
TELUNGKUP TENGGELAM
CUTIS SEBAGIAN TUBUH
SPASME
SPASME CUTISANSERINA flesh)
15
6. BERADA DI RUANGAN HAMPA UDARA
SUFOKASI DI RUANG TERTUTUP DAN TERBUKA
A. DEFINISI
D.
D. GAMBAR
GAMBAR DARI
DARI PERISTIWA
PERISTIWASUFOKASI
SUFOKASI
C.
C.TANDA
TANDAKLINIS
KLINIS (POST
(POSTMORTEM)
MORTEM) SUFOKASI
SUFOKASI
Kekurangan atau ketiadaan O2. Bisa terjadi karena korban berada dalam ruangan kecil
tertutup atau kepala dimasukkan kedalam plastik tertutup yang di ikat di bagian
leher (Dept. Forensik & Medikolegal FK USU, 2009).
Pada umumnya:
G2. PLASTIK
1. Terdapat mulut
G1.CADAVERIC terbuka/
SPASM menganga.
G2.
MELEKAT
PLASTIK
G3,
G3,SUFOKASI
SUFOKASIDI
G1.CADAVERIC SPASM MELEKATERAT
ERATPD
PD DI
2. Mata melotot dan trismus otot wajah.
WAJAH
WAJAH
PEGUNUNGAN
PEGUNUNGAN
3. Tampak iskemik pada wajah (jika plastik melekat erat pada wajah).
B. MEKANISME
4. Adanya Cadaveric spasme.
5. Sering tidak ditemukan jejas/luka.
Kekurangan Kebutuhan O2dlm
tubuh
6. Tanda-tanda asfiksia jika meninggal keadaan asfiksia.
Volume O2 G4. MATA MELOTOT tidak mencukupi G5.
G5.SUFOKASI
SUFOKASIDI
ASFIKSIA
G4. MATA MELOTOT&& DI
disekitar korbanMULUT
MULUTMENGANGAkebutuhan tubuhRUANG
MENGANGA RUANGSEMPIT
SEMPIT
16
VII. KESIMPULAN
1. Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan kematian, asfiksia
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kematian yang
harus dipelajari agar dapat menghindari kematian yang disebabkan
oleh asfiksia.
2. Asfiksia terdapat 3 tanda khas/ trias asfiksia (Sianosis, Petekie,
Surfaktan) serta tanda sekunder yang dimana seorang dokter harus
mengetahui cara pemeriksaan tanda primer dan sekunder guna
menegakkan diganosa
3. Asfiksia memiliki 4 fase diantaranya yaitu fase dispnue, fase
konvulsi, fase apnea, dan fase terminal yang berlangsung selama 7 - 8
menit, dimana batasan waktu tersebut merupakan golden period dari
asfiksia agar dokter dapat memberikan pertolongan secepat mungkin.
4. Asfiksia menjadi salah satu penyebab kematian baik dalam kejadian
kecelakaan, bunuh diri, ataupun pembunuhan. Bunuh diri ataupun
pembunuhan dengan teknik-teknik asfiksia cukup banyak dilakukan
karena dapat dilakukan dengan alat-alat yang sederhana.
17
DAFTAR PUSTAKA
Aflanie, I., Abdi, M., Setiawan, R., Muna. Roman's Forensic. Departemen
Kedokteran Kehakiman FK UNLAM-RSUD Ulin: Banjarmasin. 2011
Ahmadsumadi, S. Mati Tenggelam. Berkala Ilmu Kedokteran Universitas
Gadjah Mada: Yogyakarta. 1972
Amir, A. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara: Medan. 2007
Budiyanto, A., et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta. 1997
Hoediyanto. Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal edisi ke VII FK
Airlangga: Surabaya. 2010
Idries, A. M. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Ed I. Binarupa Aksara:
Jakarta.1997
Simpson, K. Forensic Medicine. London: The English Language Book Society.
1982
TERIMAKASIH