Anda di halaman 1dari 30

UVEITIS

Oleh:
Cindyyani Eka Putri

Pembimbing:
dr. Boyke Sisprihattono, Sp.M

SMF MATA
RSUD WALED
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SWADAYA GUNUNG JATI
TRAKTUS UVEALIS

Fungsi Uvea:
• Memberi nutrisi dan
pengaturan gas (korpus siliaris
memberi nutrisi pada retina
sebelah dalam, lensa dan
kornea)
• Menyerap sinar, melindungi
mata dari pantulan sinar dalam
bola mata
• Korpus siliari berperan dalam
akomodasi yang diatur saraf
otonom
DEFINISI
Istilah "uveitis" menunjukkan suatu peradangan pada iris (iritis,
iridosiklitis), corpus ciliare (uveitis intermediet, siklitis, uveitis
perifer, atau pars planitis), atau koroid (koroiditis).
EPIDEMIOLOGI

• Uveitis biasa terjadi pada usia 20-50 tahun


• berpengaruh pada 10-20% kasus kebutaan di negara-negara maju.
• Uveitis lebih banyak ditemukan di negara-negara berkembang
dibandingkan di negara-negara maju karena lebih tingginya prevalensi
infeksi yang bisa mempengaruhi mata, seperti toksoplasmosis dan
tuberkulosis di negara-negara berkembang.
KLASIFIK
ASI
Klasifikasi berdasarkan Anatomi
01 Uveitis anterior
Merupakan inflamasi yang terjadi terutama pada iris dan
korpus siliaris atau disebut juga dengan iridosiklitis.

02 Uveitis intermediet
peradangan di pars plana yang sering diikuti vitritis dan
uveitis posterior

03 Uveitis posterior
Merupakan inflamasi yang mengenai retina atau koroid.

04 Panuveitis
Merupakan inflamasi yang mengenai seluruh lapisan
uvea.
Klasifikasi berdasarkan Etiologis

01 Uveitis infeksius
Uveitis yang disebabkan oleh infeksi virus, parasit,
dan bakteri

02 Uveitis non-infeksius
Uveitis yang disebabkan oleh kelainan
imunologi atau autoimun.
Klasifikasi berdasarkan Patologis

01 Uveitis non-granulomatosa
Infiltrat dominan limfosit pada koroid.

02 Uveitis granulomatosa
Infiltrat dominan sel epiteloid dan sel-sel
raksasa multinukleus
Uveitis Anterior
Uveitis anterior adalah inflamasi di iris dan badan siliar. inflamasi di iris
saja disebut iritis, sedangkan bila inflamasi meliputi iris dan badan siliar
maka disebut iridosiklitis.

Uveitis anterior dapat terjadi akibat kelainan sistemik seperti


spondiloartropi, artritis idiopatik juvenile, sindrom uveitis fuch, colitis
ulseratif, penyakit chron, penyakit whipple, tubulointersitial nephritis
and uveitis. Infeksi yang menyebabkan uveitis anterior adalah virus
herpes simpleks (VHS), virus varisela zoster (VVZ), tuberculosis dan
sifilis
GEJALA
1. Gejala yang khas :
• nyeri,
• Mata merah
• fotofobia, dan
• penglihatan kabur
2. Pada pemeriksaan biasanya ditemukan kemerahan sirkumkorneal
dengan injeksi konjungtiva palpebralis dan sekret yang minimal
3. Pupil kemungkinan kecil (miosis) atau iregular karena terdapat sinekia
posterior
4. Kelompokan sel putih dan debris inflamatorik (keratic precipitate) biasanya
Tampak jelas pada endotel kornea pasien dengan peradangan akllf. Keratic
precipitate mungkin besar (“mutton fat” atau "granulomatosa"), kecil (non-
granulomatosa), atau stelata.
Komplikasi
Uveitis anterior dapat menimbulkan sinekia anterior maupun posterior. Sinekia
anterior dapat mengganggu aliran keluar aqueous di sudut bilik mata dan
menyebabkan glaucoma. Sinekia posterior, jika luas, dapat menyebabkan glaukoma
sekunder sudut tertutup dengan terbentuknya seclusio pupil dan penonjolan iris ke
depan (iris bombe)

Sinekia Posterior
Sinekia anterior (adhesi)
Uveitis Intermediet
Uveitis intermediet adalah peradangan di pars plana yang sering diikuti
vitritis dan uveitis posterior.

• Gejala-gejala khas meIiputi floaters dan penglihatan


kabur, nyeri, fotofobia, dan mata merahbiasanya tidak
ada atau hanya sedikit.
• Temuan pemeriksaan yang paling menyolok adalah
vitritis-sering kali disertai dengan kondensat vitreus,
yang melayang bebas seperti “bola salju (snowballs)”
atau menyelimuti pars plana dan corpus ciliare seperti
"gundukan salju (snow banking)”.1
Uveitis Posterior
Uveitis posterior merupakan peradangan lapisan koroid yang dapat pula
melibatkan jaringan sekitar, meliputi vitreus, retina, saraf optik, dan
pembuluh darah retina

• Menurut etiologinya, uveitis posterior dapat


diklasifikasikan berdasarkan penyebab infeksi dan
non-infeksi
• Penyebab infeksi meliputi infeksi bakteri, jamur,
parasit, dan virus.
• Beberapa patogen yang diketahui, yaitu Toxoplasma
gondii, Mycobacterium tuberculosis, Treponema
pallidum, Bartonella, Herpes Simplex Virus (HSV),
Varicella Zoster Virus (VZV), Cytomegalovirus (CMV),
dan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
• Penyebab non-infeksi meliputi kelainan imunologi,
alergi, keganasan, ataupun penyebab idiopatik.
TANDA DAN GEJALA

1. Gejala
• Penurunan penglihatan
• Injeksi ocular
• Nyeri
2. Tanda
• Hipopion
• Jenis Uveitis
• Glaukoma
• Vitritis
Panuveitis
Panuveitis adalah peradangan seluruh uvea dan struktur
sekitarnya seperti retina dan vitreus. Penyebab tersering
adalah tuberculosis, oftalmia simpatika, penyakti Behcet,
dan sarcoidosis. Diagnosis panuveitis ditegakkan bila
terdapat koroiditis, vitritis dan uveitis anterior.
Uveitis Infeksi
1. Uveitis Toksoplasmosis
• 20-60% kasus uveitis posterior disebabkan oleh T. gondii
• toksoplasmosis kongenital biasanya di kedua mata sehingga umumnya disertai
strabismus, nistagmus dan kebutaan
•Pada dewasa retinokoroiditis toksoplasma biasanya akibat reaktivasi infeksi
kongenital
• ditemukan lesi nekrosis fokal di retina, berwarna putih kekuningan seperti kapas
dan batas tidak jelas
Uveitis Infeksi
2. Uveitis Tuberkulosis
• gambaran uveitis anterior tuberculosis umumnya iridosiklitis granulomatosa di
kedua mata, nodul di tepi iris (nodul koeppe) atau dipermukaan iris (nodul
busacca), presipitat keratik, hipopion dan sinekia posterior.
• Uveitis intermediet dapat berupa pars planitis, vitritis, vitreous snowballs,
snowbanking, granuloma perisfer, vasculitis dan edema macular sistoid.
• Pada uveitis posterior dapat timbul koroiditis, tuberkel, tuberkuloma atau abses
subretina dengan gambaran khas koroiditis serpiginosa

Nodul Koeppe Nodul Busacca vitreous snowballs


Uveitis Infeksi
3. Uveitis Sifilis
• disebabkan oleh Treponema pallidum yang ditularkan melalui abrasi kulit atau
mukosa saat berhubungan seksual
• Pada sifilis kongenital, T. pallidum ditularkan melalui plasenta dari ibu yang
mengidap sifilis.
• Di iris dapat dijumpai nodul kekuningan (roseola) yang merupakan dilatasi kapiler
iris.
• Gejala lain adalah korioretinitis, neuritis optic dan neuritinitis.
Uveitis Infeksi

4. Infeksi Virus
uveitis anterior merupakan bentuk uveitis yang paling sering dijumpai pada infeksi
virus terutama HSV, VVZ dan CMV. Infeksi virus pada individu imunokompeten
umumnya asimtomatik namun pada gangguan imunitas dapat timbul gejala akut
Uveitis Infeksi

5. Infeksi Jamur
dapat disebabkan oleh Histoplasma capsulatum, Pneumocyttis jirovecii, cryptococcal
choroiditis, Candida dan Coccidiodomycosis. Gejala klinis yang khas berupa trias
infiltrat putih multipel, parut atrofi koroid, perubahan pigmen peripapiler dan
makulopati.
Uveitis Non-Infeksi

Terjadi hanya di mata namun juga sebagai peradangan ikutan pada penyakit
autoimun atau neoplasma di organ lain.
Penyakit autoimun yang sering menimbulkan uveitis adalah spondiloartropati, artritis
idiopatik juvenile, sindrom uveitis fuchs, colitis ulseratif chron, penyakt whipple,
tubulointerstitial nephritis and uveitis, sindrom begcet, uveitis fakogenik dan
sarkoidosis.
Uveitis Granulomatosa

• Mengenai sembarang traktus uveitis dan sering pada posterior


• Mengikuti invasi mikroba aktif ke jaringan oleh mikroorganisme penyebab;
Mycobacterium tuberculosis atau Toxoplasma gondii
• Terdapat kelompok nodular sel-sel epitelial dan sel-sel raksasa yang dikelilingi
limfosit di daerah yang terkena
• Deposit radanf pada permukaan posterior kornea terutama terdiri atas makrofag
dan sel epiteloid
Uveitis Non-Granulomatosa

• Timbul di bagian anterior; iris dan corpus siliaris


• Tidak didapatkan organisme patogen dan kornea berespon terhadap
kortikosteroid, diduga semacam fenomena hipersensitivitas
• Terdapat reaksi radang terlihat infiltrasi sel-sel limfosit dan sel plasma dan sedikit
sel mononuklear
• Pada kasus berat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion dalam COA
TERAPI
• Prinsip penatalaksanaan uveitis adalah untuk menekan reaksi
inflamasi, mencegah dan memperbaiki kerusakan struktur,
memperbaiki fungsi penglihatan serta menghilangkan nyeri dan
fotofobia.
• Terapi utama uveitis adalah pemberian kortikosteroid dan agen
midriatik/sikloplegik
• Terapi topikal yang agresif dengan prednisolone acetate 1,%, satu
atau dua tetes pada mata yang terkena setiap 1 atau 2 jam saat
terjaga, biasanyam mampu mengontrol peradangan anterior
• Peradangan noninfeksi intermediet, posterior, dan difus berespons
baik terhadap penyuntikan triamcinolone acetonide sub-Tenon,
biasanya 1mL (40mg), pada daerah superotemporal.
TERAPI
TERAPI

• Pada uveitis yang disebabkan oleh bakteri, antibiotic diberikan selama 2-3hari, setelah itu dapat
ditambahkan kortikosteroid untuk menekan inflamasi. Penisilin merupakan antibiotic lini pertama
untuk terapi sifilis dan diberikan setiap 4 jam selama 10-21 hari disertai kortikosteroid.
• Untuk virus VZV berupa asiklovir 800mg 5 kali sehari dengan terapi suportif midriatikum dan
kortikosteroid. Vrus HSV dengan asiklovir 400mg 5 kali sehari atau famsiklovir dan valasiklovir.
• Uveitis yang disebabkan oleh jamur diobati dengan tetes mata antijamur dan pada infeksi berat
diberikan antijamur sistemik. Tetes mata amfoterisin B 0,15% dberikan setiao jam. Obat antijamur
oral dapat diberikan flukonazol 400mg/hari.
TERAPI
Terapi bedah diindikasikan untuk memperbaiki penglihatan. Operasi
dilakukan pada kasus uveitis yang telah tenang (teratasi) tetapi mengalami
perubahan permanen akibat komplikasi seperti katarak, glaucoma sekunder,
dan ablasio retina. Kortikosteroid diberikan 1-2 hari sebelum operasi dan
steroid intraocular atau periokular dapat diberikan pasca-operasi.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai