Di Amerika Serikat kondisi ini sangat langka, begitu juga di negara maju lainnya. Namun, sigmoid volvulus
tetap menjadi penyebab utama obstruksi usus akut di Asia, Afrika, Amerika Selatan, dan Eropa Timur,
hingga mencapai 80% kasus. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang dewasa dan yang lemah akibat
penyakit psikiatri atau neurologis. Hal ini sangat jarang terjadi pada bayi dan anak-anak.
Sigmoid volvulus dapat diatasi dengan menguraikan dan menghilangkan tekanan kolon sigmoid. Namun,
operasi elektif yang melibatkan pemotongan kolon sigmoid lebih banyak dipilih karena dapat mencegah
kekambuhan.
Penyebab Sigmoid Volvulus
Penyebab sigmoid volvulus yang paling umum adalah:
Konstipasi kronis
Konsumsi obat pencahar yang terlalu lama atau berlebihan
Penyakit Chagas - Penyakit inflamasi dan infeksi yang disebabkan oleh parasit yang disebut
Trypanosomacruzi. Hal ini biasa terjadi di Amerika Selatan, Meksiko, dan Amerika Tengah.
Pembesaran usus (megacolon)
Penyakit Hirschsprung, yang menyebabkan obstruksi usus dan konstipasi parah
Perut abdomen, yang mengacu pada jaringan bekas luka yang terbentuk setelah cedera perut, operasi atau
infeksi
Gejala Utama Sigmoid Volvulus
Sigmoid volvulus sering menyebabkan obstruksi usus, sehingga mencegah makanan, asam lambung, cairan,
dan gas, mengalir secara normal melalui saluran pencernaan. Kondisi ini juga dapat memotong suplai darah
ke bagian usus besar. Sigmoid volvulus dapat menyebabkan gejala berikut ini:
Perut kembung
Sakit perut
Tinja berdarah
Konstipasi
Demam tinggi
Episode serangan ringan yang bisa hilang setelah pasien mengeluarkan tinja atau gas
Siapa yang Perlu Ditemui dan Jenis Pengobatan yang Tersedia
Pasien yang menunjukkan tanda dan gejala sigmoid volvulus harus segera mencari bantuan medis untuk
mendapatkan diagnosis dan perawatan. Gejala tersebut dapat dilihat oleh dokter umum (dokter umum),
dokter keluarga, atau dokter anak (jika pasiennya adalah anak kecil atau remaja). Apabila mereka dicurigai
menderita sigmoid volvulus, maka akan dirujuk ke spesialis gastroenterologi, yaitu spesialis penyakit sistem
pencernaan atau saluran gastrointestinal.
Penyakit ini dapat didiagnosis dengan meninjau riwayat kesehatan pasien serta dengan menggunakan tes
pencitraan untuk mendapatkan gambaran rinci tentang organ dalam. Berikut ini beberapa tes yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi adanya perubahan atau kelainan pada usus besar dan mengonfirmasi adanya
volvulus sigmoid:
Rontgen perut
CT Scan
Pencegahan
Pada volvulus dengan penyebab kongenital, tidak ada pencegahan yang bisa dilakukan. Sedangkan volvulus
yang terjadi pada orang dewasa bisa diupayakan dengan cara melakukan diet sehat bagi saluran pencernaan.
Gejala
Manifestasi klinik volvulus usus sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai nekrosis usus yang dapat
mengancam jiwa. Muntah berwarna hijau dengan atau tanpa distensi abdomen merupakan salah satu gejala yang
dapat ditemui pada bayi baru lahir, yang diduga mengalami volvulus midgut.
Penyebab
Penyebab dari volvulus sebagian besar terjadi karena abnormalitas saluran cerna saat proses embriologi dan
kasusnya banyak ditemukan pada anak-anak. Pada orang dewasa, dapat juga ditemukan kasus volvulus
gaster. Penyebabnya dapat dibedakan menjadi idiopatik (tipe 1) dan kongenital (tipe 2).
Tipe 1 lebih sering terjadi dibandingkan tipe 2, terutama pada orang dewasa. Penyebab lain yang dapat
mengakibatkan terjadinya volvulus adalah diet tinggi serat, konstipasi kronis, adanya massa di kavum
pelvis, serta penyakit Chagas dan Hrisprung. Diagnosis
Diagnosis awal untuk menegakkan adanya volvulus adalah dengan memperhatikan keluhan pada pasien.
Pada umumnya, penderita akan merasa nyeri abdomen kronis dan distensi pada abdomen. Selain itu, anjuran
untuk melakukan pemeriksaan laboratorium juga perlu dilakukan.
Faktor risiko volvulus
Faktor risiko volvulus termasuk malrotasi usus, penyakit Hirschsprung, usus besar yang membesar,
kehamilan, dan perlekatan perut. Insiden volvulus yang lebih tinggi juga terlihat di antara pasien rawat inap
dengan gangguan neuropsikiatri seperti penyakit Parkinson, multiple sclerosis, dll. Diet serat tinggi,
sembelit kronis dengan penggunaan obat pencahar dan / atau enema kronis, dan miopati terkait seperti
distrofi otot Duchene, dll. juga terkait dengan peningkatan risiko volvulus sigmoid. Pada orang dewasa,
kolon sigmoid dan sekum adalah yang paling sering terkena. Sebaliknya, lentur limpa paling tidak rentan
terhadap volvulus. Pada anak-anak, usus kecil dan perut lebih sering terkena. Diagnosis terutama ditegakkan
secara klinis, namun, temuan radiologis yang khas pada radiografi polos, ultrasound, dan seri GI atas
membantu dalam membedakan dari perbedaan lainnya.
TERIMAKASIH